Beberapa hari sudah berlalu sejak pesta dansa terakhir, ketidakpastian semakin merajalela dalam pikiran Hinata. Kehadiran Sakura semakin menambah kegelisahan dalam hatinya. Hinata merasa semakin terancam dengan kemungkinan kehadiran Sakura dalam kehidupan Sasuke. Meskipun mencoba menghubungi Sasuke berulang kali, Hinata tidak pernah mendapat respons. Pada dasarnya Sasuke memang enggan berhubungan dengannya bahkan semua nomornya sudah diblokir oleh pria itu.
Hinata akhirnya memutuskan untuk mengambil langkah tegas dengan datang langsung ke hotel tempat Sasuke menginap. Meskipun dalam hati penuh keraguan dan ketidakpastian hingga akhirnya ia memasuki lobby hotel dengan langkah yang anggun, memikat perhatian semua orang di sekitarnya. Ia mengenakan gaun hitam yang elegan, dengan potongan yang pas di tubuhnya dan detail kerah putih yang menambah kesan anggun. Gaun itu dipadukan dengan sepasang sepatu hak tinggi berwarna senada, memberikan kesan yang ramping dan mempesona saat ia berjalan.
Wajahnya terhias dengan sedikit riasan yang menonjolkan kecantikan alaminya, sementara rambut indigonya disanggul dengan gaya yang simpel namun menawan. Setiap gerakannya terlihat penuh percaya diri dan elegan, menggambarkan sosok seorang wanita yang memiliki kepribadian yang kuat. Ketika Hinata berdiri di depan meja resepsionis, sorot matanya menatap dengan tegas, menunjukkan bahwa ia bukanlah seseorang yang bisa dianggap remeh.
"Good morning Miss, how can I help you?" tanya resepsionis yang duduk di posisi tengah, tersenyum dengan ramah kepada Hinata, bersiap untuk membantu keperluan wanita itu.
"I want to meet my fiancé, in the name of Uchiha Sasuke," ucap Hinata tanpa basa-basi, langsung menyampaikan keinginannya untuk bertemu Sasuke.
Resepsionis itu pun menganggukkan kepalanya. "Oke Miss, please wait a moment. I will ask Mr. Uchiha Sasuke if he is willing to be met."
"No!" ucap Hinata dengan cepat tepat saat resepsionis itu menyentuh telepon di atas mejanya. "Just tell me the room number, don't tell him. I'll come straight to his room."
"Yes?" sahut resepsionis itu yang malah kebingungan, tidak mengerti mengapa Hinata tiba-tiba menolak hal itu. Sementara alasan Hinata tidak ingin Sasuke tahu adalah karena pria itu pasti akan langsung menolaknya untuk ditemui.
"Sorry, Miss, but we have to confirm with the person concerned first whether he can be met or not because Mr. Uchiha Sasuke is registered as a VIP guest," terang resepsionis itu yang menjelaskan jika Sasuke adalah tamu VIP sehingga tidak bisa sembarang ditemui.
"So," ucap Hinata angkuh. "You think I'm a fraud? I'm not his fiancé? Who are you? Don't you see my appearance?"
"Sorry Miss but we still can't give you Mr. Uchiha Sasuke's room number," ucap resepsionis itu yang teguh pada pendiriannya dan dalam percakapan itu, semua orang mulai memperhatikan mereka membuat harga diri Hinata merasa terinjak-injak.
"How dare you!!" teriak Hinata marah namun itu tidak berlangsung lama karena pihak keamanan segera menyeretnya dengan tidak etis untuk keluar dari lobi hotel.
"Fuck!!" teriak Hinata penuh amarah dan sekali lagi membuatnya menjadi sorotan. Hinata mulai merasa malu, bergegas menuju ke basement untuk mengambil mobilnya.
Dengan pikiran yang licik, Hinata memutuskan untuk memeriksa rekaman CCTV di pos keamanan di basement hotel. Dengan cara menyogok para petugas keamanan, ia berhasil meyakinkan petugas keamanan untuk memberinya akses ke rekaman tersebut. Dengan teliti, Hinata mencari rekaman yang sesuai dengan tanggal kedatangan Sasuke dan menelusurinya hingga menemukan kamar tempat Sasuke menginap.
Namun, ketika ia melihat rekaman tersebut, Hinata tidak bisa menahan kekecewaan dan kemarahannya. Ia melihat Sakura memasuki kamar Sasuke dan keluar dari sana pada dini hari. Hatinya terasa hancur dan marah, merasa dikhianati dan terluka oleh kejadian tersebut. Dalam kekesalannya, Hinata mengepalkan tangannya dengan kuat, merasakan api kemarahan yang membara di dalam dirinya.
"Give me that tape, I'll give you more money," desak Hinata membuat para petugas itu mulai ragu namun Hinata segera memberikan uang, hal yang tak bisa mereka tolak.
Hinata dengan penuh amarah membawa rekaman CCTV itu sembari menghubungi orang untuk mengetahui dimana lokasi Sakura dan tak sampai setengah jam baginya untuk mendapatkan lokasi Sakura karena ia mencarinya dengan kata kunci istri Sabaku Gaara.
Dengan langkah mantap, Hinata memasuki toko bakery Sakura, menimbulkan kekhawatiran di dalam diri Sakura. Saat Hinata mendekat, Sakura bisa merasakan ketegangan di udara, dan ia langsung waspada. Tanpa menunggu lama, Sakura memutuskan untuk menyeret Hinata ke dalam ruangan belakang yang lebih sepi, di luar jangkauan pelanggan. Dengan langkah tegas, Sakura menutup pintu di belakang mereka dan memandang Hinata dengan sikap serius.
Namun, sebelum Sakura sempat bicara, Hinata dengan arogan melangkah mendekati Sakura, menekannya dengan tegas. Ia melemparkan bukti rekaman CCTV di meja di depan Sakura dengan gerakan tegas, menampilkan gambar-gambar yang mengungkap pertemuan diam-diam antara Sasuke dan Sakura di hotel. Sakura merasa dadanya berdebar-debar, namun ia berusaha menjaga ketenangan. Ia menatap Hinata dengan mata tajam, siap menghadapi konfrontasi yang akan datang.
"Apa yang kau lakukan, bitch? Kau menggoda tunanganku?" ucap Hinata dengan tatapan amarah dan benci yang bercampur menjadi satu. Wajahnya memerah oleh kemarahan, menggambarkan betapa kesalnya ia atas situasi yang dia temukan.
Di bawah tekanan Hinata, kali ini Sakura tak merasa gentar sama sekali, ia justru melemparkan tatapan tajamnya ke arah wanita itu. Matanya memancarkan keberanian dan ketegasan, menunjukkan bahwa ia tidak akan menyerah begitu saja. "Kau tidak tahu apa-apa, Hyuga Hinata."
"Wanita sialan!" teriak Hinata hendak menampar Sakura, namun Sakura dengan tangkas menahan tangannya.
Sakura mencengkram tangan Hinata cukup kuat, melayangkan tatapan matanya ke arah wanita itu. "Aku mengakuinya, tapi itu sudah selesai. Setelah hari itu, aku dan dia tidak punya hubungan apapun. Karena itu, ambilah, ambil dia."
Hinata dengan perasaan marahnya, menggertakkan gigi-giginya, menarik tangannya secara paksa dari cengkraman tangan Sakura. Wajahnya terlihat tegang dan penuh dengan keteguhan hati. Jari telunjuk Hinata tak lama kemudian terangkat, menunjuk wajah Sakura dengan angkuh. "Kau, sebaiknya menjauh dari hubunganku dengan Sasuke, berhenti menjadi hama pengganggu!"
"Bukankah aku sudah mengatakannya? Aku dan dia sudah tidak punya urusan lagi. Karena itu, Hyuga Hinata, menjauhlah dari hidupku," ucap Sakura dengan suara yang tegas dan mantap, menegaskan bahwa ia tidak akan mengalah begitu saja.
"Baik, pegang kata-katamu, Haruno, karena aku bisa menghancurkanmu kapan saja!" ucap Hinata dengan nada yang penuh ancaman sebelum akhirnya pergi, meninggalkan Sakura dengan perasaan campur aduk yang sulit dijelaskan.
Setelah Hinata pergi, Sakura merasakan kombinasi emosi yang berkecamuk di dalam dirinya. Ada kelegaan karena telah berhasil menghadapi Hinata dan menegaskan bahwa hubungannya dengan Sasuke sudah berakhir. Sakura merasa bangga dengan dirinya sendiri karena telah mempertahankan integritasnya. Dia telah berdiri teguh dan tidak membiarkan intimidasi Hinata menghancurkan dirinya. Meskipun masih ada ketidakpastian dan kekhawatiran, Sakura juga merasakan semacam rasa lega karena telah mengungkapkan kebenaran dan melepaskan beban yang selama ini mengganggunya.
Dengan perasaan yang campur aduk itu, Sakura mengambil nafas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri dan fokus untuk menyelesaikan pekerjaan di toko bakerynya. Meskipun ia tahu bahwa masalah dengan Hinata mungkin belum sepenuhnya berakhir, Sakura siap untuk menghadapinya dengan kepala tegak dan tekad yang kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fuzzy Butterfly
FanfictionWanita cantik berbahaya yang dibalut pesona, gambaran yang cocok untuk mendeskripsikan Sakura. Sayangnya karena sebuah kesalahpahaman, Sakura mengira jika dirinya di mata Sasuke, tidak lebih berharga dibandingkan Hinata. Saat perasaan lelah mencinta...