33. Menyusun Rencana

335 34 4
                                    




بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kedua keluarga saat ini sudah berkumpul di ruang tamu, tak terkecuali Kirana. Saat di masjid malam itu, Ning Naya langsung menceritakan apa yang dia dengar tentang pernikahan antara Gus Ali dan Kirana kepada keluarganya.

"Apa-apaan ini Ahmad? Kamu sudah menikahkan putramu Ali dengan perempuan lain. Bukankah kita sudah membicarakan tentang pernikahan kedua anak kita?" Kyai Zulfikar lebih dulu memulai pembicaraan, terlihat kerutan di dahinya tanda ia marah.

"Zulfikar cukup! Kita memang pernah membicarakan tentang pernikahan antara kedua anak kita, tapi aku tidak pernah janji tentang itu. Lagipula surat perjanjian yang sudah ada tanda tanganku, aku tidak pernah menandatangani surat itu! Itu adalah akal-akalan kamu saja kan?" sahut Kyai Ahmad, ia benar-benar sudah hilang kesabaran mengahadapi sahabat yang ia pikir baik ini, ternyata di balik kebaikannya, ada maksud tersembunyi.

"Tidak! Kamu menandatangani surat itu sendiri Ahmad, apa kamu tidak ingat?" Kyai Zulfikar masih saja bermain dalam drama yang ia buat sendiri. Hal itu membuat Gus Ali menatap muak ke arahnya.

Kyai Ahmad menggeleng dengan wajah pasrah. "Dasar penipu!"

"Setelah mengetahui jika saya sudah menikah, apa kalian masih bersikeras menginginkan pernikahan saya dan Ning Naya? Apa kalian tidak punya malu? Mau di taruh di mana harga diri keluarga kalian, jika mengetahui putri dari keluarga ternama menjadi istri kedua?" ucap lantang Gus Ali.

"Gus, kamu bisa menceraikan dia kan?" jawab Ning Naya gamblang. Mendengar itu membuat Kirana geram kepada Ning itu, di mana urat malunya?

Gus Ali terkekeh mendengarnya. "Saya tidak akan pernah menceraikan Kirana," tegasnya.

Kirana maju persis ke hadapan Ning Naya, ia melihatnya dari atas hingga ke bawah dengan tatapan jijik. "Denger sendiri kan? Gus Ali nggak akan menceraikan aku. Lagian kamu siapa berani mengatur kehidupan keluarga kita?" timpal Kirana.

"Kirana, kamu itu nggak pantes bersanding dengan seorang Gus. Kamu kira aku nggak tahu, kamu itu cewek berandalan yang suka pacaran sama cowok nggak jelas! Kamu juga suka pergi ke club malam sambil minum-minuman keras!" seloroh Ning Naya.

"Orang tua kamu itu nggak becus mendidik kamu. Saat kamu di culik sama Bryan, pasti Bryan udah memperkosa kamu kan? Dan saat ini pasti kamu udah nggak perawan!" sambung Ning Naya menatap Kirana tajam. Ucapan itu bagaikan silet yang menyayat hati Kirana dengan luka yang terasa perih.

A dan KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang