Sorry for typo
****
Author's POV
Masih di hari yang sama, minggu 19 Mei 2019. Hari di mana pagi tadi Valdos menciptakan kekacauan besar, menurut Lily, sebab menurut Valdos, itu bukanlah kekacauan. Melainkan keberanian untuk berterus terang. Jarang ada pria seberani dirinya kendati pria dewasa sekalipun. Dan memang, harusnya begitulah para pria bersikap. Jujur, terus terang, dan sedikit blak-blakan.
Dozan Harlow tidak terkenal akan dirinya sebagai kepala rumah tangga yang taat dan mengenal Tuhan. Manusia hanya mengenalnya sebagai pebisnis berambisi tinggi, pengusaha cerdas dengan segala rencana-rencana besarnya yang mengancam company lain.
Publik tak tahu, Dozan Harlow menjalin tali kasih dengan akrab bersama Tuhannya. Begitulah caranya menjadi kepala rumah tangga yang baik. Dia memang pria sibuk, sangat sibuk, benar-benar sibuk. Tetapi di hari minggu sore, Dozan selalu menggiring istri beserta anaknya pergi ke gereja untuk beribadah. Selalu, tidak pernah tidak.
Namun, karena mereka telah berpindah lokasi tempat tinggal, alhasil mereka baru saja menjadi jemaat baru di sebuah gereja yang tidak terlalu jauh dari kompleks perumahan Valdos.
Di pertengahan ibadah, di kala semua kepala memandang lurus ke depan mendengarkan pemberitaan firman Tuhan, lengan Valdos dicolek oleh ibunya.
"Um?" sahut Valdos bergumam.
Matilda ingin mengatakan sesuatu, alhasil Valdos merendahkan kepala lalu memberikan telinganya.
"Lily," bisik Matilda. Ia menunjuk ke arah kiri, kepada barisan kursi di seberang mereka.
Tatkala Valdos menoleh, sorot tegas pria 37 tahun ini spontan berubah teduh. Matanya menemukan Lily di sana, duduk sejajar bersama kedua orang tuanya, fokus mendengarkan firman dengan Alkitab terbuka di atas tangan kiri sementara tangan kanannya memegang pulpen.
Gaun biru muda Lily terlihat sangat lembut, licin dan tampak mengilap saat terpapar lampu dari atas. Cantik, menawan mata siapa pun yang melihatnya. Elegan tanpa perhiasan nan berlebihan, hanya memakai jam tangan juga anting mutiara. Heels putihanya pun tidak terlalu tinggi.
Entah apa yang Valdos pikirkan, setelah ia berlama-lama memandang Lily di sana, pria itu kembali melihat ke depan dan ia merona.
"Usia kalian memang terpaut sangat jauh. Ibu maklum apabila dia menolakmu. Tapi tak apa, Ibu yakin kau akan mendapatkan wanita yang tepat setelah ini," ucap Matilda pelan. Hanya mereka yang bisa mendengar.
"Bukan pendamping, dia memang lebih cocok menjadi anakku." Valdos terkekeh. Ia sadar, 17 tahun bukanlah main-main.
Di saat dirinya telah menginjak remaja menuju dewasa, Lily baru lahir ke dunia ini. Di saat dirinya telah mengenal cinta, bahkan berpacaran di masa sekolah dulu, Lily baru dilahirkan ke dunia. Sungguh jarak yang sangat jauh.
Kemudian di sana, Dozan mengernyit saat tak sengaja matanya menengok ke samping dan menemukan Valdos beserta Matilda.
"Apa itu Valdos dan ibunya?" tanya Dozan kepada Lily. Berucap pelan dengan kepala sedikit ditundukan.
Lily mengikuti jari Dozan yang menunjuk ke arah kanan mereka. Lily menengok, melihat ke kanan kemudian ia dapati Valdos beserta Matilda di sana.
Sorot tegas Lily berubah teduh, sama persis seperti Valdos tadi. Ia pandangi side profil pria itu, diam tak berkutik mendapatkan Valdos yang duduk begitu tenang menghadap ke depan. Memegang juga Alkitabnya sama seperti Lily—dengan pulpen di tangan kanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
OLD MAN : HIS PROPERTY
RomanceFollow untuk membuka bab-bab yang dikunci melalui web ! Mature (18+) ‼️ **** Tapi bukankah memang harus begitu? Wanita memang harus dikejar dan diperjuangkan, bukan tugas mereka untuk mengemis cinta di bawah kaki pria. Hanya perempuan tolol yang rel...