14. Diculik

675 51 4
                                    


بسم الله الرحمن الرحيم










️🕊️🕊️🕊️
_________________________________________

𝗖𝗶𝗻𝘁𝗮 𝗮𝗱𝗮𝗹𝗮𝗵 𝗽𝗲𝗻𝗴𝗼𝗿𝗯𝗮𝗻𝗮𝗻. 𝗦𝗲𝗽𝗲𝗿𝘁𝗶 𝗺𝗮𝘁𝗮𝗵𝗮𝗿𝗶 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗺𝗲𝗺𝗯𝗲𝗿𝗶𝗸𝗮𝗻 𝗰𝗮𝗵𝗮𝘆𝗮 𝘁𝗮𝗻𝗽𝗮 𝗺𝗲𝗺𝗶𝗻𝘁𝗮 𝗯𝗮𝗹𝗮𝘀𝗮𝗻, 𝗸𝗮𝗿𝗲𝗻𝗮 𝗰𝗶𝗻𝘁𝗮 𝘀𝗲𝗷𝗮𝘁𝗶 𝘁𝘂𝗺𝗯𝘂𝗵 𝗱𝗶 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺𝗻𝘆𝗮.

_________________________________________

🕊️🕊️🕊️

















• ☁️  𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔  ☁️ •













Mobil jeep hitam itu sudah tidak terlihat lagi dari pandangan mata Tasya, kedua orang berbadan besar itu sudah membawa Kirana pergi entah kemana. Pikiran Tasya saat ini sudah sangat kacau, ia bingung harus berbuat apa, terlebih lagi suasana di daerah situ sudah sangat sepi.

"Kirana maafin gue, gue nggak bisa nolongin lo, hiks..hiks...hiks..." ucapnya lirih disertai isak tangis.

Tasya mengusap air matanya kasar dan langsung bangun dari jatuhnya. Ia berlari menuju pesantren untuk meminta pertolongan tentang insiden Kirana diculik.

Setelah berlari di tengah kegelapan malam, akhirnya gadis itu sampai juga di pesantren. Langkahnya langsung menuju ke ndalem untuk menemui kyai Ahmad selaku pemilik pondok pesantren Hasanuddin.

Tok Tok Tok

Tasya mengetuk pintu dengan tergesa-gesa, terlihat sekali dari raut wajahnya ia sangat panik.

"Assalamualaikum kyai Ahmad" ucap Tasya sambil terus mengetuk pintu.

Ceklek

Akhirnya pintu pun terbuka, terlihat dari balik pintu tersebut ada Gus Alan.

"Wa'alaikumssalam warahmatullahi wabarakatuh" jawaban salam dari Gus Alan.

"Ada apa Tasya?" tanya Gus Alan.

Dengan napas yang tidak beraturan dan raut wajah panik, Tasya pun berbicara.

"Gu-gus Kirana Gus, hiks... Ki-kirana hikss...." Tasya berbicara dengan tersendat-sendat.

"Kirana kenapa?" tanya Gus Alan mulai ikut panik, karena mendengar cara bicara Tasya.

Mendengar ada seseorang di luar, kyai Ahmad, Gus Ali, dan juga umi Halimah pun keluar untuk melihat ada siapa yang datang malam-malam.

"Ada apa ini Alan?" tanya kyai Ahmad.

"Alan juga gak tau bi, Tasya tiba-tiba datang dan langsung nangis" jawab Gus Alan pada Abinya.

Gadis itu masih saja menangis.

"Ada apa nak, kenapa kamu menangis?" tanya umi Halimah lembut seraya menangkup wajah Tasya bermaksud untuk menenangkan.

"Umi Kirana mi hiks... hiks...." ucap Tasya.

"Kirana kenapa sayang?" Tanya umi Halimah dengan lemah lembut.

A dan KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang