◾ Chapter | 40

541 25 3
                                    

+

+


Setelah sebelumnya mengalami kendala karena tidak tahu apa yang harus dia lakukan, akhirnya Jillian bisa juga untuk mengendarai mobil sendiri. Tentu saja semua itu atas bantuan Kay. Meskipun untuk melakukannya memerlukan waktu yang sedikit lama.

"Kau hebat." Kay mengelus kepala Jillian dengan lembut. Jillian tidak bisa menoleh karena dia takut membuat kesalahan.

Melihat Jillian yang terlihat kaku juga tegang membuat Kay tertawa. Jillian yang mendengarnya menggeram. Namanya juga pertama kali, jadi wajar saja kan dia seperti itu.

"Eh, eh kenapa setirnya bergerak sendiri." Jillian bertanya dengan panik tanpa berani menoleh. Padahal dia tidak membelokkan mobilnya sama sekali.

"Dux yang melakukannya sesuai rute tempat yang akan kita tuju." Jawaban Kay membuat Jillian bernafas lega. Dia kira akan terjadi sesuatu yang membahayakan.

Kenapa Jillian juga bisa melupakan hal itu.

Setelah beberapa lama, mobil berhenti di sebuah lapangan yang di depannya ada sebuah hutan. Melirik ke sana kemari, Jillian tidak melihat satu orang pun. Disini sangat sepi, tempat apakah ini.

"Ayo." Kay membuka seatbelt yang melilit tubuh Jillian yang tersentak kaget dibuatnya.

Jillian mengikuti Kay yang sudah keluar. Kay membuka pintu mobil bagian belakang untuk mengambil sesuatu. Jillian mendekati Kay lalu melihat pria itu mengeluarkan dua pasang sepatu dari paper bag yang berukuran cukup besar.

Kay jongkok lalu menarik kaki Jillian satu persatu dan mengganti sepatu kets yang sebelumnya dia kenakan dengan boots. Begitu pun dengan Kay yang juga mengganti sepatunya.

Tempat apakah yang akan mereka datangi hingga harus ganti sepatu seperti ini.

Setelah mengunci mobilnya dengan aman, Kay menarik tangan Jillian lalu keduanya mulai berjalan memasuki area hutan. Jillian tidak bisa berhenti berdecak kagum ketika melihat sekitarnya.

Selain pemandangannya yang indah, udara yang sejuk juga membuatnya nyaman di tempat ini. Sepertinya juga jarang ada yang menjamah tempat ini hingga tidak banyak sentuhan alam yang di ubah.

Saat di depannya ada sungai yang dangkal Jillian berhenti sejenak. Dia terkesiap ketika tiba-tiba saja Kay menyusupkan kedua tangannya ke bawah ketiaknya lalu mengangkat tubuhnya melewati sungai dengan lebar sekitar sepuluh meter itu.

Kay mengangkat tubuhnya seperti tanpa beban.

Kay menurunkan tubuh Jillian ketika sungainya sudah terlewati. Kembali menggandeng tangannya, membuat Jillian yang belum siap akan terjatuh jika saja Kay tidak menahannya.

"Ada yang terluka?"

Jillian segera menggelengkan kepalanya, "Tidak." Dia hanya kaget saja.

"Hati-hati." Mereka kembali berjalan. Jillian yang merasa sudah lama berjalan membuatnya penasaran juga akan pergi ke mana mereka.

"Kay sebenarnya kita akan kemana?" Jillian bertanya tanpa menatap Kay karena fokus pada jalanan yang di laluinya.

"Sebentar lagi sampai." Jillian berdecak, bukan jawaban seperti itu yang dia inginkan.

Kay berhenti mendadak membuat Jillian yang tidak menyadarinya menabrak punggungnya. Jillian meringis sambil mengelus dahinya yang terbentur cukup keras.

"Kenapa berhenti mendadak, apakah WAH..." Belum sempat protesannya selesai, Jillian di buat salah fokus ketika melihat hal yang ada di depannya.

"Suka?"

LABYRINTHINE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang