Chapter 10 : It's Not Elite to Follow

1.7K 181 12
                                    

Melihat kilas balik sejenak rasanya Sasuke tidak pernah melakukan hal yang memalukan selain kebodohan yang tidak sengaja terjadi atau melibatkan kakaknya, Uchiha Itachi namun kenyataannya, ia baru saja membuat sesuatu yang memalukan selain itu, sesuatu yang akan menjadi aib seumur hidup baginya. Uchiha Itachi sang kakak jelas akan meledeknya sampai mereka menjadi keriput jika ia tahu hal ini.

Lihat bagaimana seorang Uchiha Sasuke bersama gengsi Uchiha yang setebal baja, duduk di salah satu Coffee Shop membuntuti sekretarisnya. Tidak ada kata yang salah di sini, Uchiha Sasuke benar-benar membuntuti sekretarisnya dan menyembunyikan wajahnya dibalik buku menu. Onyxnya tak tinggal diam, mencuri pandang ke arah sisi meja yang lumayan jauh darinya sampai-sampai ia tak bisa mendengar percakapan yang ada di sana.

Sementara di meja itu Sakura tersenyum simpul, baru saja mendapati kopi yang ia pesan diantarkan oleh pelayan Coffee Shop itu. Wanita merah muda itu kemudian mengangkat gelas kopinya, meneguk beberapa teguk kopi yang membuat senyumannya semakin lebar sebelum ia meletakkan gelas kopi itu kembali pada tempatnya.

"Selera yang tak pernah berubah," komentar Utakata dengan senyuman kecil. Pria itu jelas amatlah menawan dengan bola mata hazel yang semakin indah ketika terkena pantulan cahaya matahari.

"Senior juga," sahut Sakura dengan senyum kecil. "Oh ya omong-omong apa yang Senior lakukan sekarang? Sudah lama sekali rasanya tidak bertemu."

"Itu dirimu, tak pernah datang setiap kali reuni diadakan. Sebegitu sibuknya mencari uang hm?" ucap Utakata dengan senyuman setengah meledak. Sakura hanya bisa tertawa pelan menanggapi ledekan itu, memang kenyataannya ia tak pernah menghadiri reuni teman-teman kuliahnya. Tentu semua itu tak lepas dari kesibukannya menjadi kepala kesekretariatan Sasuke.

"Tentu saja apalagi yang bisa aku lakukan selain menjadi jurnalis," ucap Utakata dengan ekspresi wajahnya yang sedikit sombong itu. Sakura tertawa minim suara, menyadari jika seniornya itu masih belum berubah.

"Bagaimana denganmu? Ah ya pria yang tadi siapa? Dia tak terasa asing, seperti sering kulihat wajahnya," ucap Utakata dengan dua pertanyaan sekaligus, pria itu tampaknya tak berminat memendam rasa penasarannya sendiri.

"Pekerjaan paling sempurna untukku, kepala kesekretariatan. Aku sekarang bekerja di Uchiha Group, tadi itu atasanku. Senior mungkin sering melihatnya memenuhi majalah bisnis," ucap Sakura membuat Utakata yang mendengarnya membuka mulutnya sedikit, baru saja teringat jika wajah pria itu kerap memenuhi majalah bisnis sampai ia menganggukkan kepalanya.

"Aku sempat khawatir tadi, kupikir itu kekasihmu jadi aku agak sungkan," ucap Utakata membuat Sakura segera menggelengkan kepalanya walaupun ia ingin mengangguk, mengaku-ngaku itu memalukan.

"Jadi, setelah Sabaku Gaara belum ada pengganti lagi?" tanya Utakata dengan satu alis yang terangkat ke atas, mengungkit sosok lama yang sudah Sakura kubur dalam-dalam. Sosok pria hangat yang menemani masa perkuliahan Sakura di dua tahun awal perkuliahannya.

Sakura menggelengkan kepalanya. "Saat ini belum."

"Ya syukurlah, terburu-buru itu tidak baik juga. Mencari pasangan memang harus sedikit selektif karena itu teman seumur hidup. Santai saja, menikah juga bukan sebuah ajang perlombaan," ucap Utakata menasehati namun Sakura yang mendengarnya justru tertawa minim suara, sedikit memiringkan kepalanya dengan manis.

"Senior sendiri bagaimana?" tanya balik Sakura saat dirinya memperhatikan jemari-jemari pria itu yang masih kosong, tak ada satu pun cincin yang melingkar di sana.

"Seperti yang aku katakan," sahut Utakata membuat Sakura tertawa untuk kedua kalinya. Sesaat kemudian Utakata ikut tertawa membuat wajahnya yang menawan berkali-kali lipat lebih tampan.

"Ah ya, sekarang kau tinggal dimana?" tanya Utakata.

Sakura mengulum bibirnya sejenak, sedikit ragu-ragu. "Sejujurnya aku sedang mencari apartemen, aku belum lama ini mengosongkan apartemenku."

"Kebetulan sekali apartemen di samping apartemenku sedang kosong, kalau kau berminat mengisinya sepertinya aku bisa membantu mengurusnya. Biaya sewanya memang cukup mahal tapi tempatnya bagus dan strategis," ucap Utakata sesaat setelah dirinya meneguk minumannya.

"Benarkah?!" ucap Sakura bersemangat, tak menyangka jika ia bisa menemukan apartemen secepat ini. Itu artinya ia bisa sesegera mungkin melenggang pergi dari rumah Sasuke.

Utakata terkekeh pelan. "Benar, kau ini bersemangat sekali. Kalau mau aku bisa mengurusnya, kau langsung pindah saja akhir pekan nanti. Bagaimana?"

"Senior kau yang terbaik," ucap Sakura mengacungkan kedua jempolnya, tepat di kiri dan kanan wajahnya dan Utakata mau tak mau tertawa, mengelus pelan pucuk kepala wanita merah muda itu.

"Aku senang kau lebih ceria sekarang Sakura, itu lebih cocok untukmu," ucap Utakata kemudian, menampilkan ekspresi tak terbaca di saat Sakura membalasnya dengan senyuman simpul.

"Ah ya kalau begitu sampai nanti, aku harus kembali ke kantor dan menulis artikel," ucap Utakata yang sedikit terburu-buru dan Sakura tak ingin menahan pria itu lebih lama lagi. Usai saling bertukar nomor telepon, pria itu akhirnya pergi.

Sasuke di mejanya pun memperhatikan Utakata yang baru saja keluar melalui pintu, tak sadar jika Sakura berdiri di sisi meja, menyentuh buku menu yang ia pegang lalu menariknya. Sasuke berdecak pelan sebelum ia menolehkan kepalanya sampai ia dibuat kikuk berhadapan dengan wajah Sakura yang tampak tidak senang.

"Anda mengikuti saya Tuan?" tanya Sakura namun Sasuke segera menggelengkan kepalanya, merebut buku menu yang sebelumnya ia pegang dari tangan Sakura.

"Tentu tidak, aku mau pesan makan di sini," sahut Sasuke yang kemudian membolak-balikkan buku menu di tangannya sampai sesaat kemudian ia sadar bukunya terbalik. Dengan deheman pelan ia membalikkan bukunya sementara Sakura memutar bola matanya jengah sekaligus tak percaya.

"Berhentilah berpura-pura Tuan, Anda sudah lebih dari setengah jam di sini dan tidak memesan apapun," ucap Sakura merebut kembali buku menu di tangan Sasuke, meletakkannya di atas meja bersama telapak tangannya di atas buku itu.

Sakura menatap Sasuke dengan sengit. "Jujur saja, mengikuti bawahan Anda saat ia bertemu dengan orang lain itu tindakan yang sangat tidak sopan Tuan."

"Menginterogasi atasanmu lebih tidak sopan Haruno Sakura," ucap Sasuke yang melayangkan tatapan sengitnya juga, tak mau kalah karena dalam hatinya ia juga menyimpan perasaan kesal yang tidak ingin ia utarakan sepertinya.

Untuk kali kedua Sakura memutar bola matanya. "Terserah."

Selesai dengan kalimatnya Sakura melenggang pergi meninggalkan Coffee Shop itu. Sasuke kemudian bergegas menyusulnya, berjalan di sisinya membuat Sakura meliriknya lalu berjalan sedikit lebih cepat dan Sasuke justru mengikutinya juga. Tidakkah pria itu terlihat sangat amat kekanak-kanakan?

"Tuan, ada tidak punya pekerjaan lain?" tanya Sakura saat ia menghentikan langkah kakinya, menatap Sasuke dengan tajam sembari melipat tangannya di depan dada.

"Kau sendiri bagaimana? Bukankah sekretaris itu harus selalu bersama atasannya?" tanya balik Sasuke membuat Sakura mendengus tak percaya, pria itu jelas amat sangat luar biasa menguras kesabarannya.

The Fuzzy ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang