Sasuke duduk sendirian di sudut kamar hotelnya, cahaya lampu redup memantulkan kekosongan di matanya yang terfokus pada selembar kertas putih di tangannya. Jari-jarinya gemetar saat menggenggam hasil tes DNA yang baru saja dia terima. Wajahnya tercermin dalam kekakuan, memancarkan campuran antara kebahagiaan yang tulus dan kebingungan yang mendalam.
Dengan hati yang berdebar, Sasuke menatap hasil tes itu berulang kali, mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang menghantui pikirannya. Ryuu adalah putranya, anak dari hubungan rahasia antara dirinya dan Sakura. Rasanya seperti mimpi yang menjadi kenyataan, tetapi di balik kegembiraan itu, tersembunyi rasa tidak mengerti dan kekecewaan yang mengganjal.
Sasuke memejamkan mata sejenak, mencoba meredakan gelombang emosi yang membanjiri dirinya. Tapi bagaimanapun juga, pertanyaan-pertanyaan itu tetap berputar di kepala. Mengapa Sakura menyembunyikan kebenaran ini darinya begitu lama? Apa alasan di balik rahasia ini? Dan yang lebih penting, apa yang harus dia lakukan selanjutnya? Sasuke merasa terjebak dalam labirin emosi yang rumit, tanpa jalan keluar yang jelas.
"Tidak, dia putraku dan sudah seharusnya berada di sisiku. Pria Sabaku itu tidak pantas untuk memiliki Sakura dan anakku," ucap Sasuke dengan gemuruh emosinya, sedikit meremas kertas yang ia pegang, dibanjiri oleh perasaan amarah yang tertuju pada pria Sabaku itu.
Dengan langkah yang mantap namun hati yang berat, Sasuke meninggalkan kamar hotelnya menuju rumah Sakura dan Gaara. Di tangannya, ia masih memegang erat selembar kertas putih yang menyimpan jawaban atas pertanyaan yang menghantuinya selama ini.
Saat Sasuke tiba di depan pintu rumah, ia merasakan detak jantungnya semakin keras. Ia menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri sebelum mengetuk pintu. Suasana di dalam rumah terasa hening, hanya terdengar suara langkah Sasuke yang gemetar di teras. Setelah beberapa saat, pintu akhirnya terbuka, dan Sakura muncul di ambang pintu dengan ekspresi campuran antara kejutan dan ketegangan. Gaara berdiri di belakangnya, matanya menyelidiki kedatangan Sasuke dengan tajam.
"Sasuke?" desis Sakura, suaranya serak karena kebingungan.
Sasuke menatap keduanya dengan tatapan serius, tanpa berkata apa pun. Ia hanya mengangguk pelan, menunjukkan bahwa ia memiliki sesuatu yang ingin dia sampaikan. Dengan langkah perlahan, Sasuke memasuki rumah mereka. Tangannya masih memegang erat kertas hasil lab yang menjadi kunci dari semua kebenaran yang akan terungkap. Sasuke tahu bahwa momen ini akan mengubah segalanya, dan ia siap untuk menghadapinya, walau bagaimanapun juga.
Sasuke meletakkan hasil lab tes DNA-nya dan Ryuu yang cocok di atas meja. Sasuke diam sejenak, membiarkan hasil tes DNA itu berbicara sendiri. Sakura, terkejut dan terpana, menatap kertas putih itu dengan tatapan yang tak percaya. Matanya meluncur dari kertas itu ke wajah Sasuke, mencari jawaban atas pertanyaan yang menghantuinya. Sementara itu, Gaara merasakan amarah membara di dalam dirinya. Dengan mata yang menyala, ia menatap Sasuke dengan tajam, pertanyaan yang tersirat jelas terpancar dari wajahnya.
Sasuke akhirnya mengangkat pandangannya, menatap keduanya dengan serius. "Ini hasil tes DNA aku dan Ryuu."
Sakura mengambil napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. "Apa... apa artinya semua ini, Sasuke?"
Sasuke menjelaskan dengan tenang, "Ini berarti Ryuu adalah putraku."
Gaara, dengan rasa marah yang tak terkendali, menatap Sasuke dengan matanya yang membara. "Apa yang kau maksud Uchiha Sasuke?!"
"Ah, sepertinya kau sudah tahu itu Sabaku," ucap Sasuke mengukir senyuman licik di bibirnya dengan arogan, menatap Gaara dengan tatapan yang menghina.
Gaara menatap Sasuke dengan penuh kebencian, mata mereka saling bertemu dalam satu tatapan tajam yang membara. Gaara merasakan amarah yang mendidih di dalam dirinya. "Sabaku Ryuu adalah putraku!!"
Sakura, di antara keduanya, merasa dadanya terasa sesak. Dia tidak tahu bagaimana cara meredakan ketegangan di ruangan ini, dan ia merasa terjepit di antara dua pria yang sedang berseteru. Dalam hatinya, dia merasa kehilangan dan kebingungan.
Sasuke, dengan sikapnya yang arogan, berseru lantang, "Aku tidak akan pernah membiarkan anakku berada di bawah aturanmu, Sabaku. Ryuu adalah anakku, dia adalah Uchiha dan aku akan melindunginya."
Gaara menahan amarahnya, tangannya menggenggam erat meja di depannya. "Kau telah melemparkan pertumpahan darah pada keluargaku, Uchiha."
Sakura mencoba untuk berbicara, tapi suaranya tercekat di tenggorokannya. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan, dan perasaan cemas merayap di hatinya. Tiba-tiba, suasana di ruangan itu terasa semakin tegang, diisi oleh kebencian yang tak terucapkan namun terasa nyata di udara.
"Ryuu adalah putraku, aku akan membawanya bersamaku!!" tegas Sasuke membuat Sakura melebarkan bola matanya, menatap pria itu dengan keterkejutannya.
"Tidak!!" teriak Sakura penuh kepanikan.
"Berani kau Uchiha?!" bentak Gaara menunjuk wajah arogan Sasuke. "Asal kau tahu, Ryuu hanya mengenal aku sebagai daddy-nya. Kau tidak pernah ada di hidupnya karena itu sampai kapanpun dia adalah putraku!"
"Jangan konyol Sabaku, tes DNA itu jelas menunjukkan bahwa Ryuu ad-" "Keluarga bukan hanya tentang darah!! Ryuu adalah putraku, dia Sabaku Ryuu, aku daddy-nya!!" bentak Gaara dengan emosi memutus ucapan Sasuke yang terus menerus menekankan hasil tes DNA.
Di tengah perdebatan yang semakin memanas, Ryuu tiba-tiba muncul dari sudut ruangan dengan wajah penuh kekhawatiran. Langkah-langkahnya kecil dan hatinya berdebar kencang. Dia segera menghampiri Gaara, memeluk kaki daddy-nya dengan erat, ekspresi khawatir terpancar jelas di wajahnya. Setiap bentakan dan teguran yang terdengar membuatnya merasa takut, dan dia hanya ingin mencari perlindungan di dekat Gaara, sumber keamanan baginya. Gaara segera menundukkan dirinya untuk memeluk Ryuu, mengusap lembut punggung anaknya itu dengan penuh kasih sayang, mencoba menenangkan hatinya yang tak karuan di tengah ketegangan yang menyelimuti ruangan itu.
Melihat kedekatan Ryuu dan Gaara, Sasuke diselimuti oleh rasa perasaan yang tak menentu. Di tengah situasi itu akhirnya Sakura membawa Sasuke keluar dari rumahnya untuk bicara sebentar, tak ingin membiarkannya Ryuu melihat perdebatan mereka.
"Sasuke, sebaiknya kau pulang sekarang," ucap Sakura berterus terang, tak ingin memperpanjang perseteruan.
"Apa? Pulang Sakura? Apa yang baru saja kudengar? Sakura, kau sudah keterlaluan. Kau menyembunyikan fakta ini bertahun-tahun, aku ayahnya Sakura," ucap Sasuke tak terima, menepuk-nepuk pelan dadanya berulang kali.
Sakura menggelengkan kepalanya. "Sasuke, kita sudah sepakat. Semuanya sudah berakhir, tak ada jalan kembali untuk kita."
"Sakura, kenapa kau mempersulit segala sesuatu? Kau mencintaiku dan Ryuu adalah putraku. Kita bisa bersama Sakura," terang Sasuke, berusaha menggenggam tangan Sakura dan meyakinkannya namun Sakura segera menarik dirinya.
"Sasuke, kau tidak paham akan apapun. Kau pikir semua ini sesederhana yang kau lihat? Hidup tidak semudah itu Sasuke. Kau punya kesempatan tapi itu dulu, sudah begitu terlambat bagimu sekarang. Ryuu melihat Gaara sebagai sosok ayah sepanjang hidupnya, dia adalah ayah yang hebat. Kau pikir anak kecil harus menanggung kesalahan orang dewasa? Bagaimana ia bisa memahami hal itu? Bagaimana jika terjadi sesuatu pada kondisi mentalnya? Kau tidak mengerti apapun Sasuke. Aku mungkin memang mencintaimu tapi Gaara, aku menghormatinya sebagai ayah bagi Ryuu," ucap Sakura panjang lebar.
Sakura menarik nafasnya panjang sebelum akhirnya ia melanjutkan, "aku tidak peduli sekalipun aku harus bertahan dalam pernikahan yang tidak membawakan aku cinta. Bagiku yang terpenting adalah Ryuu tumbuh dalam kondisi mental yang baik dan menerima cinta yang banyak dari orang tuanya dan itu jelas aku dan Gaara."
Sasuke menganggukkan kepalanya pelan, penuh dengan rasa kekecewaan yang mendalam. Namun, semangatnya tak luntur begitu saja. Dalam hati, ia bersiap untuk melakukan apa pun yang diperlukan untuk menyingkirkan Gaara dari kehidupan Sakura dan Ryuu. Dalam rencananya yang gelap, Sasuke menyusun strategi dan menyiapkan beberapa cara untuk menghadapi Gaara.
Dengan mantap, Sasuke menghubungi Suigetsu dan Juugo, memberi instruksi kepada keduanya untuk pergi ke Los Angeles dan menyelidiki Gaara. Mereka ditugaskan untuk mengumpulkan informasi apa pun yang dapat digunakan Sasuke untuk menjatuhkan Gaara dan mengambil tempatnya di hati Sakura. Dengan tekad yang kuat, Sasuke tidak akan berhenti sebelum mencapai tujuannya, meskipun harus melangkah ke jalur yang gelap dan berbahaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fuzzy Butterfly
FanfictionWanita cantik berbahaya yang dibalut pesona, gambaran yang cocok untuk mendeskripsikan Sakura. Sayangnya karena sebuah kesalahpahaman, Sakura mengira jika dirinya di mata Sasuke, tidak lebih berharga dibandingkan Hinata. Saat perasaan lelah mencinta...