18. Sebuah Janji

471 35 8
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم











🕊️🕊️🕊️

_________________________________________

𝗝𝗶𝗸𝗮 𝘀𝘂𝗱𝗮𝗵 𝗯𝗲𝗿𝗷𝗮𝗻𝗷𝗶, 𝗯𝗲𝗿𝘂𝘀𝗮𝗵𝗮𝗹𝗮𝗵 𝘂𝗻𝘁𝘂𝗸 𝗺𝗲𝗻𝗲𝗽𝗮𝘁𝗶. 𝗝𝗶𝗸𝗮 𝗸𝗮𝗺𝘂 𝗺𝗲𝗻𝗴𝗶𝗻𝗴𝗸𝗮𝗿𝗶, 𝗯𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗸𝗮𝗺𝘂 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝘁𝗲𝗿𝘀𝗮𝗸𝗶𝘁𝗶, 𝘁𝗮𝗽𝗶 𝗱𝗶𝗮 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝘁𝗲𝗹𝗮𝗵 𝗺𝗲𝗺𝗶𝗹𝗶𝗵 𝘂𝗻𝘁𝘂𝗸 𝗽𝗲𝗿𝗰𝗮𝘆𝗮.

_________________________________________

🕊️🕊️🕊️














• ☁️  𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔  ☁️ •












Sudah hampir setengah jam Tasya menunggu Kirana bersiap, ia menatap jenuh gadis yang sedang berdiri di depan kaca seraya merapihkan hijab dan gamis yang ia pakai.

"Ck, Kir ayo katanya mau belajar ngaji sama Gus Ali, lo malah ngaca mulu, lama-lama pecah dah kacanya" cibir Tasya yang sudah mulai geram dengan sahabatnya.

Kirana melirik "Iya iya, ini udah kok, yuk" gadis itu mengambil Al-Qur'an berwarna biru miliknya yang terletak di atas nakas.

Kedua gadis itu melenggang pergi menuju ndalem

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kedua gadis itu melenggang pergi menuju ndalem. Tidak lupa mengunci pintu kamarnya.


A & K


Sesampainya di depan pintu ndalem salah satu dari mereka mengetuk pintu dengan sopan.

Tok..tok..tok

"Assalamualaikum" ucap salam keduanya.

Ceklek

Pintu pun dibukakan oleh umi Halimah.

"Wa'alaikumssalam warahmatullahi wabarakatuh" jawab salam wanita paruh baya itu seraya tersenyum hangat.

"Kirana, Tasya, ayo silahkan masuk nak" sambung umi Halimah.

Kirana dan Tasya menyalimi punggung tangan umi Halimah, lalu mengekorinya untuk masuk ke dalam.

"Kalian kesini pasti mau belajar ngaji sama Gus kalian ya?" tebak umi Halimah, yang memang sebenarnya sudah mengetahui kalau Kirana berkeinginan menjadi seorang hafidzah, Gus Ali sudah menceritakan pada uminya semalam.

A dan KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang