Rumit

435 37 7
                                    

"Sha.... Jangan nangis terus dong de, pipay gak ngerti maksud kamu" ucap Ruli sembari mengayun-ayunkan tubuh putrinya, yang berada dalam gendongannya

" SHA !! STOP NANGIS BISA GAK!!" Pekik Ruli merasa sudah tak sabar mendengar suara tangisan baby sha.

Bukannya berhenti menangis, ternyata teriakan Ruli membuat sha semakin menangis kencang, seakan takut mendengar ucapan pipaynya.

" Rul... Ada apa nak, kenapa kamu teriak-teriak nak? Baby sha juga kenapa nangis terus, hmmm?" Tanya Gita yang datang menghampiri Ruli ketika mendengar teriakan keponakan laki-laki nya itu

" Hah...? Ya Allah... Maafin pipay nak, maaf ya nak, sha maafin pipay sayang, sha gak boleh tinggalin pipay ya nak, maafin pipay bentak dede kaya mimay kemaren, maafin pipay nak" ucap lelaki itu tersadar atas apa yang baru saja ia lakukan, ia menangis memeluk erat putrinya yang suara tangisan shabmulai terdengar parau.

" Ruli... Udah nak... Udah .. sini sha Tante yang jagain, kamu istirahat dulu ya... Kamu tenangin diri kamu dulu nak, sini sha nya..." Kata Gita mengambil sha dari gendongan Ruli, namun Ruli menghindari Gita, seakan takut memberikan sha kepada Gita.

" Enggak tan, gak boleh Tan, aku gak mau.... Jangan ambil sha Tan, aku gak akan kaya tadi lagi Tan, tolong jangan ambil sha, aku pasti bisa nemuin Yaya kok Tan, kita bakal rawat sha dengan baik, tapi jangan ambil sha dari aku Tan" tangis lelaki itu kian pecah, sehingga membuat Arnold datang menghampiri keributan itu

" Rul... Ruli, jangan gitu.. kasian anak kamu dikekepin gitu, kasih ke Tante dulu, kamu tenang, kamu gak boleh gini!" Sentak Arnold mencoba menyadarkan Ruli dari kekalutannya

Beruntungnya Gita berhasil mengambil sha dari tangan Ruli, dan segera meninggalkan Ruli dan suaminya disana, karna ia yakin bahwa Arnold mampu menangani Ruli.

" SHA !! TAN !! TANTE GITA !!" Teriak Ruli memanggil nama putrinya dan tantenya itu.

" Sudah rul, sudah.... Jangan begini nak..." Ujar Arnold memeluk Ruli dan menepuk-nepuk punggung keponakannya itu.

" Tolong jangan ambil sha dari aku Tan... Gimana caraku bisa bawa Yaya pulang kalo sha gak ada sama aku om, aku sama Yaya hanya punya sha, kami berhak bahagia om," Ruli menangisi semua yang terjadi, menangisi garis cerita yang harus dihadapinya ini.

Terdakang Masalah kecil seringkali diabaikan,bahkan dianggap berlebihan, tanpa memperdulikan alasan dibalik itu, dan bagaimana cara menyelesaikannya. Sebab Api kecil jika cepat ditangani akan lebih cepat padam, namun api kecil yang dibiarkan kian lama akan menjadi besar dan berakibat fatal.

Pengendalian diri, dua kata penting bagi setiap manusia. Terkhusus dalam kehidupan berkeluarga, baik suami-istri ataupun keluarga besar.

Dalam kesendiriannya Ruli menangis, mencoba menelisik jauh kedalam mengingat betapa bodohnya dia mengabaikan masalah kecil yang menjadi ledakan besar seperti ini.

Andai saja Ruli mampu mengendalikan dirinya, dan Ruli mampu mengelola emosinya dalam menghadapi istrinya. Terlebih istrinya yang baru saja melahirkan, mungkin ini tidak akan terjadi.

Karena Usai melahirkan, kadar hormon akan turun, yang akan memengaruhi suasana hati. Bayi yang baru lahir mungkin juga bangun setiap saat, jadi ibu tidak cukup tidur. Belum lagi sebagian besar ibu akan merasa khawatir tentang merawat bayi, dan itu membuat ibu merasa stres yang belum pernah ditangani sebelumnya.

Oleh karena itu jika orang disekitarnya, terlebih suaminya tidak memberikan perhatian dan support maka hal itu akan membuat ibu yang baru saja melahirkan akan merasa sendiri, diasingkan, dan tidak berdaya maka itu sudah masuk dalam keadaan psikis Baby blues Syndrome. Demikian juga hal yang dirasakan oleh Yaya, perhatian, pengertian dan support dari suami dan orang terdekat itulah yang dibutuhkan olehnya.

Pamit Untuk Kembali ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang