Chapter 29

29.9K 3.2K 1.1K
                                    

Author's POV

"Hanya karena ucapan para gadis sialan itu kau melepaskan berlian besar dan bersinar sepertinya? Fuck. you. Lily. Jika aku jadi kau, aku tak peduli apa kata orang. Hey, masa depan kita, masa tua kita, bahkan keturunan-keturunan kita akan hidup damai tanpa perlu lelah merintis dari nol."

"Seleste... Darling... kau tak mengerti. Aku malu dicap perempuan gila harta hingga rela menyerahkan diri kepada pria tua bau tanah. Aku sadar apa yang kulakukan, dan terus terang, aku merasa sangat kehilangan semenjak dia pindah rumah. Kau tahu? Satu bulan kami tak pernah bertemu di mana pun, dia juga tak pernah lagi menghubungiku. Dia berhenti, benar-benar berhenti mengejarku dan aku merasa kehilangan, jujur saja."

Lily dan Selesta, kedua perempuan itu berbincang di dalam butik besar milik seorang Perancang Busana. Sambil mengamati para staf bekerja, seiring mereka melangkah dan membahas Valdos.

Membahas tentang pria dewasa itu yang sudah pergi dari kehidupan Lily, lingkungan Lily, dan tak pernah lagi muncul di hadapan Lily meski hanya sekilas. Satu bulan sudah Lily tak pernah mengetahui kabar tentang Valdos, apa saja kegiatan pria itu, atau ke mana saja pria itu pergi. Benar-benar tak tahu, benar-benar putus komunikasi.

Seperti menghilang, tenggelam ditelan ombak, Lily tak bisa menemukan batang hidung Valdos di mana pun. Satu bulan ini, tiga kali sudah Lily menghadiri pesta bersama-sama kedua orang tuanya. Tetapi tak pernah satu kali saja ia menemukan Valdos di dalam pesta itu.

Seleste memutar bola matanya. Kali ini, benar-benar kali ini, ia kesal pada keputusan Lily yang menurutnya salah dan merugikan diri sendiri. Sungguh.

"Lalu bagaimana kau dengan Benicio? Kau masih menjadikannya alat pembersih nama?" tanya Seleste. Mereka berhenti di depan etalase raksasa yang berisikan patung-patung bergaun indah dan mahal.

Lily menghela napas. "Aku sudah mengakhirinya. Dua minggu setelah Valdos pergi, aku pun merasa bila Benicio tidak lagi kubutuhkan. Dia memohon untuk jangan putus, tapi aku memaksa dan akhirnya dia setuju. Dan baiknya memang begitu, aku tak ingin dia semakin dalam memakai perasaan. Aku tak ingin menyakitinya juga."

"Bagus," celetuk Seleste. "Kita tak butuh pemuda yang belum paham mengenai kehidupan. Benicio memang tampan, tapi dia terlihat sangat manja. Kita hidup tidak makan ketampanan, kebutuhan kita takkan terpenuhi hanya dengan ketampanan seorang lelaki, melainkan kemapanan seorang pria."

"Kuharap kau tak menyesal telah membuat Valdos Roscoe Yordanov itu berhenti mencintaimu," tambah Seleste. Masih tak bisa ia terima bila Lily semudah itu melepaskan Valdos. Padahal Valdos pun adalah tipe Seleste.

Lily menghela napas lagi. Ada sesuatu yang membuatnya tak nyaman belakangan ini, sesuatu yang membuatnya sulit merasa riang, sesuatu yang melulu menghantui dadanya.

"Aku sangat merindukan Valdos."

"Tidak usah merindu. Kau sendiri yang mengusirnya dari hidupmu," balas Seleste tajam. Lirikan matanya terlihat julid untuk Lily, kesal pada keputusan sahabatnya.

Tertawa, Lily memukul pelan bahu Seleste yang terang-terangan menunjukkan kejengkelannya.

"Aku serius, Seleste. Aku rindu—"

"Miss Harlow?"

Sesaat blank karena terkejut, Lily dan Selesta kompak memasang senyum tipis nan ramah. Mereka saling melirik dan mata Lily seolah berkata, jika aku gagal bersama kakaknya, kau tak boleh gagal mendapatkan adiknya ini, Seleste.

OLD MAN : HIS PROPERTYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang