Aku tengah bersiap pulang ketika ponselku berdering. Nama Sherina terpampang di layar ponselku. Aku menempelkan ponsel ke telinga lalu menyapa lebih dulu. "Halo?"
"Chaca!" balas Sherina kelewat semangat.
Sherina adalah salah satu teman terdekatku ketika kuliah. Sayangnya, sekarang-sekarang ini kami jarang kumpul karena kesibukan masing-masing.
"Kenapa Sher?" tanyaku.
"Ntar malem, mau gue jemput nggak?"
Aku mengernyit. Gerakan tanganku yang tadinya merapikan rambut, berhenti. "Jemput?"
"Cha, jangan bilang lo lupa?" tuduh Sherina.
Dengan cepat, aku berusaha menggali ingatan beberapa hari belakangan. Janji apa yang aku lupakan? Kapan aku membuatku janji dengan Sherina? Memangnya dia pernah menghubungiku sebelumnya?
Seketika, aku teringat teleponnya saat aku di Bali seminggu lalu. Itu dia.
Aku memijit pelipisku lalu duduk di salah satu kursi. Bisa-bisanya aku sampai lupa.
"Dara ulang tahun, Cha. Dan dia ngundang kita, sekalian reuni kecil-kecilan," jelas Sherina.
Seminggu lalu, Dara lah yang menghubungiku langsung. Dara mengajakku bertemu di salah satu club sekalian reuni dengan beberapa teman semasa kuliah.
Tapi karena aku berada di Bali pada saat itu, Dara mengundur rencananya. Menggantinya dengan hari yang bertepatan dengan ulang tahunnya.
"Sori, Sher. Gue dah ingat kok."
Sherina terkekeh. "Sibuk banget, ya? Sampe lupa begitu. Coba gue nggak hubungin lo, mungkin lo nggak bakal dateng."
Aku meringis. "Gue dateng kok."
"Mau bareng gue nggak?" tawar Sherina untuk kedua kalinya.
"Emm, nanti gue kabarin lagi," jawabku setelah berpikir sebentar.
Sebenarnya aku bisa saja langsung menerima tawaran Sherina. Tapi mengingat statusku dan Galih yang sekarang, setidaknya aku mengajaknya untuk menemaniku.
Kecuali dia sibuk atau halangan lain yang tidak memungkinkannya menemaniku, barulah aku bisa berangkat bersama Sherina. Aku harus menghubunginya terlebih dulu.
"Oke. Awas lo lupa lagi."
"Iya, iya, Sher."
"Bye!"
Masih duduk di kursi, aku segera menghubungi Galih. Panggilan pertama, Galih tidak mengangkatnya. Pun dengan panggilan keduaku.
Belakangan ini, Galih memang lumayan sibuk. Sudah tiga hari, Galih pulang tengah malam. Dan mungkin, hari ini pun dia sibuk. Maka dari itu, aku berhenti mencoba menghubunginya.
Kalau nanti dia ada waktu, pasti Galih akan menghubungiku.
Akhirnya aku pulang untuk bersiap-siap sembari menunggu kabar dari Galih.
Sayangnya, sampai aku selesai berpakaian, belum juga ada kabar dari Galih. Terpaksa aku hanya mengirimkan pesan padanya. Tentang janjiku, tempat yang akan kudatangi, dan alasan kenapa janjiku ini terkesan mendadak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Mantanku
RomanceTujuh tahun pacaran, Chaca dan Tama akhirnya putus karena Tama menyukai juniornya di kantor. Namun yang justru lebih mengejutkan Chaca adalah teman baik Tama yang dulu selalu menjauhinya. Setelah putus dari Tama, Galih mulai terang-terangan mendekat...