Bab 36

1.2K 71 14
                                    


"Sayang?" panggil Rasella.

Dia melihat Jeff tengah berdiri dengan pandangannya memandang ke arah luar jendela. Karena Jeff tak kunjung mengalihkan perhatiannya ketika dirinya memanggil, dia pun berinisiatif memeluknya dari belakang.

Jeff terkejut dengan kedatangan Rasella. Dia tidak menyadari panggilan dan kedatangannya karena pikirannya sedang berkelana memikirkan suatu hal yang rumit.

"Kamu baik-baik saja sweetie?" tanya Jeff membalikkan tubuhnya menghadap Rasella. Tatapannya meneliti dari atas hingga bawah, memastikan kondisi istrinya.

"Seperti yang kamu liat. Aku baik," jawabnya.

"Syukurlah," ucap Jeff memeluk Rasella dan menenggelamkan kepalanya di pundak Rasella.

"Kamu sedang memikirkan sesuatu?" tanya Rasella mengelus dengan lembut kepala Jeff.

Jeff mengangguk lalu berkata lirih, "Aku sedang memikirkanmu. Kenapa wanita itu tidak juga memberikannya. Apa aku bunuh saja dia?"

"Jeff, jangan berkata seperti itu. Jangan mempermainkan nyawa seseorang meskipun mereka berbuat jahat pada kita."

"Tapi itu caraku sweetie ..." ujar Jeff melepas pelukannya.

"Buang jauh-jauh caramu itu. Aku —" Rasella menjeda ucapannya, lalu memegang tangan Jeff.

"Aku tidak mau tanganmu kotor lagi,"

"Tapi sweetie —"

Rasella menyentuh bibir Jeff, menghentikannya untuk melanjutkan ucapannya. "Aku tidak suka Jeff yang bengis. Aku tidak suka caramu menghukum seseorang."

"Lalu, aku harus bagaimana supaya menghukum mereka dan membuat wanita itu memberikan penawarnya?"

"Aku ada cara lain, tapi — aku ingin melakukan satu hal dulu denganmu,"

Jeff menaikkan sebelah alisnya, menunggu jawaban Rasella untuk mengatakan keinginannya.

"Aku ingin kita berdansa." ucap Rasella.

Jeff tersenyum seraya menyelipkan anak rambut Rasella, lalu berkata, "Apapun yang kamu inginkan, aku akan mengabulkannya sweetie,"

"Aku mainkan musiknya," Rasella pun memutar satu lagu.

Saat lagu itu mulai berputar, Jeff sedikit merunduk menggapai lengan Rasella dan meletakkannya di pundaknya. Mereka meliukkan tubuh mereka mengiringi lagu yang mereka putar.

Mereka berdansa dengan indah, di bawah rembulan yang terang benderang di atas sana seolah menemani malam romantis mereka.

Namun, di tengah dansa romantis mereka, tiba-tiba saja rasa sakit di kepala Rasella menyerangnya. Ia menahannya sebisa mungkin dengan menggigit bibir bawahnya.

"Ada apa sweetie?" ucap Jeff menghentikan dansa mereka.

Rasella menggeleng lalu tersenyum, memberitahu bahwa dia baik-baik saja. Tidak percaya begitu saja, Jeff hendak berbicara lagi. Tapi, bibirnya terbungkam oleh bibir Rasella.

Jeff ingin menolak, tapi Rasella begitu keras kepala tidak mengijinkannya sedikitpun berbicara.

Alunan melodi itu terus berputar, dansa yang mereka lakukan kini terganti oleh gelora cinta yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya.

"Lakukan sekarang Jeff," pinta Rasella dengan napas yang tak teratur.

Jeff menggeleng, "Tidak sweetie. Aku tidak mau melakukannya di saat kamu sakit,"

"Jeff, aku mohon ..."

"Aku mohon lakukan sekarang. Hanya ini yang bisa aku berikan sebelum aku pergi," lanjut Rasella yang hanya bisa di ucapnya di dalam hati.

"Sweetie —"

"Jeff, kamu mencintaiku kan? Maka, lakukan sekarang. Ini permintaanku. Bukankah kamu yang mengatakan sebelumnya, apapun yang aku ingin kamu akan kabulkan?"

"Tidak sekarang sweetie, kita lakukan setelah kamu sembuh,"

Rasella dengan kasar mendorong Jeff ke tempat tidur. Dia menaiki tubuh Jeff dan menguncinya di bawah tubuhnya. Jujur saja, jantung Rasella berdegub kencang.

Ini adalah hal tergila seumur hidupnya. Tapi apa boleh buat. Dia melakukan ini semua karena tanggung jawabnya dan rasa cintanya yang kini rasa itu sudah besar di lubuk hatinya.

"Dengarkan aku Jeff, aku ingin memenuhi tanggung jawabku sebelum —" air matanya meluruh di kedua pipinya.

Sungguh, hatinya merasa sakit dengan kenyataan yang di terimanya. Di saat dia mulai menerima Jeff dan merasakan cinta di hatinya, dia harus pergi setelah keduanya itu hadir.

Jeff membalikkan posisinya dengan Rasella, sehingga Jeff kini mengukungnya, "Hey sweetie," lirih Jeff mengusap lembut tetesan air mata itu.

"Kamu tau apa yang membuat aku mencintaimu? Kamu. Itu kamu sweetie, bukan nafsuku atau apapun itu. Kamu tidak memberikan cintamu atau kewajibanmu, aku tidak masalah. Asalkan, kamu selalu ada di sisiku, You're everything to me sweetie." tutur Jeff seraya mencium bibir ranum itu.

Malam ini adalah malam yang penuh dengan pergulatan emosi yang ada di hati mereka masing-masing. Pergolakan cinta yang mereka miliki, semakin kuat satu sama lain. Saling mengasihi dan memberikan kehangatan.
.
.
.
.
.
.

To Be Continue

My Enemy Secret {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang