Chapter 17 : Relationships with Benefits

1.7K 147 8
                                    

Selayaknya orang yang memiliki cherophobia, Sakura punya ketakutan tersendiri ketika dirinya terlalu bahagia karena setelahnya akan ada kesedihan yang tidak terbayangkan. Seharusnya ia menyadarinya lebih awal, saat ia berada dalam rengkuhan Sasuke yang hangat, merasakan perasaan bahagia yang tidak bisa ia jelaskan, kesedihan mengiringinya karena itu ia tak boleh terlalu bahagia. Jika ia tidak terlalu bahagia, mungkin ia tak akan berada satu ruangan dengan Mikoto dan Hinata, mendengar rencana perjodohan antara Sasuke dan Hinata.

"Bagaimana kabar ayahmu Nona Hyuga?" tanya Mikoto berbasa-basi, tersenyum kecil tanpa emosi saat ia membolak-balik lembaran daftar riwayat hidup Hinata sambil sesekali melirik wanita dengan marga Hyuga yang duduk anggun di hadapannya itu.

Hinata tersenyum kecil, meletakkan secangkir teh yang baru saja ia minum beberapa teguk itu sebelum akhirnya ia menatap wajah Mikoto. Wanita Hyuga itu pun tersenyum kecil. "Baik hanya saja ia sibuk memilih perusahaan kontruksi untuk pembangunan area industri baru."

"Begitukah?" tanya Mikoto dengan senyuman miring, tertarik dengan topik pembicaraan yang Hinata sebutkan.

Sebenarnya ada satu rahasia umum di bidang politik bahwa walikota berada dalam genggaman Anggota Dewan Hyuga, ayah Hinata. Walikota saat ini, Senju Tsunade berhasil menjabat sebagai walikota berkat bantuan Ayah Hinata sebagai oposisi karena itu saat terpilih, Tsunade akan mendengarkan perintah Ayah Hinata, Hyuga Hiashi karena itu memang tujuannya.

"Benar Nyonya Uchiha. Bagaimana dengan Uchiha Construction? Sepertinya itu akan menjadi proyek yang menguntungkan, sayang sekali saya tidak begitu dekat dengan putra Anda untuk menyarankan proyek tersebut," ucap Hinata yang penuh dengan maksud terselubung.

Di sini Hinata berusaha menekankan jika Uchiha Construction menginginkan proyek konstruksi pembangunan area industri baru maka Mikoto harus mendekatkannya dengan Sasuke, dalam artian lain perjodohan dan Mikoto tampaknya menyukai hal itu. Tentu saja, pernikahan adalah bisnis.

Mikoto tersenyum. "Begitukah? Sepertinya anakku cukup menyukaimu, ia hanya malu-malu untuk mengungkapkannya. Aku akan merencanakan makan malam untuk kalian di kemudian hari."

"Terima kasih Nyonya Uchiha," ucap Hinata dengan senyuman miring. "Ah jika tidak ada yang ingin dibicarakan lagi saya permisi, saya ada jadwal lain."

"Begitu rupanya. Sekretaris Haruno, antar Nona Hyuga ke depan," ucap Mikoto dengan tenang, melirik Sakura yang sendari tadi berdiri di belakangnya.

Sesuai dengan perintah Mikoto, Sakura mengantarkan Hinata untuk pergi keluar dan membiarkan wanita itu pergi menggunakan mobilnya. Sejenak Sakura berdiri di depan gedung restoran itu dengan pemikiran yang sedikit rumit. Dengan satu helaan nafas panjang, Sakura memutuskan untuk kembali ke dalam dan menemui Mikoto namun saat ia baru saja berbalik, seseorang tiba-tiba menahan tangannya.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Sasuke dengan suaranya yang terdengar marah, menatap Sakura dengan tatapan penuh selidik sekaligus tidak senang.

"Tuan Uchiha? Bagaimana Anda....," ucap Sakura kebingungan, menunjuk tubuh Sasuke menggunakan jari telunjuknya yang sedikit menekuk. Sakura benar-benar tidak tahu bagaimana cara Sasuke menemukannya di sini.

"Apa yang kau lakukan di sini? Bukankah kau sekretarisku? Atau sekarang kau menjadi sekretaris ibuku?" hardik Sasuke membuat Sakura tidak bisa berkata-kata lagi dan Sasuke malah makin kesal melihatnya, segera menghempaskan tangan itu.

"Pulanglah," perintah Sasuke yang segera masuk ke dalam restoran itu, pergi meninggalkan Sakura yang menatap punggungnya yang menghilang dibalik pintu restoran.

Dengan langkah yang terburu-buru, Sasuke memasuki restoran itu tepatnya ke dalam sebuah ruangan VIP dan langsung menemui Mikoto. Mikoto tampak terkejut mendapati putranya menerobos masuk ke dalam ruangan itu padahal seharusnya Sakura yang kembali. Namun keterkejutan di wajahnya itu tidak bertahan lama, Mikoto segera mengatur ekspresinya agar lebih tenang.

"Apa yang Ibu lakukan?" tanya Sasuke dingin.

Mikoto mendengus pelan lalu menatap wajah putranya itu. "Apa yang kau maksud Sasuke? Memangnya apa yang Ibu lakukan saat ini?"

"Maksudku kenapa Ibu memerintah Sakura seenaknya? Dia itu sekretarisku, bagaimana bisa Ibu menyuruhnya mereservasi restoran dan menemani Ibu di sini?" ucap Sasuke dengan kesal dan kekesalannya itu tak bisa ditutup-tutupi sampai Mikoto tertawa remeh mendengarnya.

"Apa kau sedang marah dengan Ibu karena memerintah sekretarismu? Memangnya apa salahnya? Dia juga digaji menggunakan uang perusahaan, apa salahnya Ibu memerintahnya," ucap Mikoto dengan suara remehnya menghina, kembali menghirup tehnya disaat Sasuke semakin marah mendengarnya.

"Jangan semenah-menah terhadap orang-orangku," ucap Sasuke menatap tajam ibunya itu.

"Sasuke, bukankah kau terlalu berlebihan?" tanya Mikoto dengan tenang. "Dia hanya seorang sekretaris, kau terlalu membesar-besarkan masalah."

Mendapati respon ibunya yang seolah tidak paham dengan tindakannya, Sasuke akhirnya menarik nafasnya dalam-dalam dan berusaha untuk tenang sampai onyxnya bergulir, melihat secangkir teh di meja yang bersebelahan dengan ibunya masih hangat, itu artinya ibunya tidak minum teh seorang diri di sana. Lalu, tidak mungkin ibunya minum teh dengan Sakura karena itu ia penasaran, siapa orang yang ditemui oleh ibunya sampai-sampai menyulitkan Sakura.

"Omong-omong Sasuke, karena kau ada di sini Ibu jadi ingin membicarakannya. Ibu akan menjodohkanmu dengan Hyuga Hinata, makan malam akhir pekan ini temui dia. Pastikan kau bersikap sopan kepadanya, jika perjodohan ini berhasil maka Uchiha Construction akan mendapat proyek konstruksi pembangunan area industri baru. Ah tidak, maksud Ibu harus berhasil," ucap Mikoto dengan tenang, tak melirik Sasuke yang tampak tidak setuju dengan rancangan perjodohan itu.

"Aku tidak mau melakukan perjodohan itu," ucap Sasuke dengan tegas namun ketegasannya itu mengundang amarah Mikoto, cukup untuk membuat wanita itu berdiri dan menatapnya marah.

"Kau baru saja menentang Ibu?" tanya Mikoto tajam.

"Aku tidak akan pernah menikah dengan seseorang yang tidak aku cintai," ucap Sasuke penuh penekanan, melayangkan tatapan tajam penuh keyakinan kepada ibunya itu.

Mikoto mendengus tak percaya. "Cinta? Lalu, siapa wanita yang kau cintai itu? Sekretaris Haruno yang begitu kau khawatirkan itu? Kalau begitu cobalah, cobalah menantang Ibu dan lihat bagaimana Ibu memberikan penderitaan pada wanita itu."

Usai dengan kalimat ancamannya itu Mikoto melenggangkan kakinya pergi, meninggalkan Sasuke yang kini mengepalkan tangannya, mengumpulkan amarahnya yang benar-benar tidak bisa dibendung. Sasuke lepas kendali, menghancurkan semua barang yang ada di atas meja sampai seisi ruangan itu berantakan.

"Sialan!!" maki Sasuke memukul meja sekuat tenang. Sasuke benci, amat benci dengan situasi ini. Sasuke tidak suka membantah keinginan ibunya tapi ia tak mau menikah dengan Hinata, wanita munafik itu namun ia tahu betapa nekatnya ibunya itu. Dengan kekuatan yang ia punya, Sasuke tak akan pernah bisa melindungi Sakura.

"Apa yang harus aku lakukan?" ucap Sasuke frustrasi, sekali lagi memukul meja dengan keras sampai tangannya terluka dan berdarah.

The Fuzzy ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang