Saat masih kecil, Sakura membayangkan pernikahan layaknya dongeng dengan gaun indah, pesta megah, dan pangeran berkuda putih yang dicintainya. Namun, kenyataan pernikahannya dengan Gaara tidak sesuai dengan bayangannya. Hati Sakura dipenuhi ketidakpastian, dan perasaannya semakin rumit.
Satu bulan setelah lamaran Gaara, Sakura akhirnya memutuskan untuk menerima lamaran itu. Sakura tidak tahu, ini merupakan keputusan yang tepat baginya atau tidak. Sakura hanya merasa dirinya butuh perlindungan untuk bayi di dalam kandungannya atau bahkan untuk dirinya sendiri, perlindungan dari ancaman mengerikan yang berusaha merenggut nyawanya. Terlebih kenyataan untuk merawat seorang anak di negara yang asing terlalu sulit bagi Sakura, keuangannya juga mulai menipis sampai rasanya tidak cukup untuk biaya persalinannya nanti dan Sakura tidak punya keinginan menggunakan cek yang diberikan Mikoto.
Hari ini, dalam balutan gaun putih yang begitu mempesona, Sakura siap melangkah dengan penuh keanggunan, mengenakan ball gown yang mengembang sempurna. Gaun ini, seakan diciptakan khusus untuknya, memiliki detail bertumpuk pada bagian dada yang menambahkan sentuhan elegan pada penampilannya. Kelopak bunga yang dipercantik dengan indah di bagian dada gaunnya memberikan kesan romantis dan mewah. Setiap lipatan dan rincian gaun mencerminkan keindahan dan keanggunan, menciptakan citra seorang putri yang siap memasuki bab baru dalam hidupnya.
Tidak hanya gaunnya yang mencuri perhatian, tetapi Sakura juga mempercantik dirinya dengan aksesori yang sempurna. Sebuah bando dengan hiasan mutiara di kanan dan kiri membingkai kepalanya dengan anggun. Tulle panjang yang sama panjang dengan gaunnya menutupi kepalanya, memberikan sentuhan misterius dan anggun pada penampilannya.
Dalam tampilan yang begitu memukau, Sakura berdiri di balik pintu, siap untuk melangkah ke pelaminan. Gairah dan ketegangan tercampur dalam dirinya. Jantung Sakura berdebar-debar saat secara perlahan pintu besar itu terbuka. Dengan perlahan, Sakura melangkah kakinya dalam balutan heels putih itu memasuki ruangan dengan hiasan megah itu. Genggam Sakura pada buket bunga yang ia pegang semakin erat. Telinganya secara tiba-tiba menjadi tuli, ia hampir tak tak bisa mendengar suara pendeta atau bahkan nyanyian yang terdengar saat ia masuk. Emerald hijaunya hanya terpaku pada sosok pria berambut merah yang menunggunya di altar, tersenyum hangat ke arahnya.
Dada Sakura kembali bergemuruh namun kali ini terasa sesak. Emerald hijaunya itu terasa panas, ia ingin menangis namun bukan karena haru, bukan pula karena di hari bahagianya tak ada orang tuanya, tak ada orang yang ia kenal di dalam ruangan itu selain pria itu. Namun yang membuatnya sesak adalah senyuman itu, bagaimana pria itu menyambut dirinya dengan hangat dalam hidupnya.
Saat Sakura berdiri di sisi pria bernama lengkap Sabaku Gaara itu, Sakura jelas tahu jika pria itu masih tersenyum. Untuk sesaat Sakura ingin mengutuk dirinya sendiri karena sebelum pernikahan ini terjadi Sakura sudah mengatakan jika rasa cintanya pada pria itu sudah lama hilang. Gaara hanya tersenyum seolah itu bukan masalah, seolah selama wanita itu ada di sisinya maka itu lebih dari cukup baginya.
"Saudara Sabaku Gaara, apakah saudara mengakui dihadapan Tuhan Yesus dan Jemaatnya bahwa saudara bersedia menerima saudari Haruno Sakura sebagai istri saudara satu-satunya dan hidup bersamanya dalam pernikahan suci seumur hidup saudara?" tanya Sang Pendeta yang memecahkan pikiran rumit Sakura.
"Saya bersedia." Kalimat sederhana itu lolos dari bibir Gaara begitu saja, tanpa adanya keraguan sedikitpun.
Perasaan Sakura perlahan-lahan terasa hangat. Persetanan dengan Uchiha Sasuke, Sakura ingin bahagia, Sakura ingin dicintai dan jika Gaara satu-satunya pria yang bisa mencintainya maka Sakura tak ingin ragu lagi sampai Sang Pendeta menanyakan pertanyaan yang sama, Sakura tanpa ba-bi-bu lagi segera menjawabnya. "Saya bersedia."
Jawaban cepat Sakura membuat perasaan Gaara bergetar hingga saat dimana keduanya saling berhadapan, Gaara menatap mata Sakura dengan hangat, dan saat tangannya memegang tangan Sakura, ia mulai mengucapkan sumpah pernikahan dengan kata-kata yang penuh makna.
"Sakura, di hadapan Tuhan dan hadirin yang kami cintai, aku, Sabaku Gaara, bersumpah untuk mencintaimu dengan sepenuh hati. Aku bersumpah untuk menjadi pendampingmu dalam suka dan duka, dalam kesehatan dan sakit, dalam kekayaan dan kemiskinan."
Matanya yang intens memandang Sakura, mencerminkan tekad yang mendalam. "Aku bersumpah untuk selalu mendukung impian, untuk selalu mendengarkanmu dengan penuh pengertian, dan untuk selalu ada di sampingmu dalam setiap langkah hidup kita."
Sakura mendengarkan sumpah itu dengan hati yang hangat, meresapi maknanya yang dalam. Gaara melanjutkan, "Aku bersumpah untuk menciptakan keluarga yang penuh kasih dan keamanan, tempat di mana cinta kita akan terus berkembang. Aku akan menjadi suami yang setia dan ayah yang penuh tanggung jawab."
Mata mereka bertemu, dan senyum di wajah Gaara menggambarkan kebahagiaan yang sejati. "Dengan sepenuh hati, aku bersumpah untuk mencintaimu, Sakura, seumur hidupku. Kau adalah cinta sejatiku, dan bersamamu adalah hadiah terindah dalam hidupku."
Sumpah itu terdengar di dalam gereja yang hening, menciptakan momen sakral yang mengikat janji mereka untuk selamanya. Sakura merasa haru, menetaskan air matanya.
Gaara dengan tatapan lembutnya mengambil cincin pernikahan yang berkilau dan memandang Sakura. "Sakura, dengan cincin ini, aku berjanji untuk selalu mencintaimu, setia di setiap langkah hidup kita, dan menghormati ikatan suci ini sepanjang masa.".
Sakura tersenyum ketika Gaara memasang cincin di jari manisnya. "Gaara, dengan cincin ini, aku berjanji untuk menjadi pendampingmu, menyemangatimu dalam setiap impian, dan bersamamu dalam suka dan duka seumur hidup kita."
Tidak bisa menahan rasa bahagia, Gaara mendekatkan bibirnya pada Sakura untuk menciumnya dengan lembut. Ciuman itu bukan hanya tanda keintiman, tetapi juga janji untuk saling menyayangi, mengarungi kehidupan bersama sebagai pasangan suami istri. Namun tiba-tiba wajah Sasuke kembali terbayang dibenak Sakura dan rasanya begitu sesak.
Gaara membelai wajah Sakura dengan lembut, jejak jarinya menyapu air mata yang menetes dari pelupuk mata wanita yang dicintainya. Sorot mata Gaara penuh dengan kelembutan dan pengertian, menyiratkan bahwa setiap sentuhan dan tatapannya adalah ungkapan dari cinta dan perhatian yang mendalam.
Suara riuh tepuk tangan dari hadirin menggema di dalam gereja. Tepukan yang riuh di dalam gereja menjadi melodi yang meriah, memberikan restu dan kebahagiaan bagi Gaara dan Sakura dalam pernikahan mereka. Suara tepukan itu bukan hanya sebagai tanda penghormatan, tetapi juga sebagai bentuk dukungan dan kebahagiaan dari hadirin yang hadir dalam momen sakral tersebut.
Setelah mendengar tepukan itu, di tengah gemuruh tepuk tangan yang memberi restu pada pernikahannya dengan Gaara, perasaan rumit Sakura semakin mendalam. Meski berusaha tulus dan senang, dalam hati Sakura terus berputar pikirannya pada Sasuke, pria yang selalu mengisi kenangan cinta di masa lalu.
Mata Sakura melambai-lambai di antara hadirin yang bersorak gembira, tetapi bayangan wajah Sasuke masih merasuki pikirannya. Sesekali, tatapannya terhenti pada orang-orang di sekelilingnya, tetapi pikirannya melayang ke masa lalu yang penuh emosi. Ia terjebak dalam kebingungan antara tangisan bahagia dan rindu pada cinta yang pernah hadir dalam hidupnya.
Perasaan Sakura menjadi semakin rumit seiring dengan pernikahan yang berlangsung. Meskipun ada kehangatan dan dukungan dari Gaara, perbandingan tidak terelakkan. Setiap kali ia melihat Gaara dengan penuh kasih, bayangan Sasuke mengintip di sudut hatinya, menimbulkan pertanyaan tentang pilihan hidupnya.
Di antara sorak sorai dan senyuman, Sakura merasa sendirian dalam pergulatannya dengan perasaan rumit. Meski pernikahan dengan Gaara seakan menjadi pilihan yang tepat dalam situasi sulitnya, tetapi cinta terhadap Sasuke masih memberi warna kelabu di sudut hatinya yang paling dalam. Perasaan ini menciptakan kekosongan dalam momen yang seharusnya penuh kebahagiaan, membuatnya bertanya-tanya apakah ia benar-benar bisa menemukan kebahagiaan sejati di dalam pernikahan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fuzzy Butterfly
FanfictionWanita cantik berbahaya yang dibalut pesona, gambaran yang cocok untuk mendeskripsikan Sakura. Sayangnya karena sebuah kesalahpahaman, Sakura mengira jika dirinya di mata Sasuke, tidak lebih berharga dibandingkan Hinata. Saat perasaan lelah mencinta...