42. Pengorbanan Seorang Ibu

564 41 16
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Mobil yang di kendarai Alan melaju dengan kecepatan sedang membelah jalan raya, saat mobil itu melewati terminal membuat Tasya mengerutkan dahinya bingung, bukannya Gus nya itu hanya akan mengantarkan mereka sampai terminal?

"Gus, terminalnya di sana, kenapa di lewatin?" tanya Tasya seraya menunjuk ke belakang.

"Saya akan antar kalian sampai rumah," jawab Alan di sertai senyuman manis di bibirnya.

"Ha? Nggak perlu Gus," tolak Tasya.

"Betul Gus, tidak perlu antar kami sampai rumah, rumah kami cukup jauh," Ayah Tasya menimpali.

"Nggak apa-apa Om, saya sama sekali nggak keberatan, Om kasih tau saya ya jalannya," balas Alan.

Hasan tersenyum hangat melihat kebaikan dari Gus muda itu, "baik kalau begitu, terimakasih, Gus."

"Jangan panggil saya Gus, Om. Panggil Alan aja," ucap Alan seraya menoleh sekilas ke arah Hasan yang duduk di sampingnya.

"Iya, nak Alan."


A & K


Malam telah menjelma dengan tenang, lampu ruang keluarga menyala dengan hangat, menciptakan suasana nyaman. Ali dan Kirana duduk di sofa yang empuk, menonton acara favorit di televisi. Di rumah ini hanya ada mereka berdua, di karenakan Kyai Ahmad dan Umi Halimah sedang pergi karena ada saudara yang sedang sakit, mereka datang untuk menjenguk, sementara Alan sedang mengantar Tasya dan keluarganya.

Kirana mengambil satu keripik dan mengunyah pelan. Di dalam hatinya, ia merasakan kegelisahan yang sudah beberapa waktu ini mengganggu pikirannya. Ia tahu bahwa ia harus berbicara dengan Ali, tentang keinginannya untuk melanjutkan pendidikan untuk berkuliah. Namun, ia merasa ragu apakah Ali akan mendukungnya atau tidak.

Ali, yang duduk di sampingnya, tampak serius menonton TV. Namun, dari sudut matanya, ia bisa melihat bahwa Kirana terlihat gelisah.

"Kenapa, Kirana? Kamu kelihatan nggak fokus menonton," tanya Ali sambil mengerutkan keningnya.

Kirana menarik napas dalam-dalam. "Gus, ada yang mau aku bicarakan sama kamu," ucapnya dengan suara yang lembut namun tegas.

Ali mematikan televisi dan memutar tubuhnya menghadap Kirana, menatapnya dengan rasa ingin tahu. "Apa itu, Kirana?"

A dan KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang