Dengan langkah yang terburu-buru, Sakura memasuki lorong rumah sakit yang panjang, diikuti oleh Gaara yang menghimpitkan langkah di belakangnya. Langit-langit yang tinggi dan dinginnya udara rumah sakit menambah kegelisahan dalam hatinya, seolah-olah mencerminkan ketidakpastian yang ia rasakan.
Setiap sudut lorong itu menyiratkan harapan dan kekhawatiran yang tak terucapkan. Sakura merasa napasnya semakin terengah-engah, detak jantungnya semakin keras, dan pikirannya dipenuhi oleh bayangan-bayangan yang tak diinginkan. Dia berharap dan berdoa dengan segenap hatinya agar Ryuu dalam keadaan baik-baik saja.
Ketika mereka akhirnya mencapai ruang tunggu, Sakura menemukan Sasuke yang duduk sendirian, kepalanya tertunduk dalam ekspresi kegelisahan yang jelas terpancar dari wajahnya. Tanpa ragu, Sakura dan Gaara mendekatinya. Sasuke menegakkan tubuhnya dengan cepat begitu melihat Sakura, wajahnya dipenuhi oleh campuran emosi yang sulit diungkapkan.
Namun, kedamaian yang sempat terasa dalam ruangan itu seketika hancur saat Sasuke melihat kehadiran Gaara. Amarah yang menyala di matanya membuat udara di sekitar mereka terasa berat dan tegang. Tanpa ragu, Sasuke menyalahkan Gaara atas kejadian tragis yang menimpa Ryuu.
"Apa yang sudah kau lakukan?!" teriak Sasuke dengan suara penuh amarah, getaran emosinya terasa nyata dalam setiap kata yang dilontarkannya. Dengan gerakan kasar, ia menarik kerah baju Gaara, menuntut pertanggungjawaban atas peristiwa yang membuat mereka semua terkejut dan khawatir.
Tetapi Gaara, meskipun terpojok oleh amarah Sasuke, tidak gentar. Dengan sikap tegar, ia membela dirinya, menegaskan haknya untuk tidak dihakimi oleh orang yang sama sekali tidak memiliki kaitan dengan kehidupannya bersama sang istri.
"Atas dasar apa kau ingin menghakimiku?! Memangnya kau siapa?!" Gaara membalas dengan suara yang tak kalah tegas, menolak tuntutan Sasuke dengan penuh keyakinan, tak bergeming meski dihadapkan serangan emosional yang mengarah padanya.
"Bagaimana bisa kau meninggalkan anak kecil seorang diri di dalam mobil yang terkunci. Kau gila?! Kau ingin membunuh?!" Seruan Sasuke semakin keras, mengejek Gaara dengan nada yang sarat dengan kemarahan yang menggebu-gebu, suaranya memenuhi ruang tunggu yang tadinya sunyi dengan energi yang memilukan.
Ketegangan di ruang tunggu segera mencapai puncaknya. Sasuke dan Gaara saling dorong, emosi mereka meluap tak terkendali di ruangan yang sepi. Sakura berusaha keras meredakan konflik. Tangannya yang gemetar mencoba menahan mereka berdua, menengahi pertengkaran yang terus memanas.
"Cukup hentikan!! Apa yang kalian lakukan? Ini rumah sakit," ucap Sakura dengan suara yang tegas, mencoba mengingatkan mereka pada situasi yang genting ini.
Di tengah kekacauan dan pertikaian yang memanas, seorang dokter tiba-tiba muncul dari pintu ruang gawat darurat. Langkahnya mantap dan wajahnya serius, memberikan kesan bahwa ia membawa kabar penting.
"Excuse me, I brought news regarding Ryuu's condition," ucap dokter itu dengan suara yang tenang namun penuh otoritas, menjemput perhatian mereka. Ucapan dokter itu segera menghentikan pertengkaran yang tengah terjadi. Sasuke, Sakura, dan Gaara menoleh padanya dengan penuh harap dan cemas, siap menerima berita baik atau buruk mengenai keadaan Ryuu.
"He's conscious," lanjut dokter itu, menyampaikan kabar yang sangat dinanti-nantikan oleh mereka semua.
Mendengar kabar tersebut, Sakura merasakan beban yang mendesak di dadanya seolah-olah melebur dalam kelegaan yang mendalam. Air mata bahagia mulai mengalir di pipinya, dan ia segera memeluk Gaara dengan erat. Sasuke dan Gaara juga terlihat lega, tersenyum dalam kebahagiaan yang luar biasa.
"Please, can we see him now?" tanya Sakura dengan suara yang gemetar karena perasaan campur aduk yang menyelubungi hatinya.
Dokter itu mengangguk dengan lembut, memahami keinginan mereka yang mendesak untuk bertemu dengan Ryuu. "Of course, please come in."
Mendapati persetujuan dari dokter, Sasuke, Gaara, dan Sakura memasuki ruangan dengan langkah berhati-hati. Hingga Sakura menghampiri tempat tidur kecil yang ditempati oleh Ryuu. Dengan gerakan lembut, ia meraih tangan mungil putranya itu, memperhatikan setiap detil wajahnya dengan penuh kasih sayang. Tatapan Sakura penuh kelegaan dan rasa terima kasih melihat putranya yang sudah sadarkan diri.
"Hei, bagaimana perasaanmu?" tanya Sakura lembut, mengusap kepala Ryuu dengan penuh kasih sayang.
Ryuu berusaha tersenyum dengan lemah. "Mom, aku baik-baik saja. Jangan khawatirkan aku, aku sudah besar Mom."
Sakura merasakan kelegaan yang begitu besar hingga hampir tak dapat dipercaya. Namun, di balik senyumnya yang hampir ingin tertawa, ada juga cairan bening yang teramat dekat untuk menetes. Hatinya penuh dengan rasa syukur yang tak terungkapkan. Namun, ketika ia menoleh ke belakang, melihat Sasuke yang diam-diam memperhatikannya, ekspresi wajahnya berubah menjadi lebih serius. Dalam tatapan Sasuke, Sakura bisa melihat gelombang perasaan yang tak terucapkan.
"Ah Ryuu, ini Paman Sasuke yang sudah menolongmu," ucap Sakura memperkenalkan Sasuke sebagai sosok paman, menyembunyikan identitas aslinya sebagai ayah kandung dari Ryuu karena rasanya fakta itu akan begitu sulit dipahami oleh anak seusia Ryuu.
Bola mata onyx hitam kelam Ryuu bergulir, melihat ke arah Sasuke lalu melemparkan senyuman lemahnya. "Uncle, thank you for your help."
Sasuke hanya menganggukkan kepalanya pelan bersamaan dengan Gaara yang perlahan mendekati tempat tidur Ryuu, menggenggam tangan mungilnya itu. "Hei, maafkan Daddy. Daddy bersalah padamu."
"Daddy, jangan berkata begitu. Aku tidak apa-apa," ucap Ryuu yang benar-benar tidak mempermasalahkan tindakan daddy-nya yang mungkin saja bisa merenggut nyawanya jika Sasuke tidak datang dan menyelamatkannya.
Atmosfer di ruangan itu tak lama kemudian dipenuhi oleh rasa sayang yang tak terbendung, seakan menyelimuti mereka dengan hangatnya. Namun, di antara momen kebersamaan yang hangat itu, Sasuke merasa semakin terasing. Dalam keheningan yang mendalam, ia merenungkan statusnya yang tak lagi relevan di sini. Tanpa sepatah kata, Sasuke memutuskan untuk meninggalkan ruangan secara diam-diam, sebagai tanda bahwa ia tak ingin mengganggu kebersamaan mereka. Namun, sebelum ia benar-benar menjauh, langkah Sasuke terhenti saat ia merasakan kehadiran seseorang di belakangnya. Gaara, yang menyadari kepergian Sasuke, segera menyusulnya.
"Tuan Uchiha Sasuke," panggil Gaara dengan suara yang tenang, namun penuh dengan kesungguhan.
"Terima kasih atas pertolonganmu," ucap Gaara pelan walau sedikit sungkan. Sementara Sasuke yang mendengar perkataan itu berbalik dan menatap bola mata hijau-biru pucat milik Gaara.
Sasuke tersadarkan akan sesuatu, meskipun warna rambut Ryuu berwarna merah, namun bola matanya berwarna onyx hitam kelam yang tidak sama dengan Sakura ataupun Gaara, justru sama dengan dirinya. Menyadari hal itu, Sasuke merasa dorongan kuat untuk mengetahui identitas Ryuu yang sebenernya. Hatinya berdebar karena pemikiran bahwa mungkin saja Ryuu adalah putranya. Karena itu, Sasuke secara diam-diam melakukan tes DNA untuk memastikan kebenaran tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fuzzy Butterfly
FanfictionWanita cantik berbahaya yang dibalut pesona, gambaran yang cocok untuk mendeskripsikan Sakura. Sayangnya karena sebuah kesalahpahaman, Sakura mengira jika dirinya di mata Sasuke, tidak lebih berharga dibandingkan Hinata. Saat perasaan lelah mencinta...