Chapter 25

27.7K 2.8K 387
                                    

Sorry for typo.

****

Lily's POV

Aku menahan jeritan. Di dalam kamar mandi aku membekap mulut, melompat-lompat kegirangan bukan main. Aku datang bulan, setelah satu minggu dari kejadian malam itu, sekarang aku datang bulan.

Hoh Tuhan. Terima kasih. Terima kasih, Tuhan. Terima kasih. Aku tidak pernah sesenang ini, aku tidak pernah segirang ini. Aku bersyukur, aku senang sekali.

Cepat-cepat aku membersihkan diri, memakai pembalut dan meminum pil pereda nyeri. Dari pagi perutku memang sedikit nyeri, tapi aku tidak mengira jika aku akan datang bulan. Overthinking membuatku tak sampai di situ.

Saat aku keluar dari kamar mandi lalu tak sengaja menengok ke arah balkon, mataku lantas menyipit tatkala kulihat jauh ke sana, ke halaman samping rumah Valdos yang terdapat banyak pelayan pria maupun wanita.

"Sedang apa mereka?" Aku mendekati balkon.

"Untuk apa meja-meja dan kursi-kursi itu?"

Belum lama aku mengamati, suara pelayan memanggilku dari arah pintu. Dia mengetuk dan memanggil lagi.

"Ya?" sahutku sambil mendekat.

Aku membuka pintu. "Ada apa?"

"Tuan meminta Nona turun ke bawah. Tuan ingin bicara," katanya.

Ayah ingin bicara? Kira-kira apa yang ingin ayah bicarakan? Apa pun itu, aku harus was-was. Sampai yang ayah bahas adalah mengenai rahasiaku bersama Valdos, maka malam ini juga aku akan menemui Valdos dan kuamuk dia di rumahnya. Lihat saja dia.

Bergegas aku meninggalkan kamar lalu menuju ke bawah. Dari anak tangga aku sudah dapat melihat ayah duduk di sofa, dia baru pulang dari kantor. Ibu pun muncul dari arah dapur, membawa dua gelas jus di kedua tangannya.

"Ya, Dad? Ada apa?" Aku bersuara. Kuhampiri ayah dan ibu, ikut duduk di sofa.

Ayah meninggalkan iPadnya. Dia melihatku. "Valdos sudah kembali dari luar kota. Dia memenangkan tender dan akan memulai pembangunan gedung yang dimenangkannya."

"Uhm?" Aku mengangguk. Aku bahkan tidak tahu Valdos pergi ke luar kota. Tapi selama satu minggu ini kami memang tak pernah bertemu, berkomunikasi pun tidak. Aku masih menutup semua jalur komunikasi kami.

"Malam ini dia mengadakan pesta makan malam di rumahnya. Dia mengundang semua rekan-rekannya, teman-temannya, juga tentu Ayah." Ayah menjelaskan. Berarti yang kulihat tadi adalah persiapan untuk nanti malam.

"Pestanya memang masih empat jam lagi. Tapi mulailah mempersiapkan apa yang akan kau kenakan malam ini. Ingat, tampil dengan sempurna," pesan ayah.

"Teman-teman Ayah dan Ibu pun akan banyak yang hadir. Mereka akan membawa putri-putri mereka, pastikan kau tak kalah memesona dari mereka semua. Seperti biasa, jadilah bintang yang paling cantik dan terang," tambah ibu padaku.

Aku terkekeh. Ada perasaan hangat juga bahagia memiliki kedua orang tua seperti mereka, tapi ada juga perasaan bersalah karena mereka tak tahu bila aku sudah bernoda. Walau memang, itu takkan mempengaruhi atau membuat kecantikan dan kualitas otakku luntur. Aku masih tetap Lily yang sama, hanya saja sudah tak lagi memiliki selaput darah kehormatan. Hanya itu.

"Kupastikan mata mereka semua akan memandang ke arahku," timpalku sambil berdiri.

"Yeah. Buat Valdos hanya terpaku padamu karena nanti malam, akan ada banyak gadis muda yang juga seterang bintang di langit." Ayah memperingati, dan aku mengerti apa yang harus kulakukan. Tapi bukan untuk membuat Valdos terpaku, melainkan untuk menunjukkan bila ada aku di tengah-tengah mereka. Menonjol dan tak terabaikan.

OLD MAN : HIS PROPERTYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang