Chapter 37 : How Destiny Binds So Tightly

842 93 9
                                    

Pagi itu, sinar matahari menyapa dengan lembut melalui jendela kamar Gaara dan Sakura, mencerahkan ruangan dengan cahaya hangatnya. Udara di dalam rumah terasa nyaman dan sejuk, menciptakan suasana yang menyenangkan untuk memulai hari. Gaara duduk di meja dapur, menikmati secangkir kopi hangat di tangannya. Di sebelahnya, Ryuu masih tertidur dengan damai di kursi tinggi, wajahnya yang polos terlihat tenang dalam tidurnya.

Sakura tersenyum melihat keduanya. Dia merasa beruntung bisa menikmati momen kecil seperti ini bersama mereka. Sambil menyiapkan sarapan, Sakura menatap Gaara, merasakan kehangatannya sampai terdengar suara dengkuran lembut dari Ryuu yang membuat mereka tertawa kecil, mengisi ruangan dengan keceriaan.

Setelah sarapan dan bersiap-siap, Gaara dengan lembut memungut Ryuu yang masih tertidur pulas dari kursi tinggi, memeluknya dengan penuh kasih sayang. Wajahnya penuh dengan ekspresi lembut saat dia menggendong putranya yang kecil itu, merasa begitu berharga memiliki momen intim seperti ini.

"Sampai jumpa, Sayang," ucap Gaara dengan suara lembut, mengecup kening Sakura dengan lembut. Dia memandang Sakura dengan tatapan penuh cinta dan kehangatan, sebelum bergegas menuju pintu keluar untuk memulai hari kerjanya.

Gaara meletakkan Ryuu yang tertidur di kursi belakang. Hari itu Gaara sedikit terburu-buru karena hari itu merupakan sehari sebelum animasi dari studio animasinya rilis. Di tengah jalan Gaara mendapat telepon jika ada bagian yang bermasalah dalam animasinya karena itu ketika tiba di depan gedung, Gaara dengan tergesa-gesa memarkir mobilnya di depan gedung, pikirannya dipenuhi dengan kekhawatiran akan masalah animasi yang baru saja muncul. Namun, dalam kepanikan itu, Gaara benar-benar melupakan bahwa Ryuu masih tertidur pulas di kursi belakang mobil.

Sementara itu, Sasuke duduk di kursi belakang taksi, pikirannya dipenuhi dengan keputusasaan dan rasa hampa. Dia merasa seperti hidupnya berada dalam kekacauan yang tak terkendali, dan memutuskan untuk kembali ke Tokyo adalah satu-satunya pilihan yang masuk akal baginya saat ini. Namun, perjalanannya terputus ketika taksi yang dia naiki tiba-tiba melambat.

"What is it? Why do people crowd there? Are there animals or people trapped in the car?" ucap supir taksi itu bertanya-tanya membuat Sasuke menegakkan kepalanya, menoleh ke arah jendela dan melihat kerumunan orang yang berkumpul di sekitar sebuah mobil.

"Sir, could you stop for a moment? I want to see it," ucap Sasuke dengan rasa penasaran melanda pikirannya, membuatnya memutuskan untuk turun dari taksi dan melihat apa yang sedang terjadi.

Supir taksi itu menuruti keinginan Sasuke, ia berhenti di pinggir jalan, membiarkan Sasuke berjalan mendekati kerumunan itu, bergabung dengan orang-orang yang menatap ke arah mobil. Sasuke mencoba mencari tahu apa yang terjadi, apakah itu kecelakaan atau insiden lainnya yang menarik perhatian orang-orang. Namun, ketika dia semakin mendekat, ia mendapati sosok Ryuu yang ia ketahui sebagai anak Sakura ada di dalam sana.

Dengan nalurinya yang terlatih dalam situasi darurat, Sasuke segera menyadari potensi bahaya yang mengintai. Dia berseru kepada kerumunan orang-orang untuk menyingkir, menyadarkan mereka akan bahaya yang mungkin terjadi jika kaca mobil itu pecah. Tanpa ragu, Sasuke bergerak cepat, mencari benda yang cukup kuat untuk memecahkan kaca mobil dengan cepat.

Dengan gerakan tangan yang terampil, Sasuke berhasil memecahkan kaca depan mobil yang membentuk celah yang cukup besar untuk memberikan akses. Dia tidak membuang waktu dan segera membuka pengunci mobil, mencapai Ryuu yang masih tertidur di kursi belakang. Dalam sekejap, Sasuke menggendong Ryuu dengan hati-hati keluar dari mobil, memastikan keselamatan anak itu adalah prioritas utama.

Dengan menggendong Ryu, Sasuke berbalik dan berlari kembali ke taksi yang menunggunya. Dengan nada yang mendesak, dia menyuruh supirnya untuk segera menuju rumah sakit terdekat. Sasuke tidak membuang waktu, menyadari bahwa setiap detik sangat berharga dalam situasi seperti ini.

"Bertahanlah, Nak," ucapnya dengan suaranya yang bergetar sedikit, mencerminkan ketegangan dan kecemasan yang tersembunyi di dalam hatinya. Sasuke meletakkan tangan di atas tangan Ryuu dengan lembut, memberikan sedikit kehangatan dan dukungan fisik dalam momen yang sulit ini.

Kata-kata itu tidak hanya menjadi ungkapan harapan untuk keselamatan Ryuu, tetapi juga menjadi janji Sasuke bahwa dia akan selalu berada di sana untuk anak itu, tidak peduli apa pun yang terjadi.

Setibanya di IGD, Ryuu segera mendapatkan perawatan medis yang mendesak. Dokter dan perawat yang siap sedia langsung menangani kasus darurat ini dengan cepat dan efisien. Para petugas medis itu melakukan pemeriksaan cepat untuk menilai kondisi fisik Ryuu secara keseluruhan, termasuk memeriksa tekanan darah, detak jantung, dan tingkat kesadaran. Setelah itu, mereka melakukan pemeriksaan lengkap untuk memastikan tidak ada cedera serius yang terjadi akibat insiden mobil tersebut.

"Excuse me Sir, is this child your son?" ucap salah seorang perawat yang segera menemui Sasuke, melihat pria itu yang begitu panik menunggu Ryuu yang sedang diperiksa lebih lanjut.

Sasuke menggelengkan kepalanya pelan. "No, it's not. But I know his mother."

"Oke then, could you please contact his mother?" ucap perawat itu membuat Sasuke berulang kali menganggukkan kepalanya dalam kepanikan, berusaha mencari ponselnya dari dalam saku bajunya namun ia terlalu panik sampai sekujur tangannya gemetaran.

"Sir, Sir," panggil perawat itu. "Sir, you have to calm down. Breathe slowly, you're panicking right now but that's okay. The child will be fine."

"Yeah yeah, oke. I'm fine, I'll call his mother," ucap Sasuke sambil berusaha menarik nafasnya dalam-dalam berulang kali saat perawat itu menuntunnya untuk duduk.

"Oke Sir, I will leave you here. Please immediately contact the child's mother," ucap perawat itu hendak pergi namun Sasuke menahan tangannya.

Sasuke menatap perawat itu, menampilkan tatapannya yang dipenuhi oleh kekhawatiran. "Please save him."

"We will do our best for him Sir," ucap perawat itu hingga Sasuke melepaskannya, membiarkannya untuk pergi.

Setelah kepergian perawat itu, Sasuke mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Sakura namun semua panggilannya selalu ditolak oleh Sakura. Sasuke mengerti itu, karena itu ia mengirimkan pesan kepada Sakura hingga wanita itu segera menghubunginya kembali.

"Apa yang terjadi?" tanya Sakura dari seberang sana dengan suara yang bergetar penuh kekhawatiran.

"Dia terjebak di dalam mobil, aku tidak tahu sudah berapa lama. Saat ini ia sedang ditangani oleh dokter, sebaiknya kau segera kemari, Sakura," ucap Sasuke dengan perasaan yang campur aduk, sulit untuk dijelaskan.

"Sasuke, tolong jaga dia sementara waktu. Aku mohon, jaga dia. Beritahu aku jika terjadi sesuatu, aku ke sana sekarang juga," ucap Sakura memohon membuat Sasuke menganggukkan kepalanya sembari mengakhiri panggilan telepon itu.

The Fuzzy ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang