Author's POV
Lily buru-buru. Gaun mahalnya sampai ia angkat karena hendak berlari, mengejar Valdos sebelum pria itu benar-benar meninggalkan kediaman Mr. Jaffee.
Yang tadinya Lily pikir Valdos telah berada di dalam mobil, rupanya pria itu masih berada di halaman mansion, lagi-lagi berbincang dengan seorang wanita cantik dan seksi, rambut dicurly juga bermata biru. Gaunnya hitam tampak mengilap.
Di jarak sepuluh meter Lily berhenti. Ia mendengus kasar, benci, sangat benci mengetahui fakta bahwa ternyata prianya amat ditaksir oleh banyak perempuan. Ternyata Valdos memiliki banyak penggemar dari kalangan kaum hawa dan itu bukan hanya satu atau dua, tetapi sangat banyak. Banyak sekali, Lily benci itu.
"Baby I love you."
Kompak, serempak Valdos dan wanita di depannya melihat ke belakang, kepada Lily nan kini melenggang anggun bersama seulas senyum cantik.
Mulut Valdos terbuka kecil namun tertutup kembali, ia blank, ia shock mendengar— apa tadi? Baby I love you?
"Mr. Yordanov, aku permisi. Selamat malam," pamit si wanita di depan Valdos. Saat ia berpapasan dengan Lily, wanita itu membuang senyum namun tak Lily balas. Hanya lirikan tajam yang Lily berikan.
Bodyguard Valdos menjauh, masuk ke dalam mobil tak ingin mendapat lirikan tajam Lily. Ia tunduk kepada Valdos, sementara bosnya itu tunduk kepada Lily. Selesai dunia apabila ia ikut mendapat masalah malam ini.
Lily bersedekap. Ia mendongak menyorot mata Valdos, penuh percaya diri, tak gentar dan tak segan. "Fanmeeting, uh?" sarkas Lily.
"Kenapa tidak membalas waktu masih ada wanita itu?" Jari Lily menunjuk ke dalam, kepada wanita tadi.
Valdos berkedip. Jakunnya bergerak-gerak. "I love you too."
"Too?"
"M-more. I love you more."
"Terlambat. Aku ingin kau membalas saat wanita itu masih ada," protes Lily. Ia kesal— tidak, ia cemburu. Cemburunya sudah dimulai saat tadi ia melihat Valdos berdansa dengan salah satu putri kembar Mr. Jaffee.
Tatkala Valdos membuka mulut hendak berucap, lebih dulu Lily mengangkat satu tangan dan membuka telapaknya di samping wajah sambil menutup mata. Ia tak ingin mendengar apa pun, Valdos-lah yang harus mendengarnya.
"Tiga bulan aku menjauh untuk memulihkan diri, dan kau langsung seperti ini? Kau ingin aku mengamuk—"
"Sayang, kumohon. Orang-orang memperhatikan kita. Jangan bertengkar di muka umum, kita bicarakan besok di rumah," sela Valdos lembut. Matanya mulai tersenyum begitu ia berhasil menarik diri dari rasa tak percaya.
"Besok? Kenapa besok? Kenapa tidak malam ini? Oh, aku tahu. Jadi yang Alfred katakan itu benar?" Lily melotot. Entah apa yang terjadi, tetapi Valdos merasa bahwa, Lily benar-benar telah menjadi wanita dewasa yang posesif dan amat cerewet jika itu tentang hak kepemilikannya.
"Alfred, Alfred, Alfred." Singkat Valdos membuka kedua tangannya. "Apalagi yang anak itu katakan?"
"Carla. Carla ada di rumahmu— tidak, rumahku. Itu rumahku," tekan Lily. "Dia katakan bila kau dan Carla—"
"Potong leherku jika ada Carla di rumahmu." Valdos memotong. Sekaligus mengakui bila itu rumah Lily, bukan rumahnya. Tentu saja, seluruh harta kekayaan Valdos masih atas nama Lily, dan satu-satunya harta pria itu hanyalah Lily—His Property.
Ada jeda selama hampir satu menit. Tiba-tiba Valdos melampirkan jasnya ke punggung Lily, menutupi bahu telanjang wanitanya yang terbuka. "Pakai. Nanti kau masuk angin."
KAMU SEDANG MEMBACA
OLD MAN : HIS PROPERTY
RomanceFollow untuk membuka bab-bab yang dikunci melalui web ! Mature (18+) ‼️ **** Tapi bukankah memang harus begitu? Wanita memang harus dikejar dan diperjuangkan, bukan tugas mereka untuk mengemis cinta di bawah kaki pria. Hanya perempuan tolol yang rel...