Saat aku masih muda, ada seorang gadis kecil yang tinggal didepan rumahku. Usianya kira-kira 5 tahun, matanya selalu bersinar cerah dan dia memiliki senyum yang indah. Namanya Chisato-Chan tapi biasa dipanggil Chi.
Chi sudah tidak memiliki ayah, dia tinggal bersama ibunya di apartemen. Ibunya bekerja sepanjang hari sehingga jarang dirumah. Karena tidak ada anak seusianya disekitar rumah kami, Chi sering terlihat bermain sendiri. Aku beberapa kali melihatnya bermain lompat tali, atau jungkat jungkit. Namun dia paling sering bermain bola karet berwarna pink.
Plip! Plip! Plip! Plip! Plipl! Plip! Plip! Plip!
Aku tidak memiliki kakak atau adik jadi aku menganggap Chi sebagai adik kecilku. Aku terlalu tua untuk bermain bola dengannya. Kadang aku membacakan cerita atau membelikannya es krim. Chi sangat menyayangiku dan menganggap aku sebagai kakaknya.
Saat itu hari sangat panas, kira-kira beberapa minggu sebelum liburan musim panas. Aku baru saja pulang sekolah dan duduk di meja dapur sambil mengerjakan PR. Aku melihat Chi-Chan menyebrang jalan menggunakan topi anyaman dengan pita merah sambil memantulkan-mantulkan bola karet pink kesayangannya.
Plip! Plip! Plip! Plip! Plipl! Plip! Plip! Plip!
"Kakak ayo main..!" Teriaknya.
Aku mendekati jendela, "Maaf Chi hari ini kakak banyak PR..!" Dia terlihat kecewa. Aku mendengar dia memantul-mantulkan bola karet pink nya didekat jendela rumahku.
Plip! Plip! Plip! Plip! Plipl! Plip! Plip! Plip!
Aku melanjutkan perkerjaan rumahku. Setelah agak lama aku melihat kearah jam dan menyadari bahwa ibu Chi-Chan belum juga pulang, ini lebih lambat dari biasanya. Lalu aku mendengar suara ibunya Chi berteriak, "Sayang.. Maaf ibu terlambat.."
"Oh itu ibu pulang.." Teriaknya. Dia menjatuhkan bola karetnya dan berlari menyebrang jalan menghampiri ibunya.
"Tidaakk, Chi tungguuu.." Tiba-tiba terdengar suara tabrakan keras.
Aku loncat dari kursiku dan belari menghampiri. Chi berbaring ditengah jalan. Kepalanya berada ditengah-tengah ban truk besar. Tubuhnya lemah, cairan merah terlihat merembes dibawah ban.
Seumur hidupku aku tidak akan bisa melupakan kejadian yang sangat menyakitkan itu.