Chapter 03 : Surprising Disappearance

2.5K 245 6
                                    

Satu hal yang tidak Sasuke ketahui ternyata dirinya adalah orang yang cukup sabar, cukup sabar untuk tidak menggerakkan pinggulnya disaat ia begitu ingin. Setidaknya Sasuke tidak benar-benar brengsek, ia menunggu Sakura selesai dengan tangis dan rasa sakitnya, menyesuaikan ukuran kejantanannya yang terlalu luar biasa untuk memasuki di kali pertama.

Pengalaman pertama, Sasuke tak ingin itu menjadi pengalaman yang buruk bagi Sakura karena itu pria itu akan melakukan yang terbaik. Hingga pinggulnya bergoyang, menyentak di dalam sana dan merasakan lobang kenikmatan Sakura yang meremasnya dengan begitu nikmat.

Sakura menggeleng-gelengkan kepalanya berulang kali, tak bisa menahan sensasi nikmat yang diberikan oleh kejantanan Sasuke di bawah sana membuatnya meracau dengan gila. "Milik, m-milik Anda terlalu besar."

"Tenanglah Sekretaris Haruno, ini tidak lebih besar dari apa yang kau bayangkan," ucap Sasuke dengan seringainya, tak berhenti menggoyangkan pinggulnya sambil mengeram rendah, ia juga menikmati seks itu.

Lama dalam posisi itu Sasuke kemudian mengangkat kaki Sakura ke atas membuat lobang kenikmatan Sakura semakin sempit, meremasnya dengan nikmat. "Ini sangat ketat, rasanya milikku seperti akan putus."

"Aahhh.... T-tuann a-apa yang Anda katakan?!" pekik Sakura menutupi wajahnya kembali menggunakan telapak tangannya saat ia mulai merasa ia tak bisa mengontrol wajahnya.

Sasuke menggelengkan kepalanya. "Fuck!! Aahhh, Sekretaris Haruno kenapa tubuhmu. Shit, ini begitu nikmat ahhh ahhh!!"

"Apa kau bisa merasakannya Sekretaris Haruno? Milikmu meremas milikku dan menelannya dengan sangat kencang. Apakah kau menyukainya?" tanyanya dengan seringai seksi yang menghiasi wajahnya disaat tangannya berusaha menggapai tangan Sakura, segera menggenggamnya dengan erat.

Sakura menggelengkan kepalanya. "Tidak, tidak. Anda terlalu cepat. Tuan aahhh tidak, jangan ohh. Tolong pelan-pelan."

"Mulutmu benar-benar tidak jujur Sekretaris Haruno namun setidaknya vaginamu begitu jujur," ucap Sasuke yang semakin mempercepat gerakan pinggulnya karena tidak seperti permohonan yang keluar dari bibir wanita merah muda itu, pada kenyataannya setiap ia memasukkan kejantanannya lebih dalam maka lobang kenikmatan wanita itu menarik kejantanannya dan terus menghisapnya.

"I-itu aahhh.... aahhh... aahhhh....!!" desah Sakura menggila dan suara desahannya itu terasa begitu manis di telinga Sasuke. Ini berbahaya dan ia hampir kehilangan akalnya, ia merasa sudah amat mabuk karena wanita merah muda itu.

Sasuke mengangkat pinggul Sakura lebih tinggi, mendapati posisi yang lebih nikmat untuk memasuki wanita itu dan wanita itu tak berhenti bergetar, pinggulnya ikut bergoyang dan Sasuke jelas menyukai dirinya yang mulai aktif dalam pergumulan panas mereka malam ini. Ini jelas amat sangat menyenangkan dan menggairahkan.

Dalam waktu beberapa menit kemudian Sakura melebarkan matanya, ia merasakan sesuatu yang membuat ia segera menggelengkan kepalanya. "Tidak, tunggu s-sesuatu ahhh tidak, ini akan keluar."

"Aku datang Sekretaris Haruno," sahut Sasuke yang seolah paham, mempercepat gerakan pinggulnya yang membuat Sakura semakin gila, menjulurkan lidahnya saat ia merasakan sesuatu akan keluar.

Dalam hitungan detik, keduanya mencapai ejakulasi masing-masing. Sakura bisa merasakan sperma Sasuke yang terasa panas, mengalir di dalam sana sampai pria itu mencabut kejantanannya yang sudah lemas. Itu sebuah seks yang hebat, Sasuke mengakuinya hingga ia membaringkan tubuhnya di sisi Sakura dan mengecup keningnya sedikit lama.

Sepertinya Sasuke sudah mencapai batasnya, ia lelah dan karena itu akhirnya ia tidur dengan perasaan yang terpuaskan. Sampai keesokan paginya, ia terbangun tanpa keberadaan sang sekretaris namun ia tak berpikiran banyak, terlebih wanita itu masih sempat memesankan sarapan dan pakaian baru untuknya.

Sasuke pergi mandi dan bersiap, mengenakan pakaian barunya dan memakan sarapannya. Tak butuh waktu lama baginya untuk melenggang pergi meninggalkan hotel itu, menuju perusahaannya hingga dirinya disambut oleh puluhan pengawal di depan gedung sampai di lobi. Keseharian yang amat luar biasa spektakuler.

Langkah Sasuke terhenti sejenak, melihat meja kerja Sakura yang berada tepat di depan ruangannya masih kosong. "Apa aku terlalu kasar semalam sampai ia kesiangan?"

Memilih untuk tak ambil pusing, Sasuke memasuki ruangannya. Pria itu sudah bersiap dengan pekerjaan namun melihat mug berukuran sedang di mejanya yang masih kosong, ia merasa asing. Padahal hari-hari biasanya, selama tujuh tahun lamanya mug itu selalu berisi kopi panas di setiap pagi tanpa absen sedikitpun. Setidaknya itu cukup untuk menjelaskan bagaimana seorang Haruno Sakura begitu berdedikasi sebagai seorang sekretaris.

Memikirkan wanita merah muda itu, pikiran Sasuke kembali kacau. Wanita itu benar-benar mempengaruhinya, bagaimana wanita itu bisa merencanakan sebuah rencana licik yang nakal namun tidak masalah, Sasuke menyukainya. Kali ini Sasuke akan menganggap hal itu sebagai kenakalan licik sekretarisnya hingga dirinya kembali bekerja, menarik map hitam yang ada di atas mejanya.

Sasuke larut dalam pekerjaannya sampai dirinya tak sadar jika jam makan siang sudah tiba. Pria itu tak menunggu waktu lama untuk mematikan laptopnya, menatap lurus pintu ruangannya yang masih tertutup. Pria itu tahu, Haruno Sakura akan muncul dibalik pintu itu tepat waktu dengan menu makan siangnya, tak pernah terlambat barang semenit pun namun sayangnya satu menit sudah berlalu, ia mulai panik.

Tok tok tok. Ketukan pintu terdengar membuat Sasuke diam-diam menghembuskan nafasnya lega, ternyata ia berpikir terlalu berlebihan. Mungkin saja seseorang bisa sedikit terlambat, itu pun hanya beberapa menit.

"Masuk!" seru Sasuke.

Pintu itu terbuka namun sosok yang muncul dibalik pintu jelas bukan seseorang yang Sasuke harapkan. Orang yang Sasuke harapkan adalah wanita dengan helaian merah muda yang biasanya disanggul karena terlalu panjang, khawatir mengganggu aktivitasnya, bukan pria berambut silver melawan gravitasi bumi yang menyembunyikan wajah menyebalkan dibalik maskernya. Sementara pria berambut silver itu tahu jika sang atasan tidak senang melihatnya, terlihat jelas dari guratan di wajahnya.

"Hatake Kakashi, ada apa?" tanya Sasuke dengan datar, menatap lurus pria yang lebih sering disapa sebagai Kakashi itu, pria yang jauh lebih tua dibandingkan ia beberapa tahun. Sosok pria yang mengisi meja human resource development Uchiha Group.

Kakashi berdehem pelan dan segera mendekati meja Sasuke, meletakkan sebuah amplop putih di atas meja itu. "Maaf saya terlambat melihatnya karena beberapa pekerjaan."

Kening Sasuke berkerut melihat amplop putih di atas meja namun ia tak berpikiran banyak, mengambil amplop itu dan segera membukanya. Sesaat kemudian bibir tipis pria itu bungkam, isi kepalanya nyaris pecah mendapati surat pengunduran diri sekretaris nakalnya.

"Apa-apaan ini?" ucap Sasuke dengan intonasi suara yang meninggi, ini jelas diluar ekspektasi dan ia tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi di sini. Bagaimana bisa sekretarisnya kabur usai menghabiskan malam panas yang menggairahkan semalam, ia benar-benar kelewatan dan sepertinya wanita itu menganggapnya remeh.

"Temukan dia," ucap Sasuke berusaha untuk tenang namun onyxnya yang berkilat saat memberikan perintah menjelaskan segalanya. Kakashi tahu sang atasan tengah marah besar dan ia tahu perintah pria itu akan jadi sulit karena kenyataannya Sakura benar-benar sudah kabur dan menghilang, ponselnya tak bisa dihubungi bahkan apartemennya sudah kosong.

The Fuzzy ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang