◾ Chapter | 08

1.1K 56 0
                                    


+


+

Jillian memejamkan matanya dengan erat seraya mencengkram sabuk pengaman yang dikenakannya. Bagaimana tidak, Kay melajukan mobilnya dengan gila. Bahkan suara mobilnya memekakkan telinga. Melihat sekitarnya pun yan hanya sekelebat saja. Sedangkan Kay tetap mempertahankan wajah datarnya seolah yang di lakukannya tidak membahayakan.

Kay menekan beberapa tombol yang ada di depannya dengan pandangan tetap ke depan. Lalu tiba-tiba terdengar suara yang membuat Jillian mencari-cari dari mana asal sumbernya.

"Selamat datang kembali Mr.Cyrano."  Mobil ini mengeluarkan suara seorang laki-laki.

"Dux aku ingin kau mengambil alih kemudi."

"Baik Mr.Cyrano, kemana tujuan kita saat ini."

"Mansion."

Kay melepaskan tangannya dari stir mobil lalu menyandarkan kepalanya ke sandaran kemudian memejamkan matanya. Semua itu tidak lepas dari pandangan Jillian yang kaget dan takjub dengan apa yang dilihatnya.

Mobil sport ini memang memiliki sebuah kecerdasan buatan, bukan hanya mobil ini saja tapi beberapa sistem dengan akses Kay memilikinya.

"Dalam tujuh menit kita akan sampai apakah kau ingin pergi ke suatu tempat terlebih dahulu?"

"Tidak."

"Baik Mr.Cyrano."

Tiba di depan pintu Mansion, Jillian melihat Kay yang mendekatkan kepalanya pada alat pendeteksi, alat itu kemudian mengeluarkan sebuah cahaya biru lalu setelah beberapa waktu terdengar bunyi bip dan pintu terbuka. Sebelum Jillian masuk ke dalam, Kay menahan tangannya dan pria itu terlihat sedang mengutak-atik layar berukuran tujuh inch di depannya.

"Dekatkan kepalamu." Jillian menurutinya dengan ragu.

Jillian mendekatkan kepalanya hingga iris matanya berhadapan dengan alat pendeteksi lalu muncul cahaya hijau memindai kemudian setelah beberapa saat menjadi biru. Kay menarik tangan Jillian lalu suara laki-laki yang tadi di mobil kembali muncul.

"Akses diterima."

"Kau bisa beristirahat." Jillian hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Dia seolah kehilangan tenaga untuk bersuara saking lelahnya.

Jillian berjalan menuju kamar yang selama di sini dia tempati. Ketika sedang membuka pakaian, perutnya berbunyi. Dia baru ingat bahwa seharian ini dia belum makan lagi setelah dua lembar roti yang tadi pagi dia makan.

Dengan cepat Jillian membersihkan tubuhnya, dia memilih satu setel piyama berwarna merah. Wajahnya mendadak panas ketika dia mengambil sebuah bra yang ukurannya pas di badannya.

Tiba di dapur Jillian tadinya berniat untuk memakan mie instan, tapi dia tidak menemukan makanan itu di manapun. Yang ada hanya sayuran, daging-dagingan, hinggan buah-buahan. Masalahnya meskipun semuanya lengkap gadis itu tidak bisa memasak.

Karena dulu pamannya hanya menyediakan berbagai macam makanan instan yang bisa langsung Jillian makan, berbeda dengan masak yang perlu membutuhkan waktu untuk melakukannya.

Saat mengambil apel Jillian terperanjat ketika ada suara seseorang  dari arah belakangnya hingga membuat apel di tangannya jatuh menggelinding.

"K-Kay."

Kay berjalan mendekat pada Jillian membuat gadis itu menahan nafas karena bau yang dikeluarkan dari tubuh pria yang baru selesai mandi itu, terlihat dari rambutnya yang masih basah.

"Minggir."

"H-hah?"

"Kau lapar?" Kay menaikkan sebelah alisnya seraya menatap Jillian yang bengong seperti orang bodoh.

LABYRINTHINE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang