Sorry for typo.
****
Lily's POV
Sikapnya, caranya bicara, tindakannya, cukup sudah semua itu membuatku dideru oleh rasa sinting belakangan ini.
Di luar waktu ketentuanku, Valdos jauh lebih cepat termakan akan mantra-mantraku dan yang lebih buruk, dia menyadari segalanya.
Malam di mana dia meneleponku kala itu, aku mulai meyakini sesuatu. Sesuatu seperti, pria ini seolah hendak mengambil tindakan yang belum kuinginkan. Dugaanku benar, keesokannya dia lantas mengatakan bahwa dia ingin melamarku.
Yang lebih mendebarkan, dia mengakui akan kegelisahan di dadanya atas hadirnya sosokku dalam hidupnya beberapa bulan ini.
Terkejut dalam ketertegunan, aku menahan shock serta rasa pusing melanda tatkala secara blak-blakan dia katakan bila, dia menginginkanku untuk menjadi pendampingnya.
Jujur kukatakan, aku menahan segala jeritan, segala jenis teriakan yang hampir kulepaskan dari mulutku. Namun sekali lagi, betapa pun aku menginginkannya, aku harus menolak dan tak boleh menerima aksesnya semudah itu.
Sampai di malam ini, dia kembali menyemburkan berton-ton rasa shock pada jiwaku yang hanyalah seorang gadis biasa ini. Dia mengatakan segala yang ingin dikatakannya, dia mengutarakan kembali niatnya, keinginannya, bahkan perasaannya.
Di balik celana yang kukenakan ini, lututku seolah patah lunglai dan aku mati-matian berupaya menopang beban tubuhku sendiri. Seperti katanya, aku lupa bahwasannya dia seorang pria dewasa, kedewasaan dan kemapanannya yang luar biasa takkan membuatnya ragu untuk meminangku langsung di kedua orang tuaku—dan aku melupakan itu.
Jeda panjang meliputi kami sedari terakhir ia berucap sekitar tiga puluh detik lalu. Menegaskan secara dominan bahwasannya dia siap mengejarku kendati aku akan melarikan diri, lantas menenggelamkan diriku sendiri di pusaran air mematikan pada tengah lautan tak terjamahi makhluk hidup.
Dengan berani kubalas lekat tilikan mata cokelat indahnya yang seolah berhiaskan spektrum. Dibaluti oleh bulu mata lebatnya yang kian menegaskan sorot kejantanan seorang pria.
"Kedatanganmu malam ini bukan untuk membahas mengenai cinta, berpacaran atau pernikahan, atau di luar semua itu, kau bukan datang untuk membincangkan ini denganku, Mr. Yordanov. Bukan denganku, melainkan dengan kedua orang tuaku kau berurusan bisnis." Sebisa mungkin kujaga aksenku agar tetap tegas.
Walau di dalam sini, jantungku berpacu cepat seakan mendobrak paksa dadaku sendiri. Menciptakan rasa sesak dan aku setengah mati mengatur pernapasanku.
Mengejarku hingga ke dapur seperti ini adalah bukti lainnya bila ia seorang pria bertekad besar. Dan kutebak dia takkan merasa malu atau bahkan terkejut bila saja kedua orang tuaku datang lalu menangkap basah kami sedang mengobrol seperti ini.
Bibir penuhnya yang menggambarkan kenyamanan itu membentuk seulas senyum tipis nan menawan dan berwibawa di satu waktu bersamaan. Kian menjeratku dalam dunia kemaskuliannya dan itu menggetarkanku.
"Memang bukan untuk ini. Tapi merupakan salah satu alasan mengapa aku bersemangat datang ke sini, adalah dirimu, Miss Harlow." Aku menahan desisan. Nada bicaranya penuh kejenakaan manis, mengesankan, dalam tiap kata-katanya tersampaikan secara sempurna pada telingaku.
Aku tak sanggup berada lebih lama lagi dengannya di sini. Jantungku harus segera kuselamatkan dari terjangan debaran yang mengguncang terlampau kencang ini. Aku harus menjauh sebelum tembok harga diriku runtuh tanpa kuharapkan.
"Maafkan aku. Semua tawaranmu memang begitu manis, bahkan sempurna untuk kubayangkan. Tapi sayang, aku belum siap untuk semua itu. Aku terlalu muda untuk memikirkan cinta melebihi pendidikkan dan segala mimpi-mimpi besarku. Mungkin, tawaranmu akan disambut penuh cinta oleh wanita yang telah siap untuk semua itu." Sejenak aku memberi jeda dan melanjutkan, "Anggaplah kita hanya bersenang-senang sebagai tanda perkenalan."
KAMU SEDANG MEMBACA
OLD MAN : HIS PROPERTY
RomanceFollow untuk membuka bab-bab yang dikunci melalui web ! Mature (18+) ‼️ **** Tapi bukankah memang harus begitu? Wanita memang harus dikejar dan diperjuangkan, bukan tugas mereka untuk mengemis cinta di bawah kaki pria. Hanya perempuan tolol yang rel...