Di rumah nomor 64 yang damai, Martha tengah memegang pipi kanannya yang cukup bulat, dan sebelah tangannya terlihat menggenggam sesuatu, namun ia menyembunyikannya.
Langkah kecilnya menuju ruang tengah, tempat ayah dan ibunya tengah menikmati sore yang cukup sejuk.
"Ibu" panggil Martha dengan menarik-narik pelan ujung gaun ibunya, ibunya menengok.
"Ya, sayang?"
"Lihat ini"
Martha mulai mengeluarkan apa yang tadi disembunyikannya. Tangannya terbuka, menampakkan 1 gigi susu kecil.
Ia juga membuka mulutnya, memamerkan deretan gigi rapihnya yang rupanya, oh, ada satu yang tanggal di depan.
"Oh, gigimu tanggal, sayang?"
Ibunya tampak gembira, beliau menghentikan sementara kegiatan merajutnya itu, lalu menghampiri suaminya.
"Ayah, coba lihat, gigi Martha tanggal!"
Ayah Martha menurunkan korannya, lalu tersenyum senang.
Martha si polos kurang mengerti.
♡ ࣮ ׄ ₊ ⪩⊹⪨ ┄ׅ─ ⪩⊹⪨ ─ׅ┄ ⪩⊹⪨ ₊ ׄ ࣮ ♡
"Jika gigimu copot..." Ibunya memberi jeda, beliau memasukkan gigi kecil itu ke dalam kantong yang bergambar kartun gigi.
"Masukkan ke kantung ini, dan...peri gigi akan memberimu hadiah"
Mata bulat Martha berbinar “Sungguh, ibu?"
"Ya" Ibunya tersenyum lembut “Tidurlah, dan esoknya, akan ada hadiahmu"
Martha sangat senang, ia cepat-cepat menaiki ranjang kecilnya, dan terlelap setelah ibunya mematikan lampu.
♡ ࣮ ׄ ₊ ⪩⊹⪨ ┄ׅ─ ⪩⊹⪨ ─ׅ┄ ⪩⊹⪨ ₊ ׄ ࣮ ♡
"Ayah! Ibu! lihat ini!"
Ayah dan Ibunya sama-sama menengok, rupanya Martha, si kecil berusia 6 tahun itu mengacung-acungkan uang 2 dollar sambil tersenyum lebar.
"Peri gigi sangat baik!"
Kedua orang tua Martha sama-sama membalas dengan senyuman dan anggukan kecil menyaksikan kepolosan gadis 6 tahun itu yang sedang mengamati uangnya.
"Aku ingin lagi..." Gumam Martha kecil, hampir tak terdengar.
♡ ࣮ ׄ ₊ ⪩⊹⪨ ┄ׅ─ ⪩⊹⪨ ─ׅ┄ ⪩⊹⪨ ₊ ׄ ࣮ ♡
Paginya, kembali rutinitas keluarga Martha terjalin seperti biasa, tapi, dijam 7 ini, saat orangtuanya siap-siap berangkat berkerja, Martha bangun lebih awal, ia menghampiri orangtuanya sama seperti mimik nya kemarin.
"Ibu! Ayah!"
Yang membuat kedua belah mata orangtua Martha membulat adalah, Martha mengacungkan 1 gigi susu yang tanggal, dan ia membuka mulut, ada yang kurang 2 dalam mulut nya.
"Peri Gigi akan datang lagi, kan?"
Walau heran, orangtua Martha mengangguk sebisanya, mungkin Martha rajin sikat gigi — batin ayahnya.
"Peri Gigi, cepatlah datang" kata Martha penuh pengharapan.
♡ ࣮ ׄ ₊ ⪩⊹⪨ ┄ׅ─ ⪩⊹⪨ ─ׅ┄ ⪩⊹⪨ ₊ ׄ ࣮ ♡
3 hari telah terlewat, dan menjadi misteri yang masih belum terpecahkan oleh orangtua Martha, pasalnya, anak putrinya itu, giginya sudah tanggal 4 dalam waktu 3 hari.
Hari ini agak aneh. Martha tampak lemas tertidur di ranjangnya, pucat dan seperti sakit.
"Ibu..." Panggil Martha, ibunya memperhatikan.
"Iya?"
"Peri Gigi... malam ini datang lagi, kan?"
Ibunya diam sebentar, menatap celengan bening Martha yang berbentuk kucing — terisi banyak lembaran dollar.
"Mungkin" jawab ibunya, "Tapi Martha harus punya gigi, kan?" Jawab ibunya sedikit bercanda. Martha menatap ibunya bingung.
"Maksud ibu..."
"Sudah tanya-tanyanya, sayang. Ayo, kau harus istirahat", potong ibunya sambil menyelimuti Martha. Martha diam dan mengangguk kecil.
"Ibu akan pulang awal bersama ayah, nanti ibu akan bawakan coklat batang" hibur ibunya agar Martha tidak kecewa. Martha hanya mengangguk kecil.
"Baiklah, ibu"
"Mimpi indah"
♡ ࣮ ׄ ₊ ⪩⊹⪨ ┄ׅ─ ⪩⊹⪨ ─ׅ┄ ⪩⊹⪨ ₊ ׄ ࣮ ♡
Sore menjelang malam, ayah ibu Martha tampak bersama membuka pintu, mereka masuk ruang tengah yang tampak sepi.
"Martha?" Panggil ibunya. Ia bersama suaminya berjalan pelan ke arah kamar Martha.
Mengetuk beberapa kali.
Tak ada jawaban.
"Apa Martha tertidur pulas?" Tanya suaminya. Ibu Martha menggeleng kecil.
"Aku tak yakin dia tidur lama sekali"
Akhirnya, mereka berinisiatip membuka pintu, tak terkunci.
Dan.. nampak pemandangan mengerikan.
Martha kecil tergeletak tak berdaya di karpet dengan mulut penuh darah.
Ada banyak alat, dan ia tengah menggenggam lemah gunting.
Dan juga, semua gigi susu yang Martha miliki telah tercabut.
Oleh dirinya sendiri.