24. Dia Kembali

577 52 23
                                    




بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ







🕊️🕊️🕊️
____________________________________________

𝗦𝗲𝗻𝘆𝘂𝗺𝗻𝘆𝗮 𝘀𝗲𝗺𝗮𝗻𝗶𝘀 𝗴𝘂𝗹𝗮, 𝘁𝗮𝗽𝗶 𝗱𝗶𝗮 𝗺𝗲𝗺𝗯𝗲𝗿𝗶 𝗹𝘂𝗸𝗮 𝘀𝗲𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝘀𝗮𝗺𝘂𝗱𝗿𝗮.

____________________________________________

🕊️🕊️🕊️













🕊️🕊️🕊️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.











Di sebuah tempat yang sangat indah, terlihat Kirana sedang duduk termenung, dengan kepala menunduk, disertai buliran bening yang terus jatuh membasahi pipinya.

"Kirana, sayang." panggilan itu terdengar dari dua orang di hadapannya, gadis itu mendongak.

Ia melihat kedua orang tuanya memakai pakaian bernuansa putih, wajah mereka berseri-seri, senyuman tulus pun terbit di wajah Arga dan Nabila.

"Mamah, papah." senyum Kirana merekah kala melihat orang yang sangat ia rindukan berada di hadapannya.

Kirana menghamburkan pelukannya kepada kedua orang tuanya. Arga dan Nabila dengan senang hati menyambut pelukan hangat itu. Tangan Nabila membelai lembut pucuk kepala putrinya yang berbalut hijab.

"Kirana kangen hiks hiks hiks."

"Sayang." Nabila menangkup wajah putrinya, lalu menatapanya dengan senyum tulus.

"Kamu harus mempertahankan pernikahan kamu, kamu mencintainya kan? perjuangankanlah dia nak. Jika memang perjuanganmu tidak dihargai, barulah kamu pergi sejauh mungkin darinya." ucap Nabila dengan tutur kata yang lembut. Kirana mendengarkan setiap perkataan sang mamah dengan tatapan sendu.

"Sayang, jika memang Allah mentakdirkan kamu bersamanya, tidak akan ada yang bisa memisahkan kalian. Namun, jika Allah menginginkan kalian berpisah, maka tidak akan ada yang bisa menghalangi perpisahan kalian juga. Ikuti saja skenario takdir yang sudah digariskan untukmu nak." sahut Arga dengan suara halus. Gadis itu mengangguk kemudian tersenyum.

"Kami harus pergi, jaga diri kamu baik-baik ya sayang, dan selalu ingat Allah kapanpun dan di manapun kamu berada." ucap Nabila seraya mengusap air mata yang mengalir di pipi Kirana.

Perlahan pasang suami istri itu melangkah untuk menjauh dari Kirana. "Mamah...Papah..." Kirana berteriak memanggil mereka. Arga dan Nabila menghilang ditelan cahaya yang teramat sangat terang.

A dan KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang