38. Kebenaran Terkuak

564 53 26
                                    













بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ





بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Saat ini suasana di lapangan pesantren menjadi sangat ramai dan penuh sesak. Para santri telah berkumpul sejak beberapa waktu sebelumnya, berbisik-bisik dengan penuh rasa ingin tahu dan kecemasan. Mereka datang dari seluruh penjuru pesantren, meninggalkan sejenak aktivitas rutin mereka, untuk menyaksikan sebuah peristiwa yang jarang terjadi. Eksekusi hukum cambuk terhadap Gus Ali yang dituduh melakukan pelecehan terhadap Ning Naya, seorang putri Kyai yang disegani.

Di satu sudut lapangan, terlihat sebuah panggung sederhana yang dibuat khusus untuk eksekusi ini. Mereka menatap lurus ke depan, mata mereka tertuju pada satu titik tempat di mana Gus yang malang itu akan menerima hukuman.

Ali berdiri di tengah panggung itu dengan wajah tenang, meskipun ia tahu fitnah yang keji menimpa dirinya. Ia menatap langit biru, menyerahkan nasibnya kepada Allah yang Maha Mengetahui.

Kyai Ahmad, yang juga ayah Ali, berdiri di samping sang putra dengan wajah marah dan kecewa. Ali menoleh ke arahnya.

"Bi, Ali nggak melakukan hal itu ..." lirihnya, kedua matanya mulai mengembun.

Kyai Ahmad mengacuhkan ucapan, ia tetap memandang lurus ke depan. Ayah mana yang tidak hancur melihat putra yang ia banggakan melakukan tindakan menjijikan seperti itu? Jujur saja, beliau ingin menangis saat itu juga, jantungnya berdebar hebat, ia sendiri juga tidak akan kuat melihat putranya akan di sakiti di depan matanya. Namun, menurutnya, hukum harus adil, siapa pun yang bersalah harus menerima konsekuensinya, bahkan jika itu adalah anaknya sendiri.

Di depan kerumunan, Kyai Zulfikar berbicara dengan suara lantang. "Para santri sekalian, hari ini kita akan menegakkan hukum Allah di pesantren ini. Gus Ali telah melakukan dosa besar, melecehkan putriku, Ning Naya. Hukuman cambuk ini harus dilaksanakan sebagai pelajaran bagi kita semua."

A dan KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang