Chapter 12 : Woman with Bad Atmosphere

1.6K 158 8
                                    

Memastikan barang-barang tersusun dengan rapih adalah suatu hal yang amat menyenangkan bagi Sakura, ia suka saat melihat barang-barang tersusun sesuai dengan variabel tertentu namun sesuka apapun ia dengan kegiatan tersebut, tak bisa dipungkiri jika kegiatan itu tentunya melelahkan. Pada akhirnya Sakura terbaring di atas kasur selama lebih dari 20 menit usai menyusun barang-barangnya. Rasa lapar mulai menyerangnya tak lama kemudian membuat wanita merah muda itu harus berpikir sejenak, mengingat apakah dirinya punya sesuatu untuk dimakan.

Sakura bangkit dari posisi berbaringnya dan segera beranjak, mengambil jaket yang berada di sofa ruang tengah lalu segera mengenakannya. Wanita itu sampai kepada putusannya untuk membeli beberapa bahan makanan yang bisa ia beli di minimarket saat ia menyadari ia tak punya apa-apa untuk dimakan.

Perjalanan menuju minimarket terasa tenang dan ia bisa dengan bebas berjalan kaki. Tak butuh waktu lama bagi wanita merah muda itu untuk mencapai minimarket yang cukup ramai, berjalan menyusuri rak mie instan, mengambil beberapa jenis mie instan dengan rasa yang berbeda. Usai dengan mie instan, kaki jenjangnya yang hanya mengenakan hot pants itu pun mencapai lemari pendingin.

"Sekretaris Haruno?" Suara sapaan yang terdengar ramah terdengar, tepat saat jemari lentik Sakura menyentuh tutup botol soju yang terasa dingin saat menyentuh ujung jarinya.

Sejenak Sakura terdiam terpaku, ia mengenali suara itu dan hatinya langsung berdenyut sakit sekaligus sesak di waktu yang bersamaan. Sakura berusaha untuk tersenyum, mengambil botol soju lalu menolehkan kepalanya sampai emerald hijaunya memandangi wanita indigo yang amat menawan di hadapannya itu.

Hyuga Hinata masih sama seperti terakhir kali Sakura menemuinya, membawa buket bunga dari Sasuke kurang lebih satu bulan yang lalu. Sejujurnya Sakura tak menyalahkan Sasuke jika ia bisa jatuh cinta dengan wanita secantik dan semenawan Hyuga Hinata. Tak ada yang salah darinya, wajahnya cantik dan manis, bola mata lavendernya pun juga indah dan ia berasal dari keluarga baik-baik yang memandang etika dengan cara yang sedikit rumit.

"Nona Hyuga, sudah lama tidak bertemu," ucap Sakura mempertahankan senyuman di wajahnya. Perasaan terasa buruk, ia ingin berhenti tersenyum pada wanita itu namun diwaktu yang bersamaan segala sesuatunya terasa rumit di dalam dirinya.

Wanita lavender dengan nama kecil Hinata yang berdiri di hadapan Sakura itu tersenyum, sedikit memiringkan kepalanya sambil menarik helaian rambutnya ke belakang telinga, sikapnya itu jelas terlihat sangatlah manis sampai bibir tipisnya terbuka untuk bersuara lembut kembali. "Iya, sudah lama sekali tidak bertemu."

Sakura menganggukkan kepalanya pelan sampai keduanya terjebak dalam suasana hening yang sulit dijelaskan. Sakura ingin segera kabur, ia tak ingin berhadapan lama-lama dengan wanita itu namun disaat Sakura berpikir demikian, wanita indigo di hadapannya itu jelas-jelas menunjukkan niatan untuk membicarakan sebuah topik.

"Omong-omong kenapa Sekretaris Haruno ada di lingkungan ini?" tanyanya dengan senyuman manis namun Sakura yang mendengarnya merasa pertanyaan wanita itu sedikit menghinanya, ada sesuatu yang salah di sini.

Sakura menggeleng-gelengkan kepalanya, mengenyahkan pikiran tidak benarnya. "Saya kebetulan pindah ke apartemen kisaran sini."

Wanita indigo itu tampak sedikit terkejut, membuka mulutnya sampai bola mata lavendernya itu memandangi tampilan Sakura dari atas sampai ke bawah. Sakura mulai terganggu dan tidak nyamannya akan hal itu, bola mata lavender itu jelas tengah menilainya.

"Mohon maaf Nona Hyuga, sepertinya saya harus ke kasir untuk membayar," ucap Sakura dengan suaranya yang dibuat setenang mungkin, bersiap untuk melenggang pergi meninggalkan wanita Hyuga itu.

"Ah, Sekretaris Haruno," panggil Hinata mengurungkan niat Sakura dan membuatnya kembali menatap wanita dengan bola mata lavender itu. Sesaat kemudian wanita dengan bola mata lavender itu kembali tersenyum. "Ini tentang ulang tahun Tuan Uchiha."

"Ya?" sahut Sakura dengan ekspresi bingungnya.

"Kudengar kau yang menyiapkannya," ucap Hinata membuat Sakura segera menganggukkan kepalanya, menjawab pertanyaan itu tanpa suara karena memang pada kenyataannya setiap tahun selama tujuh tahu belakangan ini ia yang selalu menyiapkan perayaan ulang tahun pria itu.

Pada dasarnya Sasuke tidak terlalu menganggap penting hari ulang tahun namun sebagai seorang pebisnis Sasuke berusaha memanfaatkan semua event. Perayaan ulang tahunnya pun diadakan tidak semata-mata untuk merayakan bertambahnya usianya melainkan bentak lain untuk memperluas relasi bisnisnya.

"Aku sedikit khawatir dengan persiapannya, bagaimana jika kita datang bersama?" tawar Hinata yang kembali menampilkan senyumannya dan Sakura sedikit bingung harus bereaksi seperti apa atas tawaran itu.

Sakura berdehem pelan. "Terima kasih atas kekhawatiran Anda Nona Hyuga namun Anda tidak perlu khawatir, bukan sekali dua kali saya menyiapkan acara ini dan lagipula sudah tugas saya untuk menyiapkan karena itu Anda tidak perlu repot. Saya akan menyimpan niat baik Anda saja di dalam hati."

"Tetap saja, lebih baik jika kita datang bersama. Saya akan menjemput Anda," ucap Hinata yang kini terasa seperti bukan tawaran, wanita itu jelas sedikit memaksa dan Sakura harus berperang dengan logikanya dalam pikirannya. Sejujurnya Sakura tidak ingin terlibat dengan wanita indigo itu, selain itu ia tak punya kepentingan apapun dengannya. Wanita indigo itu jelas sedikit mengusiknya namun ia khawatir Sasuke akan berpikiran macam-macam jika ia menolak permintaan wanita yang jelas-jelas tengah ia kejar itu.

"Baiklah," ucap Sakura pada akhirnya, mencapai keputusannya yang berhasil membuat Hinata tersenyum aneh dan Sakura tidak begitu mengerti arti dari senyuman itu, senyuman itu jelas menyimpan maksud tersembunyi dibaliknya.

Sesaat setelah percakapan itu, Hinata pergi meninggalkan Sakura membuat Sakura akhirnya bisa bernafas lega. Sakura tidak terlalu mengerti namun atmosfer saat berurusan dengan wanita indigo itu sangatlah tidak menyenangkan, Sakura berharap ia tak perlu berurusan lebih banyak lagi dengan wanita itu. Tak apa, Sakura akan melemparkan wanita itu pada Sasuke sampai mereka bisa hidup bahagia meskipun itu menyakitkan baginya.

Sakura menggeleng-gelengkan kepalanya berulang kali, menampar pelan kedua pipinya. "Sadarlah Sakura, berhenti memikirkannya."

Sakura kemudian melenggangkan kakinya, berjalan menuju kasir untuk membayar semua belanjaannya yang tak terlalu banyak. Tak banyak hal yang bisa ia dapatkan di minimarket jadi ia tak membeli terlalu banyak barang, mungkin ia akan pergi ke supermarket nantinya untuk mengisi kulkasnya, itu bisa dilakukan kapan-kapan karena sekarang ia hanya perlu mengisi perutnya.

Usai berbelanja di minimarket, Sakura kembali ke apartemennya. Wanita itu kemudian memasak ramen instan dan minum sedikit soja untuk menghangatkan tubuhnya sebelum akhirnya ia tidur, mencharge tenangnya untuk menghadapi hari esok karena keesokan harinya wanita merah muda itu harus mempersiapkan perayaan ulang tahun Sasuke yang tinggal menghitung hari.

Untuk beberapa hari Sakura begitu sibuk namun untungnya karena kesibukannya itu ia bisa menghindari Sasuke karena jujur saja ia tak ingin bertemu pria itu dalam waktu dekat, perasaannya masih tak menentu dan ia belum terlalu siap.

The Fuzzy ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang