Dinginnya angin sore ini terasa menusuk sampai ke tulang, telihat dari kejauhan seorang wanita dengan seorang bayi dalam gendongannnya berlari mengejar sesuatu yang telihat sangat mendesak. Dengan wajah yang terlihat lusu dan keadaan yang sangat kacau, wanita itu berhenti dimeja receptionist lobby rumah sakit.
" Suster, tolong... bantu saya..." tanya yaya kalut dan panik
" tenang dulu ibu, ada apa bu? saya pasti akan membantu ibu" ucap salah seorang perawat yang menjaga meja tamu itu.
" Suami saya dan sahabat saya ada dirumah sakit ini, dimana mereka sus? dimana ruangan mereka sus?" cecar yaya mendesak sang perawat
" Baik ibu, atas nama siapa ibu biar saya bantu cek?" Tanya perempuan muda itu, lalu yaya meberitahukan nama suaminya dan juga keterangan mengenai sahabatnya.
Tak lama setelahnya sang perawat memberitahukan ruangan yang dicari Yaya, Segera yaya berlari menuju ugd terlebih dahulu untuk melihat keberadaan putri, karna tak jauh dari situ adalah ruangan ruli dirawat.
Yaya tiba dipintu depan ruangan UGD, ia menarik nafasnya dalam ketika melihat seorang polisi dan seorang dokter tengah berbincang, dengan kuat hati ia menghampirinya karna ia yakin bahawa kedua orang itu berkaitan dengan sahabatnya.
" Permisi pak, Saya adalah sahabat dari korban kecelakaan yang terjadi dijalan besar dekat bandara tadi" ucap yaya mencoba tegar menahan tangisannya
" Syukur ibu sudah sampai, mungkin biar saja dokter yang akan menyampaikan kabar ini langsung" ucap lelaki berbadan tegap dan kekar berseragam polisi
"Baik ibu, sebelumnya kami mohon maaf ibu, kami tim medis sudah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan pertolongan pertama pada korban laki-laki yang bersama dengan sahabat ibu, namun takdir Tuhan berkata lain bahwa korban menghembuskan nafas terakhirnya saat dalam perjalanan menuju rumah sakit" Mendengar ucapan sang dokter lutut yaya terasa lemas, wanita itu jatuh tersungkur.
Pikirannya jauh berkelana mengingat beberapa waktu sebelumnya yang berlalu begitu cepat, wanita itu masih berharap semua ini hanyalah mimpi, namun nyatanya ini bukanlah mimpi semua ini nyata adanya.
" Yaya...., dimana putri nak?" suara seorang wanita paruh baya yang tak asing baginya
" Bunda......., Alex..... Putri bun...." tangis yaya semakin pecah ia memeluk wanita paruh baya itu dengan sha yang masih nyaman tidur dalam gendongan mimaynya.
" Kenapa nak, kenapa sayang...?" tanya bunda putri panik dan penasaran
" Alex udah gak ada bun....." Kata-kata itu lolos dari bibir yaya
" Oh Tuhanku......" Histeris wanita paruh baya itu, menangis dengan memeluk erat tubuh Yaya.
" Ibu, Bapak, saya harap kita bisa tenang semua agar bisa mengurus segala urusan jenazah, dan saya juga harus menyampaikan ini bahwa saudari Putri saat ini sangat lemah akibat benturan yang begitu keras pada kepala bagian belakangnya, dan juga serpihan kaca yang masuk pada beberapa areal bagian tubuh saudari putri" ucap sang dokter menjeda ucapaannya
" Mengingat kondisinya yang begitu lemah, sedikit kemungkinan untuk pasient bisa bertahan dalam beberapa jam kedepan, oleh karena itu kami memberi kesempatan kepada keluarga untuk bertemu dengan pasient, Permisi" Sambung sang dokter sebelum akhirnya berlalu dari hadapan yaya dan keluarga putri yang saat ini sudah histeris mendengar kabar yang begitu memilukan ini.
Tiada mata yang tak basah, semua orang yang saat ini berdiri didepan ruang tindakan itu masih tak percaya dengan kabar yang mereka dengar. Yaya dan bunda putri masih setia berpelukan berbagi rasa pilu yang mereka rasakan saat ini untung saja saudara putri ada disana dan segera mengambil sha dari gendongan yaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pamit Untuk Kembali ( END )
RomancePamit adalah harapan yang dinantikan untuk kembali, lalu bagaimana jika pada kenyataannya pamit itu tidak akan pernah membawanya kembali? ~ MinYun