Chapter 26 : Journey of Life Without You

1K 117 10
                                    

Enam tahun sudah berlalu, Sakura merasa dirinya masih terperangkap dalam labirin kenangan dan perasaan terhadap Sasuke. Setiap usaha untuk melangkah maju terasa seperti langkah yang tak kunjung sampai pada tujuan. Hati dan pikirannya masih terhanyut dalam kenangan masa lalu yang penuh emosi. Setiap kali Sakura mencoba membuka hatinya untuk Gaara, bayangan Sasuke selalu muncul dan menghantui. Perasaan cintanya yang dulu begitu mendalam masih mengakar kuat, membuatnya sulit untuk memberikan hatinya pada suaminya sendiri.

Sementara itu anak yang dikandungnya dulu telah lahir, seorang anak laki-laki yang akhirnya diberi nama Sabaku Ryuu. Ryuu tumbuh sebagai anak laki-laki yang sehat, tangguh, dan tampan. Namun, setiap kali Sakura memandang wajahnya, hatinya terguncang oleh kemiripan yang mencolok dengan Sasuke. Rambut hitam legam seperti malam, bola mata onyx hitam kelam, semuanya menyerupai Sasuke dan hal ini jelas menimbulkan banyak persepsi orang-orang di sekeliling mereka karena Ryu tidak mirip dengan orang tuanya.

Gaara yang mencintai Ryuu seperti anaknya sendiri mengambil keputusan untuk mewarnai rambut Ryuu menggunakan pewarna rambut yang bisa hilang dengan mudah setiap kali mereka keluar rumah, menghindari persepsi-persepi mengenai Ryuu di luar sana.

Mungkin akan ada pertanyaan besar, apakah benar kali ini pria itu tulus dalam mencintai Ryuu? Jawaban pastinya adalah benar. Saat tangan mungil Ryuu  menggapai jari telunjuk Gaara tepat setelah ia lahir, Gaara merasakan getaran tak biasa di hatinya dan perasaan itu lama-lama tumbuh menjadi rasa sayang. Bahkan Gaara tak segan membawa bocah mungil itu ke perusahaannya seperti hari ini.

"Maafkan aku Gaara, aku benar-benar minta maaf. Kau harus menjaga Ryuu seharian ini karena aku harus mengurus toko cabang bakery kita yang baru buka," ucap Sakura tak enak hati, memandangi wajah Gaara dengan perasaan tak enaknya.

Sakura sendiri tahu jika Gaara cukup kewalahan, perusahaan studio animasinya dalam waktu dekat akan merilis animasi baru karena itu ia kurang tidur. Namun Sakura juga tidak bisa berbuat banyak. Setelah menikah, Sakura mulai membuka beberapa cabang toko bakerynya dengan bantuan Gaara dan hari ini adalah pembukaan cabang ke sembilan.

"Hei hei, jangan merasa terbebani. Ryuu juga anakku, kita urus sama-sama," ucap Gaara dengan lembut, mengusap bahu Sakura dari belakang, berusaha memberikan perasaan tenang pada wanita yang juga merasakan perasaan gugup karena pembukaan cabang toko bakerynya itu.

"Mommy, Daddy!! Ryuu sudah siap!!" ucap Ryuu yang tiba-tiba muncul dari balik dinding, berpose layaknya superhero yang bersiap untuk melawan para musuhnya, cukup membuat Sakura terkekeh pelan sementara Gaara menghampiri superhero kecil itu dan menggendongnya.

"Jangan nakal ya, jangan memainkan telepon yang ada di ruangan Daddy dan memesan Pizza ektra tomat lagi," ucap Sakura dengan gemas mencolek hidung Ryuu yang tertawa sambil menyentuh hidungnya yang baru saja dicolek itu.

Ryuu melihat mommy dengan mata berbinar-binar, bibirnya bergetar menahan tawa. "Baik, Mom! Tapi, Pizza ekstra tomat itu enak!"

Sakura tertawa pelan, mencium kening anaknya. "Ya, memang enak, tapi kita harus membatasi makanannya, Nak. Kesehatan itu penting."

Dengan senyum nakal, Ryuu menjulurkan lidahnya. "Daddy selalu bilang, pizza ekstra tomat itu buat kesehatan hatiku, Mommy!!"

"Paling pintar cari alasan ya," ucap Sakura geleng-geleng kepala. "Sudah sekarang kalian berangkat saja, jangan sampai Daddy telat!"

"Eng!!" sahut Ryuu yang mengerutkan pelukannya pada leher Gaara setelah ia mendapati kecupan singkat di keningnya dari Sakura, sebuah kecupan untuk perpisahan singkat mereka.

"Aku berangkat," ucap Gaara yang ikutan berpamitan, mengecup singkat kening Sakura sebelum akhirnya pria itu pergi meninggalkan rumah besar yang sudah ia huni bersama Sakura dan Ryuu kurang lebih enam tahun itu.

Sementara itu, di Jepang Sasuke menjalani kehidupannya tanpa kehadiran Sakura. Di tengah hiruk pikuk kehidupan di Jepang, Sasuke menjalani rutinitas yang monoton dan menyendiri. Pekerjaannya yang membutuhkan fokus tinggi menjadi penyelamat dan penengah antara dirinya dengan kekosongan yang membayanginya. Sasuke menjadi gila kerja, mencurahkan energi dan pikirannya dalam upaya untuk meredam kekosongan yang semakin dalam di dalam dirinya.

Meskipun Sasuke bangkit dan terus bergerak maju, kehidupannya tetap dipenuhi oleh kegelapan. Matanya yang dulu penuh semangat dan tajam, kini mencerminkan kepenatan dan kehilangan yang teramat dalam. Sasuke menemukan dirinya terperangkap dalam spiral pikiran yang tak kunjung reda. Ia berusaha mengubur kenangan dan rasa rindunya terhadap Sakura dengan sibuknya dalam pekerjaan, namun setiap upaya itu hanya membawa pahitnya kesendirian yang semakin menggelayut di hatinya.

Kehidupan Sasuke yang seakan tenggelam dalam kehampaan itu, tidak pernah dapat memadamkan api yang masih menyala di dalamnya. Rindu pada Sakura, meskipun ia berusaha menekannya, terus membara di dalam hatinya seperti bara yang tak pernah padam. Sasuke mengembara dalam kegelapan, mencari jawaban di antara kenangan yang terus berputar di dalam benaknya.

Hidup terasa benar-benar melelahkan, cukup untuk membuat Sasuke menyadarkan punggungnya pada sandaran kursi kebesaran di kantornya hingga suara ketukan pintu terdengar. Dengan suara beratnya akhirnya Sasuke bersuara dengan lantang. "Masuk!"

"Tuan Uchiha," panggil Karin yang baru saja muncul dari balik pintu, berjalan menghampiri meja kerja pria itu hingga dirinya bersama heels merahnya itu berdiri tak jauh dari meja pria itu. Bola mata ruby wanita itu pun menyoroti kantong mata sang atasan yang membuatnya meringis.

"Apakah Anda belum tidur Tuan?" tanya Karin dengan kekhawatirannya, menjadi sosok yang cukup mengetahui betapa sang atasannya kehilangan arah setelah kepergian Sekretaris Haruno tersayang.

"Ada apa?" tanya Sasuke dengan begitu datar, mengabaikan pertanyaan kekhawatiran Karin terhadap kondisi tubuhnya itu.

"Mengenai keberangkatan Anda ke Los Angeles dalam rangka presentasi robot tempur ciptaan Tuan Uchiha Itachi, apakah Anda akan pergi dengan Nona Hyuga?" tanya Karin dengan hati-hati, cukup tahu betapa sosok Nona Hyuga ini sensitif bagi Sasuke.

Ya, setelah enam bulan kepergian Sakura, Sasuke secara paksa bertunangan dengan Hinata namun ia bahkan tak hadir dalam acara pertunangannya itu sampai Sasuke tidak berpikir jika Hinata benar-benar tunangannya. Wanita itu dengan menjengkelkan terus saja menempelinya hanya karena ibunya begitu menyukainya.

"Pesankan aku tiket untuk keberangkatan besok pagi, aku akan berangkat lebih dulu," ucap Sasuke yang segera membuat Karin menganggukkan kepalanya, tak berkomentar atas keengganan atasannya itu menghirup udara yang sama dengan tunangannya.

"Bagaimana perkembangan pembangunan area industri baru?" ucap Sasuke secara tiba-tiba, teringat akan proyek yang membuat ia secara terpaksa terikat dengan Hyuga Hinata itu.

"Sudah 80%, Tuan," jawab cepat Karin.

"Keluarlah," ucap Sasuke setelahnya, memerintahkan Karin untuk segera meninggalkan ruangannya karena dirasa sudah tidak ada lagi yang perlu mereka bicarakan dan Karin tentunya dengan senang hati pergi, tidak terlalu ingin berada dalam atmosfer suram atasannya itu. Meskipun begitu Karin juga berharap Sasuke kembali menemukan cahaya di kehidupannya.

The Fuzzy ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang