41. Tamparan Pertemuan Pertama

576 43 33
                                    


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ





بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Setelah malam penuh kejutan itu, Ali tengah bersandar pada kepala ranjang dengan santai. Matanya terpejam, karena sedikit lelah setelah mempersiapkan kejutan untuk Kirana.

Suara pintu kamar mandi yang terbuka perlahan mengalihkan perhatian Ali. Ia membuka matanya dan seketika pandangannya tertuju pada sosok istrinya, Kirana. Tanpa hijab yang biasanya ia kenakan, rambut panjang kecokelatan Kirana terurai bebas. Ali terdiam, seolah terhipnotis oleh kecantikan alami istrinya. Walaupun sebelumnya Ali pernah melihat surai indah Kirana, saat hari pertama pernikahannya, namun karena sebuah fakta yang menyakiti hatinya, sejak saat itu Kirana tidak pernah membuka hijabnya di hadapan Ali.

Kirana memiliki kulit putih kemerah-merahannya, iris mata yang berwarna coklat, dan bibir yang sempurna, terlihat sangat cantik. Lehernya yang jenjang menambah pesona kecantikannya malam itu. Ali merasa hatinya berdebar melihat pemandangan ini.

Kirana duduk di samping Ali. Merasa diperhatikan dengan tidak berkedip oleh suaminya, Kirana merasa malu. Tangan Kirana terangkat, mencoba menutupi mata Ali.

"Kenapa liatin aku kaya gitu, Gus? Muka aku aneh ya?" tanya Kirana polos, nada suaranya penuh rasa ingin tahu dan sedikit canggung.

Ali tersenyum lembut, meraih tangan Kirana dan melepaskannya dari matanya. "Masyaallah, cantik, " puji Ali dengan penuh kekaguman.

Wajah Kirana seketika bersemu merah mendengar pujian dari suaminya. Ia menunduk, merasa malu namun hatinya berbunga-bunga. Detak jantungnya berdetak lebih cepat, perasaan bahagia mengalir dalam dirinya.

Karena jendela kamar mereka tidak tertutup rapat, angin malam berhembus masuk, membuat rambut panjang Kirana terhempas menutupi wajahnya. Ali, dengan penuh perhatian, mengulurkan tangannya untuk merapikan rambut Kirana. Jemari Ali yang hangat dan lembut menyisir rambut istrinya, menyelipkannya ke belakang telinga Kirana, memperlihatkan wajah cantiknya dengan lebih jelas.

"Gus," panggil Kirana di tengah keheningan yang menyelimuti mereka.

"Hm?"

"Kamu masih ingat pertemuan pertama kita?" tanya Kirana dengan senyum tipis di wajahnya.

Ali mengangguk mantap, "ingat banget, apalagi tamparan dari kamu," jawab Ali sambil terkekeh pelan.

Kirana merasa malu dan bersalah, menautkan jari jemarinya. "Emang sakit ya?" tanyanya dengan wajah polos.

"Sakit, sakit banget. Abis kamu tampar saya, langsung berbekas merah di pipi," jawab Ali dengan wajah memelas, mencoba mengingat kejadian itu.

Kirana menunduk, rasa bersalah kembali menggelayuti hatinya. "Maaf ya, Gus. Aku waktu itu marah dan kesal banget sama kamu, jadinya kelepasan," ucap Kirana penuh penyesalan.

A dan KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang