Aku mulai ketakutan, hutan yang gelap suara-suara dari anjing yang entah datang dari mana, aku seperti terjebak dalam mimpi.
Aku berlari semakin kencang dengan kaki telanjang dan piama panjang putih lusuh, berusaha menembus kabut tebal dengan lumpur di depanku.
Pohon-pohon besar yang kulihat di sepanjang jalan seperti hidup dan mencoba menarikku.
Aku tidak ingat apa yang terjadi sebelumnya. Karena saat aku tersadar, aku sudah ada disini. Terjebak dalam suasana yang paling mengerikan. Sampai aku melihat sesosok bayangan tinggi, berjalan di sela kabut yang menutupi bentuk fisiknya.
Seperti seorang pria, dengan lampu pijar di tanganya.
Tersirat pesan bahwa aku akan selamat. Mungkin sosok itu akan menyelamatkanku keluar dari hutan terkutuk ini.
Aku mendekatinya perlahan, kuraih tongkat besar untuk berjaga-jaga, kalau-kalau dia bukan manusia mungkin aku bisa memukulnya.
Kusembunyikan tongkat itu di balik tubuhku.
Aku mendekatinya, dan dia seperti mengerti kehadiranku, karena dia berjalan menuju ke arahku. Kabut mulai menipis, lampu pijar yang dia genggam menyorot kepadaku.
Aku mulai bisa melihatnya. Ternyata seorang pria paruh baya dengan wajah sayu yang terlihat khawatir saat memandangku.
“Nak, apa yang kau lakukan malam-malam seperti ini?” suaranya serak agak parau.
“Aku tersesat,” suaraku terisak. Namun pria itu mencoba menenangkanku.
“Kau tidak perlu khawatir, kau gadis kecil yang beruntung, aku akan menolongmu keluar dari hutan ini. Asal kau tahu.. hutan ini adalah tempat yang berbahaya,” pria itu mengulurkan tanganya.
“Tuan, bisakah kau membantuku mengikat tali sepatuku?” pintaku kepada pria itu.
“Tentu saja—“ ucapnya antusias, kubuka piama panjangku, pria itu terkejut dan menyadari aku tidak memiliki sepatu. Seketika aku menghantamkan kayu yang ku genggam dari tadi tepat di kening pria itu sampai terdengar suara retakan, aku mulai menghujami kepala pria itu, terus menerus sampai darah kental itu keluar dari hidungnya yang sudah patah.
Aku tersenyum menyeringai pada mayat Pria tua itu.
“Kau pikir—aku adalah gadis polos yang bisa kau jual seenaknya seperti yang lainya!? Pria tua yang bodoh!”