Alya membulatkan matanya saat mendengar Zelin menertawai sendal dora emonnya itu, ia membalikkan sendalnya melihat apa benar ada kotoran ayam di sana, dan ternyata apa yang di bilang Zelin itu benar, di telapak kakinya ada kotoran ayam yang sudah ia injakIa menatap Zelin yang masih tertawa tanpa henti "Heh ingat suara perempuan itu aurat!!" Peringat Alya
Zelin menghentikan tawanya"Gak usah so ngingetin! Bilang aja lo malu di ketawain gue karena lo abis nginjek kotoran ayam hahah..."
Alya membulatkan matanya sempurna "Ya biarin lah, asalkan gak kena kaki"
"Idih nanti kalo kecium baunya sama orang gimana? Lagian lo jalan kayak gimana sih sampai gak liat situasi, kotoran ayam juga di injek, lo kan kunti padahal menurut gue sih terbang aja biar gak ribet hahah..."
"Ish diem Zelin diemmm!! Udah deh kamu gak bosen apa kerjain aku mulu? Kesalahan kamu udah fatal Zel, kamu gak nyadar?" Sinis Alya
"Ya biarin hidup-hidup gue, kenapa lo yang ngatur?" Zelin mengangkat kan sebelah alisnya
"Iya emang itu hidup kamu, tapi hidup kamu berdampak buruk bagi kehidupan aku Zel, sial tau gak kalo aku liat kamu ada di sini"
Zelin merasa tertindas saat mendengar ucapan Alya "Kalo lo mulai duluan, gue bisa lakuin apa aja asalkan membuat gue puas, makanya jangan ngincer-ngincer masalah duluan sama gue kalo lo mau hidup tenang!"
"So' banget ya kamu Zel, emang kamu siapa sampai bisa bicara kayak gitu?" Geram Alya
Zelin tersenyum miring "Lo gak perlu tau gue siapa yang penting jangan sampai mencoba membuat hidup gue berantakan atau coba-coba melakukan hal yang merentang nyawa gue, lo bakal nyesel seumur hidup Kun, dan jangan coba-coba rebut kak Zai dari gue"
"Beuhhhhh so banget tuh lagak ngomongnya, mau gimana pun lauhil Mahfudz pemenangnya, kamu jangan terlalu berharap, nanti sakit, biar aku aja di sini yang berharap karena firasat aku mengatakan kalo kak Zai itu sebenarnya jodoh aku"
Zelin memutar bola matanya malas "Mulai-mulaiiiiii capek gue debat tentang jodoh sama lo" Ucapnya, lalu tak sengaja pandangannya tertuju pada seseorang, matanya berbinar "Udah dulu debatnya Kun, capek gue bay"
Ia berjalan ke arah pria yang ia lihat barusan lalu berucap "Hay kak Zai" Sapanya membuat sang empu mendongak ke arah Zelin lalu mengangkat sebelah aslinya
"Ya Zelin? Perlu apa?" Tanya nya
Zelin terkekeh "Kak nikah yuuuu"
Zai menganggukkan kepalanya "Ayok mau kapan?"
Zelin menjerit kegirangan lalu melompat-lompat seperti anak kecil yang di belikan mainan baru "Buset demi apa lo bilang gitu kak? Aaaaaaaaaaaaa anjir kayak mau sekarat sekarang gue, plis deh" Ucapnya dengan asal membuat Zai terkejut dengan setiap omongan Zelin
"Astaghfirullah Zelin istighfar! Itu bahasanya ya allah" Perintahnya, karena Zelin sekarang seperti orang yang sedang kesurupan
Zelin berhenti berteriak, ia mengatur nafasnya yang ngos-ngosan "Astaghfirullah kak aku salting, plis deh demi apa kak Zai bilang gitu aku-"
"Gimana kalo saya bilang itu cuman bercanda?" Tanya Zai dengan tatapan datar
Mata Zelin membulat, ia tidak menyangka dengan ucapan yang Zai lontarkan barusan "H-hah?" Ia di buat ngeleg, antara malu, salting, capek, bercampur aduk semuanya
'Gue udah capek-capek tantrum eh dia malah bilang itu cuma bercanda, gak lucu plis huaaaa' batinnya menjerit, Zelin menundukkan kepalanya menahan sesak di dadanya "Ekhem aku ke rumah dulu kak assalamualaikum" pamitnya lalu berlari menuju rumah
KAMU SEDANG MEMBACA
LINE OF DESTINY
Teen FictionPertemuan dan perpisahan adalah goresan nyata yang tergaris dalam takdir setiap insan "Jika doa dan semua yang kita inginkan terkabul, hanya satu yang aku inginkan yaitu, aku ingin kita bersatu!! Kita bukanlah dua garis yang tak sengaja bertabrakan...