Chapter 30

36.3K 3.4K 1.2K
                                    

Author's POV

Satu jam lagi berlalu, pukul sebelas Lily belum tidur dan menunggu kedatangan Valdos.

Mendengar Lily menangis hingga tersengguk, Valdos tak mengatakan apa pun dan kemudian menjawab, "Aku akan datang. Tunggulah."

Lily berharap itu benar hingga Lily terus menunggu, dari tadi ia benar-benar menunggu di kamarnya. Berulang-ulang kali membuka gorden untuk memastikan, berkali-kali memeriksa ponselnya, menunggu pesan dari Valdos bila lelaki itu sudah ada di bawah.

Setengah jam terlewati, Lily sontak berdebar, mata basahnya melotot tatkala ia membuka gorden dan melihat jauh ke sana, ke arah rumah Valdos.

Valdos datang, ia memasuki halaman rumahnya, turun dari mobil lantas membuka pintu rumahnya dengan lebar. Menyalakan lampu di bagian samping-samping juga depan hingga rumah itu menjadi seterang dulu ketika ia belum pindah.

"Keluarlah. Kita bicara di rumahku. Atau di rumahmu?"

Lily membaca pesan Valdos. Ia baca sampai beberapa kali hingga matanya memanas kembali. Valdos benar-benar datang, sekali lagi. pria itu datang untuknya.

Terburu-buru Lily meninggalkan kamar. Ia kenakan sandal rumahannya yang cantik, membuka pintu depan dan langsung berlari menuju rumah Valdos.

Sesak, sedih, senang, semuanya menjadi satu di dada Lily. Ia berlari tanpa jeda, mengabaikan bulir beningnya yang telah kembali luruh dan diterjang angin.

Valdos ada di sana, di dalam rumah dengan pintu utama yang terbuka lebar. Pria itu membelakangi pintu, sedang memegang ponsel dan menunggu Lily karena belum membalas pesannya.

Langkah Lily terjeda di ambang pintu. Napasnya memburu, kian memburu tatkala Valdos menoleh hingga tatap mereka pun bertemu.

Bertemu setelah cukup lama benar-benar tak lagi saling melihat satu sama lain di mana pun itu.

Bertemu setelah Valdos memutuskan untuk berhenti mengejar, mencoba, dan berharap.

Bertemu setelah Lily merasakan penyesalannya.

Bertemu setelah pria itu akan menjadi milik orang lain.

Dada Lily kembang kempis. Perlahan ia melangkah maju, tanpa berkedip ia membalas mata Valdos.

"Valdos..." Suara Lily, bibir Lily, mereka bergetar.

Tatap Valdos tampak begitu sendu. Dari posisinya ia amati wajah Lily, ia amati mata Lily yang basah dan pundaknya kemudian melemas. Lily menangis, perempuan itu menangis untuknya, menangis atas rasa rindunya.

Mengabaikan segala benda mati yang akan menjadi saksi, mengabaikan sang malam, mengabaikan berita mengenai pernikahan Valdos, Lily kembali berlari.

Perempuan itu berlari menghampiri Valdos, menubruk tubuh Valdos dan langsung ia raih dekap. Kuat, kencang, erat Lily memeluk Valdos. Menghamburkan air matanya, memecahkan isak tangisnya, dan kata rindu pun bertubi-tubi keluar dari pada bibir Lily. Serak, lemah terucap.

Valdos membeku hebat, sekujur tubuhnya menegang, matanya ikut panas dan ia menahan napas. Perlahan membalas, Valdos mendekap Lily dengan sama kuatnya. Erat, semakin erat, lebih erat, menyembunyikan wajah pada bahu Lily dan air matanya pun merembah.

OLD MAN : HIS PROPERTYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang