Chapter 04 : Wherever to be Determined

2.3K 241 9
                                    

Satu minggu sudah berlalu sejak hari dimana Sakura meninggalkan Tokyo. Sakura berencana untuk pergi ke Los Angeles namun sebelum itu ia menyasar ke Iwate. Sakura tak berpikir banyak hanya saja memikirkan akan meninggalkan Jepang, wanita itu terpikir akan benar-benar merindukan segala hal tentang tanah kelahirannya itu hingga ia memutuskan untuk berlibur sejenak ke Pantai Jodogahama.

Sebenarnya akan lebih baik jika Sakura masih memiliki kedua orang tua namun sayangnya ia yatim-piatu. Sakura menghabiskan waktu selama tujuh tahun tinggal di panti asuhan sebelum pasangan Haruno Kizashi dan Haruno Mebuki mengadopsi. Jujur, mereka orang tua yang baik namun juga jahat saat mereka meninggalkan Sakura di usia 16 tahun dalam kecelakaan tunggal.

"Aahhh..., mengingatkannya membuat aku merasa buruk. Aku merindukan mereka," gumam Sakura saat emerald hijaunya itu berkelana, melihat pemandangan teluk di sekitarnya yang amat indah saat ia berada di puncak Menara Tategasaki.

Sakura menyukai semuanya dan semuanya terasa menenangkan, tak ada pekerjaan yang menumpuk di atas meja kerjanya atau permasalahan yang membuat ia kelimpungan termasuk menyusun jadwal sang Uchiha Sasuke yang suka seenaknya membatalkan jadwal.

"Kira-kira apa yang sedang ia lakukan ya?" gumam Sakura penuh tanya, ia merindukan pria itu. Rasanya aneh saat pria yang ia lihat sebanyak lima kali dalam seminggu namun sudah tujuh hari tidak ia lihat.

Sakura menggeleng-gelengkan kepalanya, berusaha menyadarkan dirinya dari pemikiran yang ia anggap gila. "Sadarlah Sakura, jangan memikirkan dia lagi. Paling juga ia sedang bersenang-senang bersama Hyuga Hinata yang ia cari setiap saat."

Mengumpulkan kesadarannya, Sakura bangkit dari posisinya dan bergegas turun. Wanita itu memutuskan untuk pergi ke pasar ikan di Miyako dan mencoba beberapa sushi dan sashimi lezat yang dijual, setidaknya ia harus puas-puas makan sebelum benar-benar pergi meninggalkan Jepang.

Sakura tak tahu berapa banyak yang ia makan sampai ia pulang dengan perut yang terasa penuh membuat ia tak punya pilihan selain menjatuhkan tubuhnya, berbaring di atas sofa kamar hotel sembari mengelus perutnya. Terlalu kenyang ternyata tak begitu nyaman namun tak apa, ia punya pencernaan yang baik jadi tak butuh waktu lama sampai perutnya membaik.

Ting tong ting tong. Suara bel pintu terdengar tak ayal membuat Sakura mengerutkan keningnya. Ini sesuatu yang aneh karena seingatnya ia tak memanggil layanan kamar apalagi memesan makanan. Namun suara bel pintu tak kunjung berhenti membuat Sakura jadi kesal mendengarnya, bagaimana bisa orang menekan bel dengan tidak sopan begitu.

"Sebentar," sahut Sakura pada akhirnya, menyeret tubuhnya dengan malas menuju pintu. Sakura menarik nafasnya dalam-dalam, ia berharap dirinya tak marah meledak-ledak atas ketidaksopanan itu hingga ia membuka pintu itu.

"Sudah selesai bermain petak umpetnya?"

Pria yang tak diharapkan muncul di hadapannya dan Sakura tak pernah terpikir jika pria itu akan kembali muncul dan memporak-porandakan hatinya. Ia benar-benar tak bisa mengerti, bagaimana seorang Uchiha Sasuke muncul di Iwate dan menemukan dirinya, apakah ini semacam liburan.

"Apa Tuan juga berlibur di sini?" tanya Sakura kebingungan, lebih memilih menyuarakan pertanyaan yang masih logis baginya karena jika ia bertanya apakah pria itu mencari, itu lebih sangat tidak logis.

"Keterlaluan masih berani tanya," jawab Sasuke dengan intonasi suaranya yang masih terdengar tenang saat ia menerobos masuk hingga pintu itu tertutup otomatis. Aksinya itu jelas membuat Sakura kaget, memundurkan kakinya tiga langkah ke belakang.

"Tuan?" panggil Sakura dengan ekspresi bingungnya, ia tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Sebagai sosok yang cukup mengenali pria itu, Sakura jelas tahu jika pria itu tengah menampilkan ekspresi marah yang membuat ia semakin bingung.

Sesaat kemudian Sasuke mencengkram tangan Sakura, menatapnya dengan tajam. "Aku menjagamu sejak kau masih menjadi ulat kecil namun saat berhasil menjadi kupu-kupu, kau mencoba kabur. Itu benar-benar keterlaluan Sekretaris Haruno."

"Apa-apaan Anda ini?!" ucap Sakura menarik tangannya secara paksa, menyentuh pergelangan tangannya dengan emerald hijaunya yang menatap pria itu tidak senang. "Bukankah sudah jelas jika saya sudah mengundurkan diri? Saya bukan lagi sekretaris Anda."

"Oh ya? Atas dasar apa kau berpikir demikian? Aku belum menyetujui hal itu, itu artinya sampai detik ini kau masih sekretarisku. Kontrakmu baru berakhir enam bulan lagi," ucap Sasuke yang menunjukkan sikapnya yang mendominasi itu.

Sakura memutar bola matanya tak percaya. "Sungguh? Bukankah itu lebih keterlaluan Tuan? Memaksa seseorang yang tidak ingin bekerja lagi dengan Anda untuk tetap bekerja?"

"Kalau begitu katakan, atas dasar apa kau tidak mau bekerja lagi denganku?" tanya Sasuke tak mau kalah. Kali ini pria itu melipat tangannya di depan dada, melayangkan tatapan penuh perlawanan kepada Sakura namun untuk pertanyaan itu Sakura harus bungkam.

Bukankah akan sangat memalukan jika Sakura mengatakan dirinya mengundurkan dari agar cepat move on dari pria mendominasi itu? Tidak, jelas Sakura tidak akan mengatakannya. Setidaknya ia masih perlu menjaga sedikit harga dirinya sampai akhir.

"Tidak mau mengatakannya?" tanya Sasuke menaikkan satu alisnya, menyadari jika wanita merah muda itu tak ada sedikitpun niatan untuk menjelaskan alasannya mengundurkan diri, menghilang dari pandangan onyx hitam kelamnya dan itu jelas sangat menyebalkan.

"Kalau begitu tak perlu diskusi lagi, kau kembali ke Tokyo bersamaku," ucap Sasuke yang mencapai keputusan akhir, keputusan yang ia buat sendiri disaat Sakura bahkan tidak menyetujuinya sama sekali.

"Tidak, saya tidak mau kembali bersama Anda. Bukankah saya sudah bilang? Saya bukan sekretaris Anda, apa susahnya Anda menyetujui surat pengunduran diri saya?" ucap Sakura yang teguh pada pendiriannya, wanita Haruno itu tak mau kembali sakit hati.

Alis Sasuke berkedut kesal namun ia punya senjata ampuh yang membuat ia bisa dengan arogan mengekang wanita merah muda itu. "Kalau begitu kau yang akan kesulitan Sekretaris Haruno."

"Maksud Anda apa?" tanya Sakura menaikkan satu alisnya.

"Kau harus membayar penalti atas pengunduran dirimu," ucap Sasuke menantang namun Sakura tak gentar dengan mudah. Tak mungkin ia pergi tanpa pemikiran yang matang, ingat jika ia punya kecerdasan di atas rata-rata.

"Tentu, saya sudah menghitung penaltinya, akan segera saya kirimkan," ucap Sakura menyunggingkan seringainya seolah dirinya amat sangat senang, mengungguli pria Uchiha itu.

"Kalau begitu bagaimana jika aku melaporkanmu? Atas pemerkosaan?" tanya Sasuke dengan seringainya, ia benar-benar licik dan kali ini Sakura bungkam dan mulai terpikirkan. Sepertinya kecerdasan di atas rata-ratanya itu tak sepenuhnya membuat ia bisa memikirkan segala sesuatu secara menyeluruh, setidaknya ada hal yang terlewatkan.

"Sekretaris Haruno, keputusan ada di tanganmu. Kau akan menetap di sisiku atau masuk penjara? Mana yang lebih baik?" tanya Sasuke dengan senyum kemenangan, ia suka itu karena ia yakin jika ia seratus persen menang.

The Fuzzy ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang