Kini Zelin tengah berada di kampus sambil duduk di kelas menangkup dagunya, dan terus saja tersenyum sendiri mengingat semua yang telah terjadi saat sore kemarin bersama Zai"Mungkin saya sudah mencintai perempuan itu"
"Dan perempuan itu adalan Zelina"
"Zelin kamu tidak apa-apa kan?"
"Ciee kamu takut saya terluka ya? Perhatian sekali"
"Jangan hisap darah itu Zelin,mungkin di sana ada pecahan kaca yang menancap dan takut nanti menjadi infeksi, biarkan darah itu keluar, oh iya di sini ada peralatan obat?"
"Cuci dulu tangan kamu nya Zel, udah itu kasih obat merah terus bungkus sama plester"
Zelin terus saja melamun hingga tak terasa sudah ada Zyandra yang tengah duduk di sebelahnya, ia melihat ke samping lalu kembali menangkup dagunya menggunakan kedua tangannya
Sementara Zyandra, ia hanya bisa memerhatikan Zelin dengan tatapan yang sulit di artikan "Zel, lo masih waras kan?" Tanyanya dengan hati-hati
Zelin tersenyum ke arah Zyandra "Emang sejak kapan aku gila hm?"
Zyandra mengerutkan keningnya 'orang lain kalo gue bilang gak waras kan suka marah, tapi Zelin? Dia malah senyum-senyum Wahhhh ni mah emang gak waras kakayaknya' batin Zyandra
"Zy" panggil Zelin
"Iya?"
Zelin menghela nafas panjang "Apa semua orang pernah ngerasain yang namanya salting kayak aku gak?"
Zyandra mengangguk"Ya pernah lah, emang di dunia ini hanya elo yang bisa salting?"
Zelin mengangguk paham "Kamu pernah mikir gak kalo seseorang yang kita suka bisa jadi milik kita seutuhnya?"
Zyandra menggelengkan kepalanya "Gak, emang kalo di satu sisi kita emang suka mikir kalo apa yang kita punya atau apa yang kita suka, akan menjadi milik kita seutuhnya, tapi jika dipikir kembali, semua itu mustahil, terkadang kita emang egois namun kita juga harus bisa mengendalikan rasa ego itu"
"Ohhhh berarti selama ini aku egois ya Zy?" Tanya Zelin kembali
Zyandra tersenyum 'Gue seneng lo bisa nyadar Zel, soalnya sampai kapanpun gue gak akan bisa menyadarkan lo' batinnya
"Lo emang sadar bahwa lo itu egois?" Tanya balik Zyandra
Zelin mengangguk "Udah dari bayi sih aku nyadar kalo aku itu egois, dan hanya ingin menang sendiri, gak bisa kontrol rasa ego ini"
"Tentang apa?"
"Semuanya" Zelin tersenyum "Aku mau kak Zai jadi milik aku seutuhnya, apakah itu egois? Tentu iya, aku sadar Zy, seorang wanita tidak seharusnya mengejar tapi di kejar, bukan begitu? Hal yang paling sulit di pahami adalah, berharap kepada manusia, seharusnya kita hanya boleh berharap kepada allah bukan kepada manusia kan? Tapi jujur aku belum bisa"
Zyandra mengusap punggung Zelin "Lo bisa Zel, gue percaya itu, berusahalah, lo masih punya masa depan yang panjang jangan pernah berpikir kalo lo gak bisa bersama kak Zai, berarti lo gak bisa bersama orang lain"
Zelin mengangguk "Makasih Zyzy"
_____🍀🍀🍀_____
Sepulangnya dari Kampus, Hari ini Zelin langsung saja pulang ke rumah tidak ingin mampir ke tempat lain. Saat ia sudah memarkirkan mobilnya, ia melihat banyak sekali santri perempuan yang sedang bergerombolan di dekat Mading pesantren
KAMU SEDANG MEMBACA
LINE OF DESTINY
Teen FictionPertemuan dan perpisahan adalah goresan nyata yang tergaris dalam takdir setiap insan "Jika doa dan semua yang kita inginkan terkabul, hanya satu yang aku inginkan yaitu, aku ingin kita bersatu!! Kita bukanlah dua garis yang tak sengaja bertabrakan...