◾ Chapter | 20

820 47 5
                                    

+

+

Jantung Jillian rasanya akan copot ketika Zoe datang entah dari mana dan tiba-tiba menerjang tubuhnya hingga dia terjatuh. Sejak kapan harimau ini ada di dalam, kenapa juga Kay membiarkannya. Jillian berusaha menyingkirkan Zoe dari wajahnya yang dijilati. Karena demi apapun, dirinya terasa sesak dengan dadanya yang tertekan.

“Ugh kau berat Zoe.” Jillian meringis ketika lebam di pipinya tertekan kaki Zoe.

Zoe menyingkir dari atas tubuh Jillian ketika Kay menepuk kepala harimau itu. Kay hanya menatapnya yang berusaha berdiri tanpa berniat membantunya.

Jillian kembali menundukkan kepalanya ketika netranya bertatapan dengan netra tajam Kay. Dia memilin jarinya seraya mengetuk-ngetuk jempol kakinya. Tatapan Kay terasa seperti menusuk tubuhnya meskipun keduanya tidak bersitatap langsung.

Terdengar suara helaan nafas Kay membuat Jillian mendongak dan bersamaan dengan Kay yang menarik tangannya. Pria itu membawanya ke kamar. Membawa kotak obat dari lemari, Kay mendudukkan Jillian di kasur lalu duduk di sampingnya dan seraya membuka kotak obat itu.

Dengan telaten Kay mengobati lebam di pipinya, sesekali meniupnya. Jillian yang di perlakukan seperti itu menahan nafasnya ketika merasakan hembusan nafas Kay di depan wajahnya. Pipinya memerah.

“Bernafas, kau bisa mati.” Tukas Kay dengan tajam membuat Jillian langsung bernafas kembali.

“I-iya.” Ujar Jillian dengan gugup.

Kay telah selesai mengobati Jillian kemudian berdiri untuk menyimpan kembali kotak obatnya, “Cepat ganti bajumu, pakai itu.” Kay menunjuk paper bag yang ada di sudut kamar membuatnya mengangguk.

Jillian masuk ke kamar mandi setelah mengambil paper bag kemudian membukanya untuk melihat apa isinya. Ada sepasang baju formal dan juga rompi anti peluru yang memang selalu dia pakai jika Kay mengajaknya keluar seperti ini. Dia sudah terbiasa akan hal seperti ini.

Ketika Jillian menanyakan apa tujuannya, Kay hanya bilang untuk keselamatannya, dia hanya bisa menurut ketika mendengarnya. Toh mungkin ini juga demi kebaikannya sendiri.

Keluar dari kamar mandi Jillian mendapati Kay yang sedang memakai lensa kontaknya, kemudian dia berjalan menghampirinya. Jillian menyentuh perut Kay dan terasa keras dengan telunjuknya.

“Apa yang kau lakukan.” Tanya Kay tanpa mengalihkan pandangannya dari cermin.

“Hanya memeriksa ternyata kau juga memakai ini juga.” Jillian mengangkat kemejanya hingga memperlihatkan rompi di dalamnya.

“Hm.” Kay mengambil jasnya kemudian memakainya. “Ayo.” Kay keluar diikuti Jillian yang  berjalan di belakangnya.

Tiba di depan sudah ada mobil gagah yang baru pertama kali Jillian lihat keberadaannya, sepertinya Kay baru membelinya. Ketika dia masuk kedalam entah kenapa perasaannya jadi menggebu-gebu seolah akan ada sesuatu yang memacu adrenalinnya. Jillian sudah benar-benar berubah. Dia tertular Kay.

“Kay tentang tadi, aku sungguh-sungguh minta maaf.” Ujar Jillian memecah keheningan di antara mereka. Dia teringat belum minta maaf dengan benar.

“Aku melarang mu bukan tanpa alasan Lily, kau sudah melihat hal seperti tadi adalah salah satunya.” Kay berkata seraya memandang Jillian sekilas kemudian fokus lagi ke depan.

LABYRINTHINE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang