Chapter 33 : Everything is Yours Only Tonight

935 121 10
                                    

Dalam keheningan kamar hotel yang redup, nafas Sasuke bergetar, mengikuti detak jantung yang terburu-buru. Matanya memandang Sakura dengan tatapan yang penuh dengan berbagai macam emosi yang saling bertentangan. Di antara rasa marah, kekecewaan, dan rasa bersalah, terbenam juga rasa pahit dan kekosongan yang tak terlukiskan.

Mengingat bahwa Sakura telah menikah membuatnya merasa terhempas oleh kenyataan yang pahit. Selama ini, Sasuke telah berjuang untuk menutupi perasaan yang masih teramat dalam terhadap wanita itu, tetapi sekarang, semua penolakan itu hancur berkeping-keping. Hatinya terasa berat dengan beban perasaan yang teramat dalam.

Sasuke membenci fakta bahwa ia masih mencintai Sakura dengan perasaan yang tak tertahankan. Bahkan setelah begitu lama dan meskipun sudah melewati berbagai rintangan, cintanya terhadap Sakura tidak pernah pudar. Dan pikiran bahwa wanita yang dicintainya telah menemukan kebahagiaan bersama orang lain membuatnya merasa hampa dan terluka.

Dalam keheningan kamar hotel yang sunyi, Sasuke merenung, terjebak dalam konflik batin yang tak berujung. Baginya, Sakura bukan hanya wanita biasa. Ia adalah cinta sejatinya, dan kehilangannya telah meninggalkan lubang yang tak terisi dalam hatinya.

"Kenapa harus seperti ini," ucapnya dengan suara yang terasa tercekik oleh rasa sesak dan keputusasaan. Tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan itu, kecuali hampa dan kekosongan yang merajai pikirannya.

Setiap detik berlalu, Sasuke semakin terjebak dalam pusaran emosi yang membingungkan. Ia berusaha keras untuk menahan perasaannya, tetapi gelombang kekecewaan dan rindu terus menghantamnya seperti ombak yang tak kenal lelah. Sasuke merasa terhempas oleh pertanyaan yang tidak memiliki jawaban, dan kekosongan dalam hatinya semakin terasa dalam keheningan malam yang sunyi.

"Padahal kau adalah duniaku," bisik Sasuke dengan suara yang penuh dengan kesedihan, sambil perlahan menjauhkan keningnya dari kening Sakura. Tatapan intensnya menembus emerald hijau Sakura yang bergetar, memancarkan keputusasaan yang mendalam. Setiap kata yang terlontar terasa seperti belitan duri di dalam hatinya yang rapuh, mengingatkannya pada semua kenangan manis yang kini terasa begitu jauh dan tak terjangkau.

"Bagaimana aku hidup tanpamu saat semuanya tentang dirimu? Semuanya, Sakura, bahkan nafasku. Kau adalah cintaku, keabadianku," ungkap Sasuke dengan suara yang penuh kehampaan, diiringi oleh tetes-tetes liquid bening yang menetes perlahan dari matanya. Senyuman getir terukir di bibirnya, mencerminkan kepedihan yang melanda hatinya.

Dihadapkan pada kenyataan perasaan Sasuke yang sesungguhnya, Sakura merasa sesak. Namun, ia juga sadar bahwa semua itu sudah terlambat. Tak ada jalan kembali bagi mereka, meskipun perasaan mereka saling berdentingan.

Dalam perjalanan yang dipenuhi oleh gelombang perasaan yang tak menentu, Sakura memalingkan wajahnya saat air matanya ikut menetes. Namun, ia segera menggelengkan kepalanya dengan tegas. "Sudah tidak ada jalan kembali bagi kita."

Sakura sudah menikah, ia memiliki Gaara dan Ryuu lalu Sasuke sudah memiliki Hinata sebagai tunangan di sisinya. Perasaan mereka tidaklah pantas dan tidak juga bisa membenarkan tindakan mereka untuk bersama, menyakiti perasaan orang yang saat ini menjalin hubungan dengan mereka masing-masing. Sakura tahu kenyataan itu karena itu dadanya bergemuruh sesak.

"Ya, aku tahu itu," ucap Sasuke dengan senyuman getirnya saat dirinya tahu bahwa ini sudah saatnya melepaskan Sakura, membiarkan wanita itu berbahagia atas pilihannya meskipun itu artinya adalah kehilangannya atau bahkan kehidupannya sendiri.

Sasuke merasa dadanya terasa sesak karena dia menyadari bahwa cinta sejati juga mencakup kejujuran dan pengorbanan. Meskipun dia merasakan hasrat yang kuat terhadap Sakura, dia juga tahu bahwa kebahagiaan Sakura, bersama dengan Gaara dan Ryuu, adalah yang terpenting. Dengan hati yang berat, Sasuke menyadari bahwa tindakannya adalah salah dan tidak pantas. Tangannya gemetar saat dia membebaskan Sakura dari borgolnya yang memaksa. Dia memahami bahwa melepaskan Sakura adalah tindakan yang benar, meskipun hatinya hancur oleh keputusan itu.

"Maafkan aku, aku menyakitimu lebih dari apapun," ucap Sasuke berbicara dengan suara yang penuh penyesalan, mencoba menyampaikan rasa sesalnya yang mendalam. Tatapannya dipenuhi dengan kedukaan yang dalam, dan dia dengan lembut menyentuh kedua tangan Sakura yang terluka karena berontak saat borgol itu dipasangkan. Dalam kediaman yang terdalam, dia merasa bertanggung jawab atas rasa sakit yang dia timbulkan pada Sakura.

"Lihatlah Sakura, bagaimana aku dengan bodohnya menyakitimu. Mungkin aku memang hanyalah orang yang akan terus menyakitimu karena keegoisanku," ucap Sasuke dengan senyuman getir penuh kekecewaan terhadap dirinya sendiri sembari secara perlahan mengecup pergelangan tangan Sakura yang terluka.

Perlahan Sasuke melepaskan Sakura dan menjauh dari ranjang. Pria itu berbalik, membiarkan Sakura melihat punggung telanjangnya. Melihat Sasuke seperti ini, Sakura merasa dadanya dihujani oleh jarum bertubi-tubi. Ini menyakitkan, melihat bahu pria itu yang selama ini ia lihat tegap dan gagah, bergetar dalam kerapuhan.

"Pergilah, Sakura.... dalam dan untuk kebahagiaanmu," ucapnya membuat Sakura semakin merasa sesak, melihat pria itu yang akhirnya melepaskannya. Sakura tahu ada sesuatu yang salah soal perasaannya. Bukankah ini keinginannya? Sepenuhnya lepas dari pria itu? Namun saat dihadapkan oleh hal itu, Sakura tak ingin.

Dalam keheningan malam yang menyelimuti kamar hotel itu, Sakura merasakan getaran emosi yang memenuhi udara. Langkahnya terhenti tepat di belakang Sasuke, dengan hati yang berdebar-debar, ia mengulurkan jari telunjuknya, menyentuh punggung pria itu yang bergetar pelan. Seketika itu juga, Sakura merasa dorongan kuat untuk memeluk Sasuke dari belakang. Dengan pelan, tangannya menyingkap udara di antara mereka dan merangkul tubuh Sasuke. Rasanya seperti memeluk bagian dari dirinya yang selama ini hilang, meskipun dia tahu bahwa itu hanya sesaat.

Dalam kehangatan pelukan itu, tangisan yang tertahan selama ini akhirnya pecah. Sakura merasakan air mata mulai mengalir, bergabung dengan air mata Sasuke. Mereka saling terpaut dalam kesedihan yang tak terucapkan, membiarkan emosi mereka membanjiri hati masing-masing. Tak ada kata-kata yang diucapkan, namun dalam pelukan itu, mereka menemukan sedikit kelegaan dari beban yang mereka pikul.

Sesaat setelah tangisan keduanya sama-sama reda, Sakura melepaskan pelukannya, menarik tangan pria itu untuk menuntunnya berbalik ke belakang. Kepala Sasuke tertunduk dalam kesedihan hingga Sakura menyentuh pipinya yang menirus itu. Secara perlahan Sasuke pun mendongakkan kepalanya, menatap bola mata indah Sakura yang menatapnya dengan lembut.

Sakura secara perlahan berjinjit, menautkan keningnya dengan kening Sasuke sembari memejamkan matanya, menciptakan sebuah atmosfer yang tak terbayangkan. Hingga secara perlahan wanita merah muda itu membuka bibirnya. "Hanya malam ini, aku milikmu."

Kata-kata itu membangkitkan gelombang emosi yang meluap dalam diri Sasuke. Dengan perasaan yang sesak, Sasuke meraih leher Sakura dengan lembut, membawa wajahnya lebih dekat hingga bibir mereka bertemu. Dalam ciuman itu, terdapat kehangatan yang begitu mendalam, mengandung rasa cinta dan kerinduan yang terpendam selama bertahun-tahun. Sasuke meluapkan semua perasaannya melalui sentuhan lembut bibirnya, menyampaikan segala isi hatinya yang tak terucapkan selama ini.

The Fuzzy ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang