Chapter 35 : Realizing that Love is Sincere

766 70 5
                                    

Pukul lima dini hari, keheningan malam melingkupi Sakura yang duduk dalam mobilnya di depan rumah. Meskipun sudah sampai di tempat yang dikenalnya dengan baik, dirinya terpaku dalam kebimbangan yang menghantui pikirannya. Setiap kali melangkah mendekati pintu, ia merasa terbebani oleh rasa bersalah yang membelenggunya. Bagaimana ia bisa menghadapi Gaara, suaminya, setelah melakukan perbuatan yang tak termaafkan dengan Sasuke?

Mengingat perbuatannya dengan Sasuke, Sakura diselimuti oleh gelombang rasa bersalah yang tak terbendung. Dia tak sanggup menghadapi Gaara, membawa beban dosa yang tak termaafkan ke dalam rumah mereka. Dalam kebimbangan yang membebani pikirannya, Sakura memukuli setir mobilnya berulang kali, mencari pelarian dari konflik batin yang tak kunjung selesai. Rasanya seperti satu jam berlalu, di dalam mobil yang sunyi, Sakura berjuang untuk menenangkan pikirannya yang kacau.

Akhirnya, dengan nafas yang berat, Sakura menghentikan pukulan kerasnya dan menarik napas dalam-dalam. Dengan tekad yang rapuh, ia mengumpulkan keberanian untuk keluar dari mobil dan memasuki rumah. Namun, ketika pintu rumah terbuka, Sakura disambut oleh tatapan luka penuh kekecewaan dari Gaara, suaminya, yang sudah menunggunya di ruang tamu.

"Kau bertemu dengannya?" tanya Gaara dengan suara yang rendah, namun terdengar penuh dengan kelemahan dan kekecewaan yang hanya bisa membuat Sakura terdiam, tak sanggup menjawab pertanyaan Gaara. Tatapan matanya terus menatap lantai, tak mampu bertemu dengan pandangan Gaara yang penuh dengan rasa sakit.

"Gaara..." bisiknya dengan gemetar, namun kata-kata terputus sebelum bisa melanjutkan. Bibirnya bergetar, mengungkapkan kebingungannya yang mendalam. Namun bagi Gaara, keheningan adalah jawaban yang cukup untuknya.

"Begitu rupanya," ucap Gaara dengan nada yang penuh dengan kekecewaan. "Kita baru saja bertengkar karenanya, dan kemudian kau bertemu dengannya."

Suara Gaara terdengar rapuh, mencerminkan perasaannya yang terluka dan hancur karena pengkhianatan yang dirasakannya, membuat ia mencengkram dadanya sendiri yang bergemuruh sakit. Gaara tidak pernah membayangkan akan sesakit ini. Semua ini adalah balas dendamnya kepada pria Uchiha itu, menikahi Sakura namun saat wanita itu tergerak kembali dalam pelukan pria itu, Gaara merasa sakit yang sesak

"Sepanjang pernikahan kita, tak pernah satu kali pun kau mengizinkan aku menyentuhmu Sakura. Sementara dia?" ucap Gaara gemetaran. "Kenapa harus dia?!"

"Aku Sakura, aku!!" teriak Gaara memukul dadanya berulang kali, menumpahkan rasa kekecewaan dan amarahnya yang berkecamuk. Gaara dipenuhi oleh pertanyaan mengapa istrinya kembali ke pelukan pria itu disaat dirinyalah yang ada di sisinya selalu bahkan menerima anak dari pria itu, membesarkannya seperti anak sendiri dengan cinta.

Gaara merasa seperti dihantam badai emosi yang tak terkendali. Rasanya seperti dunia yang ia kenal runtuh di hadapannya, meninggalkannya dalam kehampaan dan kekosongan yang tak terperikan. Dia berjuang untuk memahami apa yang terjadi, mencari alasan di balik tindakan Sakura. Namun, kekecewaan dan amarahnya menghalangi segalanya, menjeratnya dalam pusaran emosi yang gelap dan menyakitkan.

"Gaara maafkan aku, tapi semuanya sudah berakhir. Sekarang tidak ada artinya lagi. Aku, hidupku, sekarang hanya tentangmu," ucap Sakura berusaha mendekati Gaara, berusaha menyakinkan jika dirinya dan Sasuke sudah sepenuhnya berakhir.

"Sudah cukup Sakura, aku perlu waktu," ucap Gaara menahan diri, bergegas pergi meninggalkan Sakura yang merosot jatuh ke bawah setelah ditinggal Gaara. Sakura pun menangis tersedu-sedu dalam rasa bersalahnya.

Sementara Gaara setelah meninggalkan rumah, bergegas menuju perusahaan studio animasinya. Meskipun berusaha fokus pada pekerjaannya, pikirannya tetap melayang-layang pada Sakura dan perasaannya yang hancur. Setiap kali ia mencoba memusatkan pikirannya pada pekerjaan, bayangan Sakura dan keputusasaan hatinya menghantui pikirannya.

Kankuro, saudaranya yang perhatian, diam-diam memperhatikan kegelisahan Gaara sepanjang hari. Mengetahui bahwa Gaara membutuhkan penyegaran pikiran, Kankuro mengajaknya pergi ke bar malamnya untuk minum-minum. Meskipun awalnya enggan, Gaara akhirnya menyetujui ajakan itu karena merasa perlu melepaskan sedikit beban yang membebani pikirannya.

"Kau masih bertengkar dengan Sakura? Jangan terlalu keras padanya, dia itu sangat peduli padamu. Aku melihat ia sangat gelisah saat aku bicara dengannya terakhir kali," ucap Kankuro menasehati membuat Gaara terdiam sejenak.

Kankuro tersenyum kecil. "Kau ini, benar-benar ya. Aku tahu kau sangat mencintainya."

"Aku?" ucap Gaara bertanya-tanya, ia sedikit terkejut mengetahui jika di mata Kankuro ia terlihat benar-benar mencintai Sakura. Karena selama ini Gaara merasa dirinya terus berpura-pura mencintai Sakura demi balas dendamnya.

"Tentu saja. Gaara semua orang juga tahu itu, tatapanmu ketika menatap Sakura itu sangat berbeda dan lembut. Kau sangat mencintainya, karena itu jangan men -" Belum sempat rasanya Kankuro menyelesaikan kata-katanya saat Gaara sudah beranjak dari meja bar dan pergi keluar.

Dalam keadaan terburu-buru, Gaara mengambil mobilnya dan mengedarai mobil tersebut dengan cepat. Jantungnya berdebar-debar, mengantarkannya pada kesadaran akan perasaannya yang sesungguhnya. Gaara menyadari bahwa ia benar-benar mencintai Sakura, dan kehadiran Sasuke kembali dalam kehidupan mereka telah membuatnya tersadar akan kedalaman perasaannya.

Di dalam mobil, pikiran Gaara dipenuhi oleh bayangan Sakura, oleh rasa cintanya yang tak terbendung lagi. Gaara sadar bahwa Sakura bukan hanya bagian dari upayanya untuk membalas dendam terhadap Sasuke, tetapi telah menjadi bagian dari dunianya sepenuhnya. Hatinya bergemuruh sesak, terasa hampir tak tertahankan, karena kesadarannya akan betapa pentingnya Sakura baginya.

Akhirnya, Gaara tiba di rumah dengan hati yang berdebar-debar. Tanpa ragu, ia langsung masuk ke rumah dan melihat Sakura berdiri dengan ekspresi bingung. Tanpa berkata apa-apa, Gaara mendekat dan menerjang untuk memeluknya, merangkulnya dengan erat sebagai ungkapan dari perasaannya yang begitu dalam dan tak terucapkan.

"Maafkan aku," bisik Gaara pelan.

Sakura tergerak mendengar ungkapan Gaara, membalas dekapan pria itu tak kalah hangat, menyelipkan hidung mancungnya di sela-sela leher pria itu. "Bukan kau yang seharusnya minta maaf, itu aku. Aku yang bersalah Gaara, maafkan aku."

Gaara merasakan tekanan yang membebani dadanya mereda ketika Sakura membalas dekapannya dengan hangat. Mencium aroma harum rambutnya yang familiar, Gaara merasa kedamaian mulai menyelinap kembali dalam hatinya yang berkecamuk. Dia melepaskan pelukannya perlahan, membiarkan jarak terbuka di antara mereka.

"Sakura, ayo kita mulai dari awal lagi," ucap Gaara dengan suara yang tenang, namun penuh dengan tekad.

Sakura menganggukkan kepala, matanya yang indah memancarkan kelegaan. "Iya, kita bangun semuanya dari awal lagi. Sekarang hanya ada aku, kau, dan Ryuu. Bisakah?"

Gaara tersenyum tipis, merasa lega melihat kekuatan dan tekad dalam kata-kata Sakura. "Kita pasti bisa, Sakura. Kita akan melewati ini bersama-sama, sebagai keluarga yang utuh."

Mereka saling berpegangan tangan, merasakan kehangatan yang mengalir di antara mereka, membangun pondasi baru untuk masa depan yang lebih baik. Dalam momen ini, Gaara dan Sakura merasa yakin bahwa tidak ada rintangan yang tidak bisa mereka hadapi, asalkan mereka bersama.

The Fuzzy ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang