Setelah hiruk pikuk acara pembukaan toko cabang bakery-nya mereda, Sakura menemukan dirinya sendirian di dalam ruangan yang masih menyisakan aroma manis. Meskipun Sakura memiliki karyawan di tokonya, saat malam tiba setelah acara pembukaan, ia kembali ke dalam ruangan belakang toko, dikelilingi oleh aroma manis dan kelelahan. Karyawan-karyawan yang setia telah pulang, memberi ruang bagi Sakura untuk mengevaluasi hari yang sibuk itu.
Sakura duduk di meja kecil, memperhatikan catatan dan laporan penjualan yang berserakan. Suara langkah kaki dan tawa tamu-tamu yang masih terasa seperti gema di telinganya. Sementara segalanya tampak sukses dan bahagia di luar, Sakura merenungkan beban kepemimpinan dan tanggung jawab yang harus dipikulnya.
Dalam keramaian hatinya yang sunyi, Sakura merasakan kehadiran karyawan-karyawannya yang berdedikasi. Mereka adalah bagian tak terpisahkan dari perjalanan ini. Meski karyawan telah pulang, Sakura tahu bahwa kerja keras dan dedikasi timnya telah menciptakan momen yang berkesan bagi tamu-tamu dan kesuksesan acara tersebut.
Setelah menghabiskan waktu sendirian di ruang belakang toko, Sakura merasa kelelahan namun juga puas dengan hasil acara pembukaan. Dia bangkit dari kursi, meluruskan punggung yang sedikit tegang akibat lelah. Wajahnya masih memancarkan senyum lembut, meskipun matanya mencerminkan jejak kelelahan yang terlihat.
Sakura berjalan melintasi ruang toko yang sepi, menutup lampu-lampu yang masih menyala, dan mematikan peralatan dapur yang tak terpakai. Langkahnya yang lembut mengisi ruangan dengan getaran ketenangan, mengakhiri riuh rendah yang masih tersisa.
Saat mencapai pintu utama, Sakura menoleh sejenak, memandang ke dalam toko yang kini senyap. Dia menyaksikan perjalanan panjangnya, dari mimpi dan rencana hingga kenyataan yang ada di depan matanya. Walaupun hari itu berakhir, Sakura merasa penuh harapan untuk hari-hari yang akan datang.
"Terima kasih, semuanya," bisiknya pada dirinya sendiri dan timnya, memberikan apresiasi untuk setiap usaha yang telah diberikan. Dengan langkah mantap, Sakura keluar dari toko, menutup pintu dengan lembut di belakangnya.
Angin malam menyambutnya di luar, membawa aroma segar yang mengembalikan sedikit semangatnya. Sakura mengambil nafas dalam, menatap langit yang dipenuhi bintang. Meskipun lelah, ada rasa puas dan rasa syukur dalam hatinya. Dalam langkah pergi pulang, dia membawa dengan dirinya cerita hari yang penuh arti dan kebahagiaan.
Setibanya di rumah, Sakura mendapati rumahnya masih kosong membuat ia secara terburu-buru memeriksa ponselnya, mendapati pesan dari Gaara jika ia pulang sedikit terlambat karena ada hal mendesak yang harus dikerjakan di perusahaan sementara Ryuu sudah tertidur di sofa ruangan kerjanya.
Dalam keadaan rumah yang sunyi, Sakura memutuskan untuk memanfaatkan waktu luangnya dengan cara yang menyenangkan. Dengan langkah ringan, Sakura menuju ke kolam renang lantai dua rumahnya. Suara langkahnya menggema di koridor yang sepi, menemani kesunyian malam. Ketika tiba di kolam renang, Sakura merasakan udara malam yang sejuk membelai kulitnya, menawarkan kesejukan dan ketenangan.
Dengan pakaian renang yang sederhana, Sakura memasuki air kolam yang tenang. Sentuhan air yang dingin meresap ke dalam tubuhnya, merilekskan otot-otot yang tegang akibat kelelahan dan kesibukan. Dia mulai berenang dengan gerakan yang lembut dan teratur, membiarkan dirinya terbawa oleh alunan air yang menenangkan. Dalam momen itu, khayalan memenuhi pikirannya, membawanya ke dunia fantasi yang penuh dengan keintiman dan gairah, mengingat momen intim antara dirinya dan pria Uchiha yang masih memporak-porandakan hatinya dulu.
Sakura membayangkan sentuhan hangat Sasuke, tangan yang menjelajahi tubuhnya dengan penuh gairah di tengah air yang tenang. Bayangan itu membuat detak jantungnya berdegup lebih cepat, dan wajahnya memerah dalam gelapnya malam. Sakura memikirkan momen intim mereka di kolam, saat mereka saling merangkul dengan erat di bawah air, membiarkan kehangatan tubuh mereka bersatu. Setiap sentuhan Sasuke memicu getaran yang menggelitik di seluruh tubuhnya, membangkitkan keinginan yang menggebu di dalam dirinya.
Dalam khayalan yang memikat, Sakura terbuai oleh pikiran tentang keintiman yang mereka bagikan di kolam. Bayangan Sasuke terus hadir di pikirannya, dan gairah yang membara memenuhi setiap serat keberadaannya.
"Aahhh... Tuan, T-tuan Uchiha. Aaahhh... Sasuke," desahnya memanggil nama pria itu, mulai meraba tubuhnya sendiri sembari membayangkan sentuhan pria itu.
Sekujur tubuh Sakura mulai terasa panas padahal jelas-jelas ia berada di dalam kolam yang dingin. Namun bayangan Sasuke terlihat begitu nyata di hadapannya sampai membuat gairahnya semakin panas. Rabaan tangan Sakura pada tubuh bagian bawahnya jadi semakin cepat, melihat khayalannya yang membayangkan wajah sensual Sasuke ada di depan matanya.
Getaran ini adalah sesuatu yang tidak bisa ia tahan. Sudah begitu lama sejak terakhir kali seorang pria benar-benar menyentuh dan menghangatkannya. Sepanjang pernikahan yang terjalin enam tahun antara dirinya dan Gaara, Sakura tak pernah membiarkan Gaara menyentuhnya karena bayangan Sasuke. Enam tahun ini, kebutuhan seksualnya yang menggebu-gebu tidak tersalurkan.
"Aahh....." Sakura masih mendesah, membelai payudaranya sendiri dengan tangan kirinya. Sementara tangan kanannya menyelipkan dua buah jari ke dalam pakaian renangnya, mulai menyentuh bagian sensitifnya sendiri.
"Sash-hahh Sasuke....," racaunya sembari memejamkan matanya, mulai mendengarkan suara bisikan sensual Sasuke di telinganya dengan kalimat-kalimat yang provokatif.
Sakura menjulurkan lidahnya, memasukkan jari tangan kirinya ke dalam mulutnya, menahan desahannya yang terasa akan semakin brutal seiring dengan kecepatan jari tangan kanannya di bawah sana mengobok-obok vaginanya sendiri.
Nafas Sakura memburu, merasakan gejolak aneh saat sesuatu akan keluar dari bawah sana namun hal itu tak membuat aksinya terhenti. Gerakan tangan Sakura semakin cepat hingga akhirnya ia mendapati pelepasannya di dalam kolam itu, menyatu dengan air kolam.
"Sial apa yang kulakukan?" ucap Sakura bertanya-tanya, menutupi wajahnya sendiri dengan kedua tangannya setelah ia tersadar akan aksi gilanya, masturbasi sembari membayangkan Sasuke yang sudah enam tahun tak pernah ia lihat.
Secara terburu-buru Sakura keluar dari kolam, merapihkan pakaiannya dengan terburu. Namun detak jantungnya masih bergemuruh, mengingat sensasi masturbasinya dan bayangan akan Sasuke yang tak bisa hilang dari benaknya.
"Hei, sedang memikirkan apa?" tanya Gaara yang menyentuh bahu Sakura, cukup untuk membuat wanita itu terkejut bukan kepalang, menatap wajah pria yang menatapnya dengan satu alisnya yang terangkat.
Sakura menggelengkan kepalanya pelan, tak mungkin ia mengatakan jika ia masturbasi sambil membayangkan pria lain di hadapannya suaminya itu.
"Udaranya dingin, ayo masuk," ajak Gaara dengan lembut dan pengertian seperti biasanya.
Sakura tersenyum, menyentuh tangan Gaara di bahunya. "Dimana Ryuu? Apakah dia sudah tidur?'
"Iya, dia sudah tidur di kamarnya. Jangan terlalu mengkhawatirkan dirinya, khawatirkanlah dirimu ini. Bagaimana bisa berenang di malam hari di cuaca yang sedingin ini?" tanya Gaara dengan gemas sedikit mencolek hidung Sakura, cukup membuat Sakura terkekeh pelan karenanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fuzzy Butterfly
FanfictionWanita cantik berbahaya yang dibalut pesona, gambaran yang cocok untuk mendeskripsikan Sakura. Sayangnya karena sebuah kesalahpahaman, Sakura mengira jika dirinya di mata Sasuke, tidak lebih berharga dibandingkan Hinata. Saat perasaan lelah mencinta...