Kita Sudah Sejauh ini

596 36 7
                                    

Pukul 03.00 wib

Tepat pukul 03.00 subuh Yaya mulai menggerakkan jari-jarinya, dan membuka kelopak matanya perlahan.

Ruli yang sedari tadi masih terjaga, sengaja apalabila istrinya sadar agar ia bisa membantu apa yang dibutuhkan Yaya.

" Hun...." Panggil Yaya lirih melihat Ruli yang berdiri memandang lurus di balkon kamarnya.

Segera Ruli memalingkan wajahnya, dan berjalan menuju ranjang, menghampiri istrinya.

" Sayang, kamu udah bangun.... Kamu mau apa? Mau minum? Atau ada yang sakit? Kasih tau aku yang.." tanya Ruli khawatir

" Hussssttt..." Jari telunjuk Yaya menutup bibir Ruli untuk berhenti berbicara.

" Hun... Aku gak apa-apa, IM okay... Udah dong jangan panik gitu, nanti aku jadi stress" ungkap Yaya lemas

" Maaf yang..." Jawab Ruli tertunduk merasa bersalah.

" Heiii pipay, gapapa kok... Sini peyukk dulu dong" ujar Yaya merentangkan kedua tangannya, tanpa basa-basi Ruli langsung berhambur dalam pelukan Yaya, dan entah apa yang ada dalam pikirannya ia menangis dalam pelukan istrinya itu.

" Loh kok pipay nangis..." Ucap Yaya mengelus lembut surai rambut lelaki itu. Lelaki itu hanya menggelengkan kepalanya.

" Ada apa sayang... Coba sini cerita" tanya Yaya lembut.

Ruli membenarkan posisinya menjadi duduk, ia menarik kedua tangan wanita itu dan menggenggamnya erat

" Mimayy... Maaf yaaa..." Ujar Ruli memanyunkan bibirnya.

" Loh, kok pipay minta maaf, emang pipay salah apa..?" Tanya Yaya lembut namun heran.

" Pipay minta maaf, Karna pipay bikin mimay sampe sakit gini... Maaf ya sayang" mohon Ruli menciumi tangan wanitanya itu.

" Hun.... Kamu gak salah... Emang akunya lagi kecapean aja, malah aku yang mau minta maaf" ungkap Yaya

" Ndak sayang, kamu gak salah... Ini semua salah aku..." Tolak Ruli

" Dengerin aku dulu hun, aku mintaa maaf Karna kamu gak bisa dapetin pelepasan kamu gara-gara aku langsung sakit perut, maaf ya hun... Aku yakin sampe sekarang pun kamu pasti belum pelepasan kan? Kamu pasti tadi langsung khawatirin aku kan? Dan kamu gak perdulikan diri kamu sendiri, padahal itu pasti sakit hun... Kamu harus nahan pelepasan kamu, pasti kepala kamu peningkan hun... Maafin aku ya hun..." Ujar Yaya menarik tangan lelaki itu dan mendekatkannya ke pipi yang suhunya masih terasa hangat.

" Sekarang kita lanjutin aja yuk... Biar kamu gak sakit, gak pening nahan-nahannya... Karna itu udah kewajiban aku hun, hanya aku minta maaf Karna dari awal aku gak komunikasian sama kamu kali badan aku emang lagi lemes. Tapi kalo sekarang badan aku udh enakan kok hun, IM yours just do it what you want hun.." ujar Yaya mencium tangan lelakinya itu.

Yaya mencoba membenarkan posisinya yang tadinya terlentang merubahnya menjadi duduk bersandar di kepala dipan ranjang itu.

" Sayang...jan-" ucap Ruli terputus

" Ssstt, let's started hunny..." Tukas Yaya menarik wajah lelakinya itu dan mencium lembut bibir suaminya itu, dan mengusap lembut dada bidang lelaki itu, tanpa memperdulikan infus yang berada ditangannya sendiri.

Tak ada balasan sambutan atas tindakan Yaya, Ruli berusaha menghindar dan menolak jangan wanitanya itu. Yaya yang merasakan penolakan dari Ruli, ia merasa sedih, ia takut, ia merasa bersalah, ia yakin bahwa saat ini Ruli sudah muak dengan dia yang terlalu banyak tingkah, yang terlalu childish, semua pikiran itu berkecamuk dalam benak Yaya.

Pamit Untuk Kembali ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang