“Wow!”
Bukan hanya bagian depan yang membuat terpukau, ternyata interior di dalamnya justru jauh lebih memukau.
Aku tidak henti-henti berdecak kagum saat mengedarkan pandangan. Villa ini melebihi ekspektasiku.
Bahkan, sejujurnya, aku tidak peduli meski villanya tidak bagus-bagus amat. Maksudku, selama di Bali, aku dan Galih hanya menggunakannya untuk beristirahat.
Selebihnya kami akan menjelajahi Bali—kecuali, Galih punya rencana lain.
“Kamu suka?”
Aku berbalik cepat. Menatap Galih yang berdiri di belakangku dengan senyum merekah. “Banget. Ini melebihi ekspektasi aku. Pasti mahal. Iya, kan?”
Ini bukan pertama kalinya aku ke Bali. Banyak villa yang kadang ingin aku singgahi karena memang suka.
Dan villa ini adalah salah satu yang terkenal di kalangan turis lokal. Setiap aku liburan ke Bali, pasti selalu full booking.
Jadi aku tahu ranges harganya.
“Sebenarnya, ini hadiah dari Mama, buat kita,” jawab Galih.
Mulutku menganga. “Aku harus nelpon Mama.” Aku merogoh tasku dan mengeluarkan ponsel dari sana.
Namun belum sempat menghubungi Mama mertuaku, Galih dengan cepat menyambar ponselku.
“Inget janji kita, sayang?” Galih mengangkat ponselku. “Nggak ada yang boleh pegang hape selama kita di sini.”
“Aku inget, aku cuman mau ucapin makasih ke Mama. Nggak akan lama,” tawarku.
Galih menggeleng, menolak tawaranku. “Kita bisa ucapin makasih pas pulang.” Lalu memasukkan ponselku ke saku celananya. “Sekarang, hape kamu aku sita.”
“Sayang..” panggilku manja.
Galih menggeleng lagi.
Aku mengembuskan napas kecewa. Padahal biasanya dia gampang luluh kalau aku manja-manja. Kayaknya pertahanannya hari ini cukup kokoh.
“Kalo ada panggilan penting, gimana?” teriakku ketika Galih meninggalkanku menuju kamar.
Sebelum menutup pintu, Galih tersenyum. “Sekarang, nggak ada yang lebih penting daripada aku. Kamu harus fokus ke aku aja, Natasha.”
Aku hanya bisa tersenyum.
Saat mataku menjelajah sekali lagi, aku berhenti di area yang berada di luar. Dari ruang santai, hanya dibatasi dinding kaca.
Kakiku mengayun pasti, menuju kolam renang terbuka di sana. Rasanya aku ingin menceburkan diri sekarang juga.
Tanpa pikir panjang, aku menanggalkan dress motif bunga yang kukenakan dan melompat ke dalam air.
**
Begitu kepala kuangkat dari dalam air, mataku langsung tertuju pada laki-laki yang berdiri di pinggir kolam.
Memasukkan kedua tangannya ke dalam saku dan menatapku dengan senyum lebar.
“Mau gabung?” tawarku.
Galih menggeleng lalu duduk di salah satu kursi. “Daripada berenang, aku lebih suka lakuin hal lain. Jadi lebih baik dihindari.”
Aku memicing. Berenang ke tepi kolam untuk menatapnya lebih dekat. “Kamu udah bosen sama aku?”
Kening Galih mengerut. “Itu nggak mungkin terjadi. Apa pun yang aku lakuin sama kamu, aku nggak pernah puas.”
“Terus kenapa?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Mantanku
RomanceTujuh tahun pacaran, Chaca dan Tama akhirnya putus karena Tama menyukai juniornya di kantor. Namun yang justru lebih mengejutkan Chaca adalah teman baik Tama yang dulu selalu menjauhinya. Setelah putus dari Tama, Galih mulai terang-terangan mendekat...