.
.
.
.
.
.
.
_____🍀🍀🍀_____Prihal rasa,kedatangannya
memang lucu. kita tidak
punya parameter apapun
untuk mengukur sejauh mana
rasa itu akan ada dan tidak______🍀🍀🍀_____
Zai dan Zelin terus saja mengikuti langkah Maknun, hingga mereka sampai di sebuah gazebo kayu dan sebuah rumah-rumahan kecil
"Cio....Ciooooo dimana kamu Ciooooo??" Panggil Maknun, namun Zelin masih belum mengerti siapa itu Cio
meong....
meong....Tiba-tiba datang seekor kucing dari dalam rumah-rumahan kecil dan kucing itu menghampiri Maknun sambil terus mengeong
Maknun tersenyum, ia mengusap-usap kepala kucing itu penuh perasaan "Mana coklat tadi?" Tanya Maknun, dan Zai pun langsung memberikan coklat itu kepadanya
Maknun membuka bungkus coklat itu dan memotongnya kecil-kecil lalu memberikannya kepada kucing yang diberi nama Cio itu. Zelin terkejut saat melihat kucing itu melahap coklat yang diberikan Maknun
"Hah kucing kok makan coklat?" Tanya Zelin, ia memalingkan wajahnya ke arah Zai dengan raut wajah penuh keterkejutan begitupun Zai "Hmpttt..... Hahahhaha" dan mereka pun tertawa bersama
"Kucing kan biasanya makan tulang atau makan makanan khusus kucing lah ini? makan coklat hahahaha apa mungkin ini kucing alien hahah...." Zelin terus saja tertawa hingga air mata keluar dari ujung matanya
Zai mengerutkan keningnya saat melihat Zelin yang terus tertawa tanpa henti "Sudah Zelin
sudah" peringat Zai, namun Zelin terus saja tertawa dan semakin kencang"Hahaha bukan itu.....aku ketawa karena..." Zelin mengatur nafasnya yang terengah-engah "Haduhhhh..." Zelin memegang perutnya yang sakit akibat terlalu lama tertawa "Kan tadi si Alyadut ngasih coklat ini ke kakak, terus kakak ngasih ke aku, tapi aku gak mau, terus di kasih ke Maknun, terus maknun juga gak mau, dan akhirnya dimakan kucing, hahahahhahah......."
Zai menggelengkan kepalanya dan sedikit ikut terkekeh mendengar suara tawa Zelin yang menular "Udah jangan ketawa lagi gak baik"
Zelin kembali mengatur nafasnya "Ternyata selain olahraga, ketawa juga capek ya, dan menguras energi" Zai mengangguk sebagai respon
Setelah beberapa saat Maknun pergi meninggalkan Zan dan Zelin di sana, situasi yang sepi membuat Zelin canggung ia ingin sekali berbicara, tapi ia tidak tahu harus apa
"Kak Zai, aku mau ngobrol-ngobrol sama kakak boleh gak?" Tanya Zelin ragu-ragu
Zai mengangguk "Boleh"
"Oh yu ngobrolnya di sana" Zelin menunjuk ke arah gazebo yang tak terlalu jauh dari sana, Zai mengangguk lalu mereka berjalan beriringan ke tempat gazebo kayu itu berada
Zelin menghirup udara segar lalu menghembuskan nya pelan, ia suka dengan saat-saat seperti ini "Kak Zai tau gak, aku suka banget liat sunset, senja itu indah bener gak?" Zai hanya mengangguk sebagai jawaban
"Dan kakak tau gak? selain aku suka senja, aku juga suka semua tentangmu....." Zelin memalingkan wajahnya ke arah Zai lalu terbahak sendiri "Bercanda-bercanda.."
"Oh iya, kakak tau gak kenapa aku sekarang pake jilbab?" Zai menggeleng, Zelin tersenyum lalu kembali berucap "Dulu aku gak pernah pake jilbab loh kak, malah aku gak mau, soalnya kelakuan aku kayak cowok kata momys aku"
KAMU SEDANG MEMBACA
LINE OF DESTINY
Ficção AdolescentePertemuan dan perpisahan adalah goresan nyata yang tergaris dalam takdir setiap insan "Jika doa dan semua yang kita inginkan terkabul, hanya satu yang aku inginkan yaitu, aku ingin kita bersatu!! Kita bukanlah dua garis yang tak sengaja bertabrakan...