Mention I kalau ada typo.
Cz ini belum I revisi.
Happy reading.****
Author's POV
Resmi bertunangan dan akan segera menikah, Valdos menjadi lebih protektif terhadap Lily terlebih perempuan itu sedang berbadan dua.
Kabar pertunangan dan kehamilan Lily bahkan telah beredar ke mana-mana, Lily pun tidak lagi menyembunyikan hubungannya bersama Valdos, ia sering mengunggah kegiatannya bersama Valdos seperti ketika mereka mengunjungi rumah sakit untuk pertama kalinya saat memeriksa kehamilannya beberapa hari lalu.
Pasangan itu berbahagia, mereka juga sedang fokus mempersiapkan pernikahan mereka yang akan dilaksanakan pada bulan depan, di mana kandungan Lily baru akan memasuki dua bulan.
"Kau yakin, um? Jangan paksakan diri jika terlalu pusing. Aku takut kau pingsan..." Valdos memeluk Lily, ia usap-usap bahu Lily yang bersandar di dadanya.
Belakangan ia selalu mengantar jemput Lily ke kampus, dan setiap paginya Lily selalu lemas. Lily terus sakit-sakitan namun tetap ingin ke kampus tiap kali ia baru rasa membaik. Valdos takut Lily pingsan atau menghambur muntahnya di dalam kelas, Lily pasti akan dibicarakan oleh seluruh teman-temannya karena sangat merepotkan mereka.
"Sudah lima hari aku tidak ke kampus. Aku rindu," kata Lily pelan. Sudah memakai lipcream pun aura pucatnya tak dapat pudar, terlalu lemas.
Valdos mengangguk paham, ia kecup kening Lily lembut. "Tolong segera hubungi aku jika kau tidak kuat lagi. Akan segera kujemput dan kita pulang," pesan Valdos. Ia tak sampai hati melihat Lily menjadi selemah ini, padahal Lily tipe perempuan yang sangat riang dan aktif. Kehamilan benar-benar membuatnya tampak begitu rapuh.
"Aku ke kelas." Lily mencium pipi kanan Valdos, pamit turun dari mobil untuk segera ke kelas.
"Hati-hati. Cepat hubungi aku bila sudah terlalu pusing," teriak Valdos melalui jendela mobil. Di sana Lily berhenti sejenak guna melihat Valdos, mengangguk kemudian melanjutkan kembali langkahnya.
Teduh sorot mata Valdos mengamati punggung Lily yang menjauh. Pagi ini ia merasa sangat berat membiarkan Lily ke kampus. Usai Lily menghilang di balik gerbang serta bangunan, Valdos lantas pergi dari sana dengan perasaan tak nyaman.
"Pagi, Lily." Seleste menyapa begitu Lily tiba di dalam kelas. Seleste sudah tahu tentang kehamilan Lily, juga Lily dan Valdos yang akan segera menikah. Bahkan Seleste-lah orang pertama yang Lily beritahu ketika dirinya hamil, dan orang pertama yang Lily beritahu ketika ia dan Valdos telah resmi bertunangan.
"Pagi..." Lemas Lily menyahut, memasang senyum namun tampak lesuh.
"Ouh... kau lemas? Kepalamu pusing?" Seleste hampiri Lily di mejanya. Ia usap-usap punggung Lily perhatian. "Harusnya kau jangan dulu ke kampus. Aku takut kau pingsan, kau terlihat sangat lemas dan tak bertenaga," kata Seleste.
"Aku rindu suasana kampus, aku rindu belajar, dan aku juga rindu padamu. Kau tak pernah ke rumahku lagi." Bibir Lily agak cemberut, ia sedih Seleste seolah ingin menjauhinya.
"Astaga. Hey, aku mana mungkin berani datang ke rumah calon suamimu? Aku tidak berani, aku malu." Seleste menjelaskan. Setelah resmi bertunangan tiga minggu lalu, Lily pun telah tinggal bersama Valdos dan Matilda di rumah mereka. Namun setiap pekannya Dozan dan Emery akan datang menjenguk.
"Kenapa harus malu? Kau itu bebas main kapan pun, Seleste... tidak akan ada yang marah..." Lily menghela napas, ia mengecap lidahnya sendiri merasa hambar.
"Kenapa kau jadi lucu begini?" Seleste tertawa. Dia gemas pada Lily dan langsung merunduk, memeluk Lily erat-erat.
"Apa dosen kita belum datang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
OLD MAN : HIS PROPERTY
RomanceFollow untuk membuka bab-bab yang dikunci melalui web ! Mature (18+) ‼️ **** Tapi bukankah memang harus begitu? Wanita memang harus dikejar dan diperjuangkan, bukan tugas mereka untuk mengemis cinta di bawah kaki pria. Hanya perempuan tolol yang rel...