Hujan rintik-rintik membasahi permukaan bumi. Alam pun ikut menangisi hari duka ini. Hari dimana sang dandelion terbang mencapai langit.
Hati terasa teriris dikala seseorang meninggal seharusnya menjadi tempat berkumpul keluarga untuk berduka dan menghantarkannya ke tempat peristirahatan terakhirnya. Namun tidak untuk Liam. Di hari kematiannya pun Liam tetap sendiri, tiada sanak keluarga yang mengurus pemakamannya.
"Jangan takut Liam, gue ada disini. Istirahat yang tenang, gue akan selalu liat lo dari bawah sini." lirih Rasella mengusap batu nisan bertuliskan nama Liam.
Hanya Rasella seorang yang mengisi tempat istirahat terakhir Liam. Sungguh, Rasella merasakan sakit yang selama ini Liam alami. Mungkin tak sebanding dengan rasa sakit Liam yang sesungguhnya.
Air matanya menetes di pipinya, Rasella terisak membayangkan betapa kesepiannya hidup Liam. Ia merasa tidak berguna karena selama Liam hidup, tidak memberinya apapun.
Seandainya waktu bisa terulang kembali, maka Rasella akan memberikan ribuan waktu yang terbuang sia-sia untuk membahagiakan Liam.
Setelah dirasa cukup, Rasella pun beranjak dari sana. Disaat Rasella sudah sepenuhnya pergi dari sana, dua pria berjas hitam mendatangi gundukan tanah bernisan nama Liam. Merekalah, Jeff dan Fero.
"Hey bro, sorry gue terlambat." lirih Jeff seraya memberi bunga ditengah gundukan makam Liam.
"Makasih karna lo udah melindungi sweetie gue. Andaikan semua ini gak terlambat, gue akan melakukan apapun yang lo mau. Asal jangan rebut sweetie gue."
"Gue harus pamit sekarang, mungkin sweetie gue lagi nangisin lo." lanjut Jeff beranjak dari sana membuat Fero menggelengkan kepalanya mendengar penuturan tuannya itu.
"Terima kasih tuan Liam," ujar Fero mengusap sekilas nisan itu, lalu menyusuli Jeff.
.................
Hujan rintik-rintik itu kini menjadi deras. Rasella tengah berada di basecamp tempat dimana dirinya dan Liam berkumpul disana. Rasella hanya ingin menenangkan pikirannya atas rasa duka yang dialaminya.
Nyatanya sosok Liam merupakan salah satu manusia yang berarti dihidupnya. Liam adalah sesosok malaikat yang menjelma menjadi seorang teman.
Ketika Rasella ingin melangkah ke taman belakang, tiba-tiba seorang pria menghampirinya. Dia salah satu anak buah Fero sekaligus rekannya dengan Liam saat itu.
"Ada apa Haris?" tanya Rasella.
"Ini ada surat untuk mu," ucap Haris seraya memberi sepucuk surat pada Rasella.
Rasella mengkerutkan keningnya, "Dari siapa?" tanyanya heran.
"Dari— Liam,"
"Liam?"
"Iya. Sebenarnya surat ini Liam berikan sebelum kematiannya. Dia menyuruhku memberikan surat ini ketika dia benar-benar sudah pergi." jelas Haris.
Mendengar itu, Rasella segera membuka surat tersebut.
Hai Sell, mungkin saat lo baca ini gue udah jadi langit. Gue cuma mau bilang, jaga baik-baik diri lo. Jangan sampai jadi janda, nanti gak ada yang gantiin gue buat nikahin lo, hahaha...
Maaf gue sembunyiin penyakit gue dari lo. Makasih juga karna lo, gue bertahan sampai detik ini.
Oh ya rahasiain ini. Gue bisikin ya, sebenarnya gue— gak bisa main pistol. Waktu itu karna gue liat lo semangat buat hadapin rival lo, jadi gue ikut semangat juga dan beraniin buat kursus menembak khusus buat ngajarin lo.
Gue keren kan, secepat itu gue bisa belajar hahaha... Gue tebak, lo nangis baca ini. Ah gak asik, gue juga kan mau liat seorang Rasella nangis. Jarang-jarang gue liat lo nangis.
Sell, kalo bener lo nangis, sekarang gue minta berhenti nangis. Jangan salahin diri lo atas semua ini. Gue lakuin ini karna cuma mau hidup gue berguna.
Jangan nangis diem-diem lagi, karna sekarang gak ada gue, jadi gak ada yang pukpuk pala lo.
Gue harap, lo hidup bahagia bersama Jeff, Sell. Jangan lupa juga, temenin gue ya sampai tempat peristirahatan gue. Gue takut sendiri Sell.
Selama ini gue selalu sendirian, tapi nyatanya gue takut sendiri. Itu juga harus lo rahasiain ya, jangan sampe Jeff sama Fero tau, bisa-bisa mereka ketawain gue.
See you Sell
By Liam si keren
Rasella meremat kertas itu. Air matanya lagi-lagi meluruh di kedua pelupuk matanya. Rasa bersalah itu kian membesar."Maaf Liam, gue gak berguna! Seharusnya gue bahagiain lo walaupun itu sedikit. Gue gak bisa jadi teman yang baik buat lo Liam. Maafin gue..." isaknya, kakinya tak berdaya menopang tubuhnya. Ia pun luruh, duduk dilantai.
"Akh!" Rasella meremat dadanya, tiba-tiba saja dadanya itu terasa sakit.
Ditengah isaknya, Jeff dan Fero tiba disana. Mereka terkejut melihat keadaan Rasella.
"Sell, ada apa?" tanya khawatir Jeff memegang kedua pipi Rasella yang sudah berderai air mata.
"Jeff, aku tidak berguna! Aku bukan teman yang baik Jeff!! Liam pasti sakit melewati ini semua tanpa seseorang disampingnya," ucap Rasella.
Jeff membawa Rasella ke dalam pelukannya, "Jangan salahkan dirimu, ini bukan salahmu. Ini sudah takdir Tuhan," tutur Jeff menenangkan Rasella.
Rasella tidak menanggapi tuturan Jeff, ia hanya menumpahkan rasa bersalahnya dengan Isak tangisnya.
'Lo hebat Liam, bisa buat sweetie gue nangis kayak gini.' batin Jeff seraya mengusap kepala Rasella.
.
.
.
.
.
TBC....
KAMU SEDANG MEMBACA
My Enemy Secret {END}
Romance(TAHAP REVISI) Tidak pernah terbayangkan oleh Rasella jika Jeff, musuhnya sedari kecil yang selalu mengejar-ngejarnya bahkan mencapnya sebagai miliknya itu menyimpan beribu rahasia di hidupnya. Hingga suatu ketika, satu insiden membuat Rasella mula...