Chapter 18 : Unpleasant Meeting Night

1.5K 148 12
                                    

Ada banyak orang bilang jika pemandangan kota Tokyo di malam hari begitu indah dengan kelap-kelip cahaya lampu di gedung-gedung. Tentu saja semuanya indah terutama jika dilihat melalui gedung pencakar langit dan Sasuke mengakui itu, Tokyo di malam hari memang begitu indah dan tidak pernah tidak membuat Sasuke terpanah dengan pemandangannya.

Sasuke menyukai itu, berdiri di dalam gedung pencakar langit dan menyaksikan keindahan kota Tokyo namun kenyataannya jika dirinya akan bertemu seorang wanita yang terus mengusiknya akhir-akhir ini membuat suasana hatinya menjadi buruk sampai ia mendengar suara ketukan heels di lantai yang menggema, mengisi kekosongan di restoran itu dengan suaranya.

"Selamat malam, Tuan Uchiha." Suara lembut itu terdengar, bersamaan dengan suara ketukan heels di lantai marmer yang berhenti dan Sasuke tahu siapa orang yang baru saja datang itu.

Dengan gerakan perlahan Sasuke sedikit membalikkan tubuhnya. Sorot onyx hitam kelam Sasuke yang setajam elang itu pun menatap wanita itu, Hyuga Hinata yang berdiri dengan anggun bersama senyuman manisnya yang terasa memuakkan di mata Sasuke.

Tap tap tap. Sasuke melangkahkan kakinya perlahan, mendekati wanita Hyuga itu sampai ia berdiri tepat di samping tubuh wanita ramping itu. Sasuke secara perlahan menolehkan kepalanya, menatap wajah Hinata dari samping dengan senyuman sinis. "Kau benar-benar tahu cara membuat orang membencimu."

"Apa maksud dari pernyataan Anda yang tidak sopan itu Tuan Uchiha?" tanya Hinata tenang, tersenyum sembari menolehkan kepalanya hingga bola mata lavendernya yang menawan itu bertatapan dengan onyx hitam kelam Sasuke yang menatapnya berkilat, penuh akan kebencian dan amarah di waktu yang bersamaan.

"Bukankah itu bukan pernyataan yang harus Anda nyatakan?" tanya Hinata dengan suara lembutnya yang penuh penekanan. Wanita itu masih tersenyum sembari menaikkan satu alisnya dengan tatapan yang sedikit meremehkan Sasuke.

Sasuke tahu apa maksud dari perkataan Hinata. Wanita itu pasti bermaksud mengatakan jika ia seharusnya mengatakan kata cinta bukan benci. Namun kendati demikian, Sasuke justru semakin membencinya. Sasuke tidak pernah menyangka wanita itu jauh lebih licik dan menyebalkan dari apa yang ia bayangkan. Sasuke tidak pernah terpikir jika wanita yang tersenyum manis dan seperti orang bodoh itu menyimpan ambisi dan sifat yang sangat buruk.

"Kenapa Tuan? Ekspresi Anda tidak baik. Apakah Anda sudah lapar?" tanya Hinata masih dengan senyumannya, menatap Sasuke yang segera menggertakkan gigi-giginya emosi.

Saat emosi sudah mulai menguasainya, Sasuke mencengkram tangan Hinata cukup erat dan melayangkan tatapan tajamnya. "Kau.... sampai kapanpun, jangan pernah bermimpi menjadi istriku."

"Tentu saja, itu bukan mimpi. Itu akan menjadi kenyataan," ucap Hinata sedikit lantang, tepat setelah lima langkah Sasuke berjalan hendak meninggalkannya di ruangan itu seorang diri.

"Bukankah pernikahan ini sangat menguntungkan? Uchiha Construction akan mendapatkan proyek pembangunan area industri baru sementara saya akan menjadi istri Anda," ucap Hinata setelahnya, berbalik dan menatap punggung Sasuke yang terdiam di tempatnya.

"Sebenarnya kenapa kau begitu ingin menikah denganku?" tanya Sasuke saat ia membalikkan tubuhnya, menatap Hinata dengan ekspresi tidak mengertinya. Sasuke benar-benar tidak mengerti akan obsesi wanita itu terhadapnya.

"Karena Anda," ucap Hinata menunjuk Sasuke. "Orang pertama yang menolak saya. Saya membenci hal itu, tidak ada orang yang pernah menolak saya. Saat saya bersikap manis, tersenyum dengan lembut semua pria akan merangkak dan menjilat ujung kaki saya tapi Anda berbeda. Mendapatkan mainan yang sulit dikendalikan diawal adalah sebuah kepuasan."

"Wanita gila," ucap Sasuke sembari mengepalkan tangannya, benar-benar jijik mendengar pernyataan wanita itu sampai ia meninggalkan ruangan itu sesegera mungkin, tak ingin menghirup udara di dalam ruangan yang sama dengan wanita gila itu.

Sementara itu di tempat yang berbeda, Sakura baru saja tiba di dalam restoran makanan Prancis yang hanya berisikan sosok Uchiha Mikoto seorang sampai Sakura menghampirinya. Sakura berdiri di sisi meja sampai onyx hitam Mikoto menatapnya, mempersilahkannya untuk duduk dengan tenang dan Sakura pun mendudukkan dirinya. Tak berselang lama, para pelayan menyajikan makanan di atas meja.

"Nyonya, bisakah saya bertanya mengapa Anda meminta saya menemui Anda di sini?" tanya Sakura berterus terang karena itu mengganggunya dan membuatnya tak nyaman.

Mendengar pertanyaan Sakura, Mikoto meletakkan kembali sendok di tangannya ke atas meja. Secara perlahan wanita elegan itu menegakkan kepalanya, menatap lurus bola mata emerald hijau Sakura. "Kau, tidur dengan putraku?"

Pertanyaan yang cukup singkat namun cukup untuk membuat Sakura terkejut, tak bisa berkata-kata atas pertanyaan itu karena itu adalah kebenarannya. Namun tetap saja, Sakura tidak menyangka jika Mikoto akan mengetahui hal itu.

Mikoto mendengus remeh melihat ekspresi wajah Sakura. "Tentu saja, itu mudah sekali ditebak. Seorang sekretaris, memanfaatkan atasannya dan mencoba untuk tidur dengannya. Sebenarnya berapa banyak yang kau inginkan?"

Perkataan yang menghina namun Sakura merasa dirinya tak bisa berkomentar. Tenggorokannya terasa keluh terutama saat onyx hitam Mikoto menatapnya dengan tatapan yang amat tajam. Wanita itu jelas menunjukkan perasaan tidak sukanya terhadap Sakura dan hal itu tidak terbantahkan. Dari sudut pandang manapun pasti orang-orang juga akan berpikir demikian, Sakura adalah wanita picik yang bahkan berusaha tidur dengan atasannya sendiri.

"Hentikan saja permainan ini, aku akan memberikanmu uang 10 miliar, tinggalkan putraku," ucap Mikoto angkuh dan pernyataan itu sukses membuat emerald hijau Sakura melebar, segera menegakkan kepalanya.

Sakura menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak, Anda telah salah paham terhadap saya. Saya tidak menginginkan uang, saya benar-benar tulus mencintai Tuan Uchiha Sasuke."

"Aku mengerti. 50 miliar, tinggalkan putraku," ucap Mikoto tegas, mengeluarkan cek dan meletakkannya di atas meja, sedikit mendorongnya untuk mendekat ke arah Sakura.

"Saya tidak bisa!!" ucap Sakura yang segera berdiri, bersikukuh dengan pendiriannya karena memang benar ia tidak mencintai Sasuke karena uang, ia hanya mencintai dirinya karena itu adalah ia.

Mikoto mendengus, memiringkan kepalanya dengan remeh dihadapkan sikap kukuh Sakura. Namun ia juga tak mau kalah. "Sekretaris Haruno, apakah kau pikir putraku mencintaimu? Tidak, kau itu bukan apa-apa. Seberapa hebatnya kau di ranjang apakah kau pernah berpikir bagaimana latar belakangmu? Kau mungkin memang sekretaris yang kompeten tapi calon istri Sasuke, Hyuga Hinata berkali-kali lipat lebih kompeten dibandingkan dirimu, ia juga berasal dari keluarga dengan latar belakang yang bagus. Dia calon istri yang sempurna, siapa yang akan menolaknya? Bahkan Sasuke tidak akan menolaknya."

Yang dikatakan Mikoto benar, itu benar. Sakura enggan mengakui fakta itu namun jika dibandingkan dengan Hinata ia memang bukan apa-apa. Lalu, ia tak tahu bagaimana hubungan Sasuke dan Hinata sekarang, mereka terlihat bertengkar namun bukan berarti hubungan mereka akan usai begitu saja. Melihat Sasuke yang selama ini begitu memperhatikan Hinata secara mendetail mungkin saja lewat perjodohan ini maka hubungan mereka akan membaik.

"Bagaimana? Kau sudah sadar akan posisimu? Terima saja, jangan mempersulit semuanya. Aku juga akan memastikan Sasuke tidak akan pernah menemukanmu seperti terakhir kali," ucap Mikoto dengan senyuman miringnya, menatap Sakura yang menundukkan kepalanya.

"Kau tahu Sekretaris Haruno? Aku bisa saja membunuhmu dengan uang itu jika aku mau namun aku memikirkan pengabdianmu terhadap keluarga Uchiha selama ini, terlepas dari kelakuanmu," lanjut Mikoto dengan remeh.

The Fuzzy ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang