Bab 38

1.3K 75 10
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Di koridor rumah sakit yang sunyi, Jeff duduk dengan gelisah di kursi tunggu, matanya terus memandang pintu ruang operasi tempat Rasella sedang menjalani operasinya.

Hatinya berdebar-debar, mencoba untuk tetap tenang meski keinginannya untuk ikut dalam operasi telah ditolak oleh sang dokter. Sedikit kesal, tapi Jeff tidak bisa berbuat apa-apa.

“Semoga semuanya berjalan lancar. Kamu harus baik-baik saja sweetie,” gumam Jeff mengusap kasar wajahnya.

Waktu terasa lambat, setiap menit terasa seperti jam. Jeff mencoba untuk fokus pada doanya, berharap agar Rasella segera keluar dari ruang operasi dengan selamat.

Tiga jam penuh telah berlalu. Akhirnya, lampu hijau di pintu ruang operasi menyala. Jeff langsung bangkit dari kursinya, matanya memancarkan campuran antara kelegaan dan ketakutan. Dokter keluar dari ruang operasi dengan senyum di wajahnya.

“Bagaimana dengan istri saya Dokter?”

“Operasinya berhasil, tuan Jeff. Istri Anda dalam kondisi stabil sekarang.” jelas sang Dokter.

Kelegaan begitu dirasakan oleh Jeff. Namun, kekhawatiran untuk kondisi Rasella masih menghantui pikirannya.

“Bolehkah saya melihatnya sekarang?” tanya Jeff. Dokter mengangguk dan mengizinkannya masuk ke dalam ruang perawatan.

Saat Jeff melihat Rasella terbaring dengan perban melingkar di kepalanya, hatinya terasa remuk. Dia meraih tangan Rasella dengan lembut, menciumnya berulang kali dengan penuh kelembutan.

“Sweetie, kamu melaluinya dengan sangat baik. Aku sangat bangga padamu,”

Dia mengusap air mata yang menetes dari matanya. Rasella masih belum sadarkan diri. Jeff merenung sejenak, menyadari betapa sangat berharganya Rasella dalam hidupnya.

Perasaan takut dan tidak berdaya mulai menghantuinya, membuatnya merenung tentang peran dan keberartiannya sebagai suami.
“Aku benar-benar tidak berguna sweetie.” Lirihnya.

Saat Jeff sedang merenung, tiba-tiba saja seseorang membuka pintu, ternyata itu kakek Roy.

Ketika Kakek Roy mendekati Jeff, suasana di ruangan itu terasa sunyi dan penuh kekhawatiran. Jeff menoleh ke arah kakek Roy.

Kakek Roy duduk di sampingnya, menempatkan tangan di bahunya dan berkata, “Jeff, aku turut berduka cita atas kejadian yang menimpa Rasella. Ini pasti waktu yang sulit bagimu.”

Jeff hanya bisa mengangguk, sulit menemukan kata-kata untuk menyatakan perasaannya.

“Dia wanita yang baik dan tangguh. Aku tau sekarang kenapa kau selalu mengejarnya walaupun terus di tolak.” lanjut kakek Roy.

Jeff tesenyum lirih dan menjawab perkataan kakek Roy, “Itulah kenapa aku mengorbankan banyak hal demi mendapatkannya,”

“Termasuk berusaha mengambil alih hak waris keluarga kita yang tak pernah mau kau pegang bukan?”

“Benar. Apapun yang kulakukan, itu demi wanita yang kucintai. Memang terdengar gila, tapi perasaanku padanya sangat besar. Dia sudah mengubah hidupku yang suram menjadi berwarna.” tutur Jeff mengingat pertemuan pertamanya dengan Rasella. Pertemuan yang tak pernah dia lupakan.

Kakek Roy mengangguk seakan mengerti perasaan yang dirasakan oleh Jeff. Tujuannya ke sini bukan hanya untuk menengok keadaaan Rasella saja, melainkan ada hal yang ingin dia katakan pada Jeff.

“Jeff, aku punya sesuatu yang mungkin bisa membantu kalian keluar dari situasi ini.”

Jeff menatap Kakek Roy dengan tatapan antara harap dan penasaran.
“Sebenarnya Ayahku sekaligus buyutmu itu adalah seorang  ahli dalam meracik obat-obatan khususnya obat tradisional. Ayahku dulu sangat terkenal pada masanya, dan dia meninggalkan sesuatu yang mungkin bisa menjadi titik terang kebingunganmu,”

Jeff tercengang mendengar penjelasan kakek Roy. Kakeknya itu tidak pernah sekalipun menceritakan tentang masa lalunya maupun silsilah keluarganya terdahulu, karena hubungan mereka sebenarnya tidak sedekat itu.

Kakek Roy adalah tipe yang tegas dan pendiam, namun menyebalkan. Tapi dibalik itu semua, kakek Roy memiliki sisi yang pengertian.

“Bacalah ini,” ucap kakek Roy seraya menyerahkan sebuah buku yang terlihat lusuh dan kuno.

Jeff memandang buku kuno itu dengan mata yang tak percaya. Kakek Roy melanjutkan menceritakan bahwa penawar racun yang diperlukan untuk Rasella merupakan penelitian terakhir Ayahnya yang belum diungkapkan kepada siapa pun.

“Kau tahu, tidak ada yang secerdas Ayahku dalam memecahkan penawar racun ini. Ini adalah rahasia keluarga kita. Tapi untuk penawar ini, aku berikan untukmu sepenuhnya.”

Jeff merasakan beban di dadanya mulai terangkat. Sebuah rasa harap muncul di tengah keputusasaannya.
“Kakek sialan, kenapa baru sekarang kau memberikan ini?” dengus Jeff. Terselip rasa kesal pada kakeknya itu yang baru sekarang memberikan resep penawar.

”Ck, kau seperti tidak tau aku saja.”

Jeff memutar bola matanya malas, “ya, kau benar-benar kakek tua yang menyebalkan!”

Jeff tahu betul, kakek sialannya itu sangat gemar menguji seseorang. Dia akan mengulurkan tangannya ketika seseorang itu sudah diambang batas keputusasaannya.

“Jangan terus mengumpatiku, kau harus gunakan pengetahuan ini dengan baik dan segera cari semua bahan-bahan racikannya.”

Jeff memperhatikan lembaran terakhir buku itu, lalu mengangguk mengiyakan ucapan kakek Roy. Dia kemudian memutuskan untuk mengambil langkah berikutnya.

Jeff merogoh ponselnya dan memotret lembaran resep penawar itu, lalu menghubungi Fero, “Fero, cari bahan-bahan yang ada di catatan itu. Cari secepatnya, setelah ini aku akan mengurus Briana dan Eric.”

Jeff beranjak dari duduknya, meninggalkan Kakek Roy dan Rasella untuk menyelesaikan tugasnya.

Dia berharap, tidak hanya untuk kesembuhan Rasella, tetapi juga untuk keadilan yang akan menimpa Briana dan Eric sesuai keinginan istrinya. Dia berharap mereka akan membusuk di penjara atau bahkan dijatuhi hukuman mati.
.
.
.
.
.

TBC

My Enemy Secret {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang