Chapter 9

42.2K 4.3K 695
                                    

Lily's POV

"Maaf, Mr. Yordanov dua. Ini terlalu cepat, mungkin lain kali." Aku menolak secara lembut disertai ukiran senyum elegan yang ramah.

Bukan hanya harga diriku, aku pun menjaga agar Valdos tak menilaiku gampangan. Aku tak ingin dia menganggapku perempuan yang mudah membuka koneksi bersama pria lain. Karena di awal, dia pun terus kutolak meski aku sangat ingin.

Apa pun itu, tetaplah berpegang teguh pada pendirian.

Alrfed terkekeh, dia menyenggut kecil dan memasukkan kembali ponselnya ke saku jas di bagian dalam.

"Tidak apa. Akan kudapatkan langsung nomormu dari Mr. Harlow," katanya dan aku terkejut. Seagresif itukah dia?

Ayah pun terkekeh, aku tahu dia juga kaget. "Hanya akan kuberikan jika putriku mengizinkan." Nice, dad.

Kudengar Valdos terkekeh rendah nan samar-samar. Entah apa artinya, tapi kurasa dia puas melihat adiknya pun mendapati penolakan sepertinya.

"Jangan terlalu agresif. Perempuan mudah bosan dan hilang hormat pada lelaki yang terlalu terburu-buru, benar begitu, Miss Harlow?"

Aku menengok ke arah Valdos, memberinya senyum tipis serta tatapanku yang menusuk langsung pada manik gelapnya. "Kau tahu itu, Mr. Yordanov," balasku tanpa segan.

"Sepertinya kalian sudah lebih dulu dekat." Alfred bersuara kembali, dia menikmati makan malamnya secara santai.

"Tidak dekat, hanya saling mengenal biasa. Dan lagi pula saudarmu ini sangat ramah, semua penghuni di komplek ini pasti berkomunikasi baik dengannya." Aku menjelaskan dengan penuh penegasan.

Tak boleh ada yang tahu akan niatku, termasuk ayah dan ibu. Kendati akulah yang mencoba menarik Valdos, tetapi aku ingin seolah Valdoslah yang mengejarku. Ini trik, tidak semua orang memahami cara bermainnya.

Manusia sering kali sadar bahwa diri mereka sedang dituntun di dalam sebuah permainan. Alih-alih menghindar, mereka justru menikmati permainan itu yang membingungkan.

Di sini sebenarnya aku sangat yakin, Valdos tahu bila aku sedang membawa serta menuntunnya di dalam permainanku yang membingungkan. Namun, karena permainanku yang menarik dan acak, dia justru menikmati sembari menanti, menunggu kejutan apalagi yang akan kulakukan padanya.

Jika logikanya benar aktif, dia akan tahu, apabila dia sedang kutuntun untuk mengejarku. Dan ini belum apa-apa, perjalanannya masih sangat panjang untuk sampai pada titik utama tujuanku. Aku akan terus memainkan mantranya, membuatnya penasaran, menunggu, bingung, bahkan bergairah di satu waktu.

Langkah yang tepat untuk menimbulkan perasaan-perasaan seperti itu adalah dengan cara memelintir pikiran mereka. Buat mereka tak mengerti pada tujuan utama kita dengan cara acuh tak acuh, namun sesekali tampak peduli dan tertarik. Menghilanglah sejenak, lalu muncul. Tolaklah sebagian besar ajakan mereka, dan terimalah sesekali. Ketahuilah, ini taktik yang menyenangkan namun juga menggelisahkan sang korban.

Satu yang perlu diingat, sekali saja kita secara spontan menunjukkan niat kita, maka mantranya akan musnah dan segalanya akan gagal.

Dan semua yang kusebutkan ini kudapatkan dari sebuah buku fenomenal yang pernah kubaca tuntas.

Usai makan malam, aku beserta ayah dan ibu, kami ke depan mengantarkan dua Yordanov bersaudara. Sekali lagi, kudapati vibe keduanya yang memang berbeda. Alfred si hangat yang tegas, jantan dan agresif, lalu Valdos yang sedikit kedingin-dinginan namun tegas dan menguarkan aura maskulin klasik.

Dua-duanya memiliki porsi sama tinggi, tapi aku lebih menyukai sorot mata Valdos yang selalu tampak tersenyum. Itu menggelisahkan dada. Berbeda dengan Alrfed yang memancarkan penuh selidik dari sorot matanya, memberi kesan was-was padaku.

OLD MAN : HIS PROPERTYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang