" Siapa sih ini... Kok ngetuknya keras amat....? Apa jangan-jangan orang jahat lagi? Ahhh... Mama... Siapa sih yahh..?" Lirih terdengar suara Yaya bertanya dan menjawab dirinya sendiri.
Huft....tenang.. tenang... Oke, gua coba buka aja dulu - ucap Yaya lirih sambil melangkahkan kakinya menuju pintu
Sesampainya didepan pintu Yaya menarik nafasnya dalam berharap perlindungan dari pada Tuhan, tidak bisa dipungkiri saat ini kondisi jantung Yaya sangat tidak bersahabat degupan yang begitu cepat saat ini mengiringi pergerakan tangan Yaya untuk membuka pintu... Ceklek....
" Hah....!!!" Suara itu terdengar gemetar ketakutan.
" Rob...robb...bii..., huah...." Teriak Yaya terkejut tidak percaya, ia melihat Roby berdiri didepan pintu rumahnya, bahkan mengetuk pintu itu dengan keadaan lusuh, pucat, dan lebam diarea pelipisnya.
" Ma..aaaff..in...aku...yah...nie.." suara itu terdengar jelas ditelingaku, dengan nada yang datar dan tatapan yang kosong namun tajam tertuju kepadaku. Ketakutan saat ini menyelimutiku, seluruh badan ini rasanya lemas, kaki ini pun terasa lunglai tak sanggup menopang tubuh ini, ingin rasanya berlari namun sekujur tubuh ini terasa lemas dan berat untuk bergerak, air mata ketakutan kian deras meluruh, aku berteriak sekuat mungkin ...
" Ti..daakkk... Pergi....pergiii...jangan ganggu aku... Pergiiii... Ini bukan duniamu....pergiii....hikss...hikss..." Teriak Yaya dengan tangan yang meronta-ronta hendak mengusir sosok Robby yang berdiri dihadapannya.
" Yah..nie...maafkan aku .... Maafkan aku .... Maafkan aku....MAAFKAN AKU!!!" suara itu kian lama membuat Yaya semakin takut dan kalut.
" Enggak....pergi....pergi.... Jangan ganggu gua.... Lo ...PERGI.... AAaaaaaghh...." Yaya
-----------
" Yaya.... Hei...ya..., bangun ya..." Suara laki-laki itu begitu lembut sambil menepuk-nepuk pipi Yaya mencoba membangunkannya." Aghhhh....., ha...hah...hah.." sontak Yaya membuka matanya dan melihat Ruli dihadapannya seketika refleks ia memeluk Ruli.
" Hiks...hikss... G...uuaa... Ta..ttkkkut... Hiks...hiks... Ja...ngan.. tinggalin ..gua sen...diri..., please... Te...menin...gua... Hiks...hikss..." Tangis Yaya dalam pelukan Ruli dengan nafas yang tidak teratur dan terasa sesak.
" Sssst.... Udah ya... Gapapa oke... Kamu aman kok... Aku ada disini .... Jangan nangis lagi yah...." Tangan Ruli membalas pelukan wanita itu erat, dan beralih mengelus puncak kepalanya, dan mengusap punggung Yaya.
" Kamu tenang dulu yah ya.... Tenangin dulu .... Tarik nafas yah Yaya.... Aku Disini .." pelan-pelan Ruli melepas pelukan Yaya dan menangkup wajah wanita itu menyakinkannya bahwa wanita itu saat ini sudah aman bersamanya, Ruli beralih ke pipi chubby Yaya dan menghapus jejak air mata yang luruh di wajah wanita itu.
Saat ini kondisi Yaya terlihat sudah semakin tenang, Ruli memberinya segelas air putih untuk menetralkan kembali hati dan pikirannya, untuk menceritakan apa yang terjadi.
" Kamu kenapa ya? Kok bisa sampe mimpi buruk? Baru kamu kok bisa ketiduran di sofa, pintunya gak kamu kunci lagi?" Pertanyaan dari lelaki itu bertubi-tubi dilontarkan pada Yaya.
" Eummhhh, jadi gini...." Yaya menceritakan apa yang dialaminya tadi, yang ternyata di dalam mimpi, namun seakan nyata.
" Jadi gitu rul..." Ucap Yaya
" Ouhh jadi gitu... Bisa jadi memang dia masih merasa bersalah ya... Apalagi kamu belum pernah jiarah kemakamnya kan mulai dari kejadian kemaren?" Terlihat Yaya hanya diam mendengar penuturan lelaki itu.
" Yaya... Coba liat aku" lelaki itu mengambil kedua tangan wanita itu dan menggenggamnya erat.
" Semua yang sudah terjadi biarkan berlalu, kamu harus ikhlas, karna apa? Karna kecewa itu bukan milikmu, lepaskan semua rasa sakit itu, supaya kamu bisa menjalani prosesmu dengan tenang." Kata-yyang keluar dari bibir Ruli, seketika mampu menghipnotis pikiran Yaya, jarang sekali lelaki itu berbicara sebijak ini dan seserius ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pamit Untuk Kembali ( END )
RomancePamit adalah harapan yang dinantikan untuk kembali, lalu bagaimana jika pada kenyataannya pamit itu tidak akan pernah membawanya kembali? ~ MinYun