Suara dering alarm ponsel terdengar nyaring, cukup untuk sampai terdengar ke ruangan sebelah disaat pemilik ponsel itu bahkan tak bergeming, tak terusik sama sekali disaat pemilik benda pipih yang terus berdering dengan nyaring itu tertidur di atas sofa.
"Sasuke sungguh? Berhentilah memasang alarm yang tidak membangunkanmu dan justru mengusik orang lain," ucap Itachi yang muncul dari balik pintu, menampilkan ekspresi jengkelnya sembari berjalan menuju meja kecil di mana ponsel Sasuke berada, mematikan alarm pria itu.
"Hei," panggil Itachi, berusaha mendorong tubuh Sasuke menggunakan jempol kakinya sampai hal itu mengusik adik satu-satunya itu.
Sasuke menghembuskan nafas kasar saat ia terbangun, lebih memilih sedikit bergerak guna mencari posisi yang nyaman sampai ia menutupi kedua matanya menggunakan lengannya. "Jangan ganggu aku Kak."
"Tentu, aku tidak berniat mengganggumu juga. Kau tahu, kakakmu ini cukup sibuk membuat robot dan di sini, justru kau adikku, Uchiha Sialan Sasuke, mengganggu konsentrasiku. Tidak bisakah kau pulang ke rumah luar biasamu itu dan meninggalkan laboratoriumku?" tanya Itachi dengan jengkel pasalnya kepalanya sudah pusing namun Sasuke mengusiknya dengan datang ke laboratoriumnya, menumpang tidur semalaman.
"Kupikir saudaramu itu Tony Stark," sahut Sasuke.
"Oke, itu faktanya," ucap Itachi menunjuk tubuh Sasuke. "Sudah pasti di universe lain, aku dan Tony Stark adalah sepasang saudara dan itu pasti menyenangkan karena kami bisa berbagi pikiran yang sama. Karena itu Sasuke, meskipun kau bukan Tony Stark yang bisa berbagi pikiran yang sama denganku setidaknya jangan mengusik pekerjaanku."
"Kenapa kalian semua menyebalkan?" bentak Sasuke pada akhirnya, kesal sembari mendudukkan dirinya sampai Itachi mengerutkan keningnya usai mendengar pernyataan adiknya itu.
"Siapa?" tanya Itachi, melipat tangannya di depan dada saat bola mata onyx itu tak berhenti mengawasi Sasuke, begitu penasaran akan siapa yang tengah dibicarakan oleh adik semata wayangnya itu.
"Kau bertengkar dengan ibu?" tebak Itachi pada akhirnya, memperkirakan satu-satunya manusia yang tidak bisa dibantah oleh seorang Uchiha Sasuke yang egois dan keras kepala serta kadang kekanak-kanakan.
"Dia menjodohkanku dengan wanita tidak jelas dari Hyuga itu. Kau tahu? Ibu terkadang sedikit gila dan memaksa," ucap Sasuke jengkel, kembali terbayang percakapan terakhirnya dengan Sang Ibu disaat ia menjatuhkan kakinya ke lantai, memposisikan tubuhnya untuk duduk sedikit membungkuk.
"Pftt." Itachi berusaha menahan tawanya, menutup mulutnya menggunakan telapak tangannya namun hal yang baru saja dikatakan oleh adiknya itu terlalu lucu. Mungkin Itachi akan mencatatnya sebagai jokes terlucu tahun ini, lihat adiknya tengah dijodohkan dan tantrum karena tidak mau.
"Sialan!!" maki Sasuke, melemparkan bantal ke kepala Itachi yang akhirnya tertawa terbahak-bahak, sudah benar-benar tidak bisa menahan tawanya.
"Kenapa tidak kau saja yang dijodohkan dengan wanita itu? Kau yang lebih tua, harusnya kau yang menikah duluan," ucap Sasuke kesal, melipat tangannya di depan dada sembari memalingkan wajahnya.
Itachi memiringkan kepalanya. "Jawabannya sudah jelas, aku sudah bilang pada Ibu jika Ibu memaksa aku menikah maka aku akan menjadi pastor."
"Cih," ucap Sasuke mendecih, begitu benci dengan alasan Itachi yang dibuat-buat sampai ia membaringkan tubuhnya kembali, membelakangi kakaknya itu.
Sebenarnya Sasuke mungkin saja mengatakan hal yang sama seperti kakaknya tapi masalahnya adalah ia dan kakaknya berbeda. Kakaknya mungkin bersungguh-sungguh saat mengatakan itu, ia benar-benar akan menjadi pastor jika itu terjadi sementara dirinya tentunya tidak, ia juga ingin menikah dan mungkin itu bersama wanita merah muda yang mengusiknya dengan tubuh sensual menggoda.
"Hei, kalau kau benar-benar tidak mau kau bisa melakukan sesuatu bukannya berguling-guling tidak jelas di laboratorium kakakmu ini. Perjodohan kan pasti punya alasan bisnis kalau begitu kau hanya perlu mendapatkan apa yang menjadi alasan itu saja, memangnya tawarannya apa?" ucap Itachi pada akhirnya tepat saat ia mendudukkan dirinya di sofa, menatap punggung adiknya yang merajuk itu.
"Proyek pembangunan area industri baru," sahut Sasuke.
"Kalau begitu kenapa tidak menemui Walikota Senju Tsunade saja? Kau kan bisa merundingkan hal itu," ucap Itachi enteng dengan pemikiran jika adiknya benar-benar bodoh, tidak terpikir hal sesederhana itu.
Sasuke membalikkan tubuhnya, menatap Itachi dengan jengkel. "Kau itu terlalu sibuk membuat robot dan tidak melihat dunia. Walikota itu berada dibawah kendali Dewan Hyuga lalu aku juga bahkan tidak bisa mengancamnya karena karir politiknya sangat bersih."
"Oke, kalau begitu aku akan mengatakan jika kau terlalu sibuk dengan bisnis sampai tidak mendengar gosip yang beredar. Walikota Senju punya anak perempuan yang hilang, kau bisa saja membantunya menemukan anak itu dengan syarat ia memberikan proyek itu padamu," ucap Itachi memiringkan kepalanya, tersenyum dengan bangga karena merasa dirinya lebih pintar dibandingkan Sasuke.
Mendengar pernyataan Itachi, Sasuke tiba-tiba bangkit dari posisi berbaringnya. Pria itu menolehkan kepalanya, menatap Sang Kakak namun itu tidak berlangsung lama karena ia segera bangkit dan pergi meninggalkan laboratorium raksasa milik kakaknya itu, cukup membuat Sang Kakak bernafas lega karena Sang Pengganggu telah pergi.
Sementara itu, Sasuke melakukan saran yang Itachi katakan. Sasuke pergi menemui Tsunade guna melangsungkan perundingan itu namun untuk saat ini, Tsunade hanya mengatakan untuk mempertimbangkannya kembali lalu menghubungi Sasuke kembali. Meskipun tidak ditanggapi dengan baik setidaknya Sasuke bisa sedikit bernafas karena sebelumnya ia cukup tercekik.
Usai dengan urusannya, Sasuke pergi ke perusahaannya sedikit siang, bersiap untuk bekerja namun ia tak mendapati keberadaan Sakura sama sekali karena itu ia jadi bertanya-tanya.
"Sekretaris Uzumaki, kau melihat Sekretaris Haruno hari ini?" tanya Sasuke pada akhirnya, menatap Karin yang berdiri di hadapannya sembari memeluk iPad di dadanya erat-erat, baru saja selesai menjelaskan pekerjaan menumpuk yang harus Sang Atasan kerjakan.
Karin menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak Tuan, Sekretaris Haruno tidak ada sejak pagi. Saya sudah menghubunginya berulang kali tapi ponselnya mati karena Sekretaris Haruno tidak memberi kabar sama sekali."
"Keluarlah," ucap Sasuke pada akhirnya membuat Karin segera menganggukkan kepalanya, ia juga tak ingin berlama-lama berhadapan dengan atasannya dengan wajah yang mengatakan aura tak enak itu.
Sasuke memijat kepalanya, merasa kepalanya cukup pening sekarang. Tidak bisa dipungkiri akhir-akhir ini sekretaris merah mudanya itu cukup membuat ia kelimpungan, sekali menghilang karena mengundurkan diri lalu sekali lagi karena menjadi pesuruh ibunya. Namun Sasuke tak ambil pusing, ia berpikir mungkin Sakura hanya tengah menghindarinya seperti terakhir kali namun sampai dua hari berlalu, wanita itu tak kunjung muncul sampai Sasuke harus mengerahkan tenaga guna mencari tahu alamat apartemen baru wanita itu namun sayangnya Sasuke terlambat, tempat itu kosong.
Sasuke mengepalkan tangannya, melihat apartemen itu yang kosong. "Kali ini apalagi? Kenapa kau begitu suka kabur dariku Sekretaris Haruno?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fuzzy Butterfly
FanfictionWanita cantik berbahaya yang dibalut pesona, gambaran yang cocok untuk mendeskripsikan Sakura. Sayangnya karena sebuah kesalahpahaman, Sakura mengira jika dirinya di mata Sasuke, tidak lebih berharga dibandingkan Hinata. Saat perasaan lelah mencinta...