Ayo ikuti juga kisah cinta Alfred & Seleste.
Author's POV
Meninggalkan meja makan tanpa menyentuh sedikit pun makanan, Lily bergegas ke kamar membawa derai air mata kesedihan yang menggunung. Ayahnya begitu marah, Dozan bahkan mengangkat tangannya hampir menampar Lily namun dengan cepat Emery menjerit, mengempas tangan besar Dozan sebelum mengenai pipi Lily.
Lily mengunci kamarnya dari dalam. Berdiri di balkon sembari memegang ponsel, perempuan itu mencari nomor Valdos dan langsung ia hubungi. Menelepon Valdos, menelepon prianya yang ia inginkan selalu ada di sisinya.
Di panggilan pertama Valdos langsung menjawab, bersuara hingga Lily berakhir menahan jeritan dalam bekap. Valdos tak ubahnya dari pria sinting, ia terus memanggil-manggil Lily di telepon, memanggil dan memanggil, memanggil cintanya.
"Valdos— Valdos tenang. Aku masih di sini, aku masih di rumah," kata Lily. Ia tenangkan Valdos di sana yang tak mau berhenti menyebut namanya.
"Lily. Lily jangan tinggalkan aku. Katakan pada ayahmu aku akan bertanggung jawab, aku akan menikahimu, Lily. Aku akan mempersiapkan pesta pernikahan termewah dan termegah untuk kita, aku akan mengundang ribuan orang datang, aku akan memesankan gaun pengantin termahal untukmu, aku akan menikahimu, Lily. Tolong jangan tinggalkan aku begini, aku— tolong jangan lenyapkan anak itu. Aku menginginkannya, aku menginginkan kalian berdua, aku ingin, Lily... aku ingin..."
Bagaimana caranya menahan air mata? Lily tidak tahu, ia ingin menangis sampai puas malam ini. Dadanya berdebar dan perasaannya menghangat mendengar perkataan Valdos. Lily tahu, ia tahu Valdos takkan lari dari semua ini. Valdos mencintainya, ia tahu Valdos akan senang, bahkan bahagia dengan kabar kehamilannya.
Janin itu ada atas perbuatan mereka, mereka selalu berakhir di ranjang, bercumbu dan berkeringat bersama, saling menautkan janji-janji setia, janji-janji cinta, dan segala ungkapan kasih sayang. Mereka selalu melakukannya atas keinginan bersama, atas hasrat yang saling menuntut, pun tak pernah sekalipun terjadi hanya keinginan sepihak.
"Ayah tak ingin kita bersama, Valdos. Dan besok lusa, ayah akan mengajakku serta ibu pindah dari São Paulo. Kita— aku tak bisa menentangnya," jelas Lily tak berdaya. Ia atur napasnya agar dapat berbicara dengan jelas.
Di sana Valdos menahan air mata. Sekuat apa pun seorang pria, sejantan apa pun mereka, mereka pun tetap makhluk berhati serta berperasaan. Valdos tak kuasa membendung rasa sesak hebat di dadanya, ia terpuruk di dalam kamarnya nan bercahaya remang-remang, menanti waktu perpisahan itu datang dan ia hanya bisa menangis hingga lelah bila tiba waktunya nanti.
Kariernya sangat cemerlang, bisnisnya sangat sukses, hidupnya sangat dipenuhi oleh kekayaan, tetapi berkali-kali sudah cintanya gagal. Dan untuk yang kali ini, ia benar-benar hancur. Perpisahan datang bukan karena orang ketiga, melainkan ditentang oleh restu yang tak berhasil ia dapatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
OLD MAN : HIS PROPERTY
RomanceFollow untuk membuka bab-bab yang dikunci melalui web ! Mature (18+) ‼️ **** Tapi bukankah memang harus begitu? Wanita memang harus dikejar dan diperjuangkan, bukan tugas mereka untuk mengemis cinta di bawah kaki pria. Hanya perempuan tolol yang rel...